Darwin sudah seperti itu, masih saja bicara sembarangan.
Efa yang sudah tidak tahan lagi memandang sinis kepadanya.
Hanya diucapkan di mulut saja apa gunanya?
Jika kau memang mau merangkai cerita cinta hidup ini bersamaku, jangan hanya di mulut saja, tetap saja kita harus memulainya baru bisa.
Darwin tampak santai, tetapi Efa seolah tidak sabar, seperti ingin menariknya, mendorongnya ke tempat tidur, dan lakukan apa yang ingin ia lakukan.
Ketika semua itu ada di pikirannya, Efa telah mengulurkan tangannya, namun dengan secepat kilat ia mengurungkan niatnya.
Ia terus berkata dalam hati, aku adalah seorang wanita, harus bisa menahan diri, menjaga citra sebagai seorang wanita, jangan membuat Darwin berpikir bahwa aku adalah seorang wanita murahan.
Dan sebenarnya ia memang bukan seorang wanita sembarangan, ia berani, selalu melakukan yang wanita lain tidak berani untuk melakukannya, dan itu semua karena pasangannya Darwin.
Efa, aku beri kau waktu lima menit untuk berpikir, bersedia apa tidak, semua tergantung kau, aku tidak akan memaksamu.
Suara Darwin yang serak dan sedikit bergairah kembali menggema ditelinga Efa, membuat jantungnya berdegup kencang, bahkan telinganya mulai memerah.
Untuk menutupi keinginannya dari Darwin, Efa berteriak: “Darwin, kau itu pria seperti apa sih?”
Darwin mengerutkan alisnya: “Apa?”
Dengan tidak puas Efa berkata: “Aku tanya apakah kau seorang pria? Jika kau pria cepatlah sedikit, berbuatlah sesuatu.”
Omongan Efa belum selesai, seketika Darwin menahan erat dagunya, dan membiarkan Efa untuk menatapnya, dengan sangar berkata: “Efa, kau jangan menyalahkan jika aku tidak lagi bisa menjaga permata ini.”
“Darwin, tidak perlu banyak basa-basi!” Jika lelaki ini tidak cepat, Efa tidak akan tunggu lagi.
Kali ini, Darwin tidak lagi basa-basi, ia membungkuk dan menciumnya, dengan gairah dan percaya diri menciumnya……
Ketika bibir mereka saling bersentuhan, Efa sedikit mendesah, lelaki sok serius ini, akhirnya mulai beraksi juga.
Selama bertahun-tahun Efa mengejarnya, akhirnya sampai di atas roda percintaan ini, biarkan ia membawanya melewati segala kesulitan, bebas leluasa berkelana.
“Sial!”
Darwin belum meneruskan permainannya, Efa telah melucuti pakaian Darwin… Saat ia mulai santai, Darwin sudah ada di bawah tubuhnya.
Mereka berdua bukanlah orang yang peduli dengan segala sesuatu, seketika itu seperti kilat menyambar bumi, tidak bisa terkendali.
Disaat mereka sedang serunya, pintu mendadak terbuka dan dua orang menerobos masuk. Ketika melihat dengan jelas sepasang kekasih yang sedang bermadu kasih, mereka terdiam seketika, dan bahkan lupa untuk keluar dengan sopan. Mereka menutup pintu, membiarkan kekasih ini melanjutkan apa yang harus mereka lakukan.
Efa mengambil posisi diatas tubuh Darwin, dan membelakangi pintu, ditambah suasana yang sangat bergairah, sama sekali tidak sadar jika ada yang menerobos masuk. Tetapi reaksi Darwin cukup cepat, dengan refleks menarik selimut dan menutupi tubuh mulus Efa. Dengan tatapan mata yang tegas Darwin berteriak: “Keluar!”
“Maaf! Kami tidak melihat apa-apa! Kami tidak melihat apa-apa!” Kedua perusak suasana itu tersadarkan, mereka langsung berbalik dan berlari cepat.
“Darwin sialan, kau ini bagaimana?” Seketika setelah kedua orang itu pergi, Efa dengan keras menendang kaki Darwin.
Bukankah lelaki ini sudah mengunci pintu?
Bagaimana bisa masih ada orang yang bisa masuk?
Lelaki ini sudah sebesar ini, ternyata mengunci pintu saja masih tidak benar, lalu apa yang bisa diharapkan darinya?
Padahal sudah mau memulai, tinggal langkah terakhir dan permainan ini sempurna, tetapi dihancurkan oleh dua orang itu, perasaan semacam ini, aku lebih baik makan lalat.
“Diam!” permainannya diganggu, Darwin pasti lebih kecewa daripada Efa, dengan wajah suram mengambil telepon genggamnya, menghubungi seseorang, dan berkata, “Kirim beberapa orang untuk menjaga pintu, siapa berani menerobos masuk, langsung tembak!”
Selesai memberi arahan, Darwin melempar telepon genggamnya keluar, dengan maksud agar tidak ada yang mengganggu, supaya ia bisa menikmati pesta malam ini.
“Darwin, kau…”
“Lanjut!”
“Ya…”
Seketika kamar kembali memanas, gairah mereka seakan memuncak, bahkan penjaga diluar pintu kamar juga dapat merasakan gairah yang sama.
Dari balik pintu kamar, tanpa henti terdengar suara erangan dari panglima itu, dan juga suara desahan Efa.
Dan terus berlanjut dari siang sampai malam, dan akhirnya kembali tenang, para penjaga diluar pintu tidak berhenti menghela nafas, keperkasaan yang dimiiki panglima mereka tidak bisa dibandingkan oleh siapapun.
Pada saat yang sama, mereka juga merasa simpati terhadap Efa, ia pasti kewalahan bahkan kesakitan untuk menghadapi keperkasaan panglima mereka itu.
Mereka merasa bahwa Efa pasti sangat lelah, tapi Efa sendiri sangat menikmatinya.
Hanya saja walaupun ia masih bertenaga, tetap saja Darwin lebih kuat darinya. Disaat semua sudah selesai dan terpuaskan, ia lelah dan tertidur.
Darwin menatap Efa yang terlelap, hatinya tersentuh, seperti ada rasa manis dan hangat, dan ia merasa sangat terharu.
Berterima kasih pada Efa yang tetap setia mengejarnya, berterimakasih juga karena ia tidak banyak perhitungan mengenai masalah orangtua dan keluarganya, dan telah membuat hubungan ini bisa berjalan sampai hari ini.
Tepat saat Darwin sedang merasakan ini semua, Efa yang berada dipelukannya mendadak bergumam: “Darwin, kau si brengsek, permainanmu tidak bisakah pelan sedikit?”
Lihat! Gadis tengil ini memang begini, sudah capek sampai seperti ini, dalam mimpi masih saja punya tenaga untuk memarahinya.
“Dasar gadis jelek, beruntung suasana hatiku hari ini sangat baik, kali ini aku tidak akan membuat perhitungan denganmu.” Darwin menundukkan kepala dan mencium wajahnya.
Ia memang adalah seorang pria kasar, tidak pernah tahu apa itu kelembutan, tapi ia tetap menggendong Efa menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
……
Efa terlelap sampai keesokan harinya. Disaat matanya terbuka, di hadapannya sudah terlihat wajah Darwin yang gagah, membuat jantungnya berdegup kencang.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa ia telah membuat aku tertarik kepadanya, ditambah lagi melihat wajahnya yang sempurna ini.
Si brengsek ini, walaupun temperamennya tidak baik, tetapi wajahnya itu membuatku terpana, dan orang yang bisa dibandingkan dengan kakak kayu, ya hanyalah si brengsek ini.
Efa sudah bangun, tetapi pria tengil ini masih tertidur lelap, seketika Efa merasa tidak adil.
“Cowok brengsek ini, tidurnya nyenyak sekali!”
Efa sedikit menggerakkan badan, sekali gerak seluruh badan terasa sangat sakit seakan baru selesai beradu hantam dengan seseorang. Rasa sakitnya sama seperti saat ia cedera kemarin.
Ah, ah ah????
Ia berteriak dengan keras.
Rasa sakit ini, tidak lain dikarenakan ia harus sempit-sempitan di tempat tidur sempit ini bersama Darwin.
Ia disini kesakitan, Darwin seperti orang yang tidak ada masalah apa-apa, dan masih tertidur lelap.
Efa merasa sangat tidak puas, kemudian mendorong dan menendang Darwin hingga jatuh dari ranjang rumah sakit yang sempit itu.