Carlson berfikir bahwa orang yang ingin menyakiti dia adalah Fernando, tetapi tidak lagi memikirkannya dengan lebih dalam, barulah bisa lebih mudah untuk memikirkan set yang lain.
Tiba-tiba angina laut bertiup, membuat dedaunan dan rumbut dipulau itu terdapat pergerakan, mengikuti angin, Carlson membawa Ariella bergerak dengan lebih cepat, untuk sementara waktu tidak mengkhawatirkan musuh bisa mengetahui pergerakan mereka.
Setelah keluar dari dalam hutan, terdapat tebing curam dihadapan mereka, dan terdapat ombak laut didepan sana, jika tidak hati-hati maka mereka bisa kehilangan kesempatan dan jatuh kedalam tebing tersebut.
Jika tidak hati-hati mereka kemungkinan bisa jatuh kedalam tebing tersebut, Carlson menangkap kesempatan ini.
Dia dengan segera mengambil sepatunya dan melemparkan sepatunya kearah pohon yang berada dipinggiran tebing, dan kembali membuat pepohonan dan rumput yang berada disana berantakan, seolah-olah baru saja ada orang yang jatuh dari sini.
Setelah selesai melakukan hal tersebut, Carlson menatap Ariella, memegang wajahnya, berkata:”Ariella, kamu tidak usah khawatir, kamu hanya perlu mengikutiku. Bagaimana caranya kamu bisa masuk kemari, aku juga akan menggunakan cara itu untuk membuatmu keluar dari sini.”
Ariella berkata:”kita pulang bersama.”
Carlson menggenggam tangan Ariella:”baik, ikuti aku dengan baik.”
Carlson tahu, jika hal yang barusan dia lakukan tidak bisa mengelabui musuh beberapa lama, tetapi bisa mengundurkan waktu, membuat dia bisa berfikir cara untuk menghadapi musuh tersebut, dan menunggu Henry datang membawa orang mencari mereka.
Setelah berjalan meninggalkan tebing tersebut, mereka sampai pada suatu tempat yang kosong, disekilingnya hanya terdapat bebatuan.
Pada saat ini, Ariella baru menyadarinya, kemeja yang dipakai oleh Carlson sudah sejak lama tercabik-cabik, diatas tubuhnya terdapat bekas luka baik kecil maupun besar.
Dan kembali melihat diri sendiri, bajunya masih sama seperti dulu, hanya terlihat beberapa guratan, tetapi sama sekali tidak terdapat luka.
Pada saat mereka sedang berlari, Ariella hanya tahu untuk menggigit erat giginya, berusaha untuk tidak menginjak kaki belakang Carlson, juga karena hal ini, Carlson selalu melindunginya, juga karena Carlson yang selalu melindunginya, dia baru bisa tidak memiliki luka apapun.
Juga karena Carlson melindungi dia, Carlson barulah bisa mendapatkan luka, jika hanya Carlson saja yang bisa hidup, dia pasti tidak akan terlihat seberantakan ini.
Melihat luka ditubuh Carlson, Ariella merasa marah dan juga merasa bertahan, dia marah kenapa Carlson begitu bodoh, membenci mengapa dirinya begitu tidak berguna, dia mengepalkan tangannya memukul Carlson:”Carlson, kamu benar-benar bodoh!”
Carlson selalu menyebut jika Ariella bodoh, tetapi orang yang benar-benar bodoh sebenarnya adalah Carlson sendiri.
Mengapa dia selalalu melakukan suatu hal dengan memikirkan Ariella, mengapa dia tidak bisa melakukan suatu hal dengan memikirkan dirinya sendiri, apakah dia mau Ariella berhutang budi kepada dia seumur hidupnya?
Carlson menangkap tangan Ariella, lalu mencium-cium ringan tangannya:”Ariella, hanya dengan kamu baik-baik saja, meskipun menyiksaku hidup-hidup, aku juga tidak akan merasakan kesakitan.”
Mungkin Ariella masih tidak mengerti, seberapa pentingnya dia bagi Carlson.
Dia bagi Carlson, sudah seperti udara, jika satu orang sudah tidak memiliki udara, Bagaimana caranya dia bisa bertahan hidup?
Jawabannya tidak perlu dia ucapkan, semua orang sudah pasti mengerti.
“Maka, apakah kamu juga tidak tahu, melihat kamu terluka, hatiku sudah seperti terbakar diatas api.” Ariella terluka, hati Carlson bisa terasa sangat sakit, Carlson terluka, hati Ariella juga sama bisa terasa sangat sakit.
Ariella sama dengan Carlson, tidak apa-apa jika orang yang kesakitan adalah dirinya, bukan pasangannya.
Ariella menghembuskan nafas dalamnya, menggengam tangan Carlson:”ini merupakan wilayah terbuka, jika musuh bisa menemukan dia, maka akan sangat mudah untuk menghabisi kita, kita harus mencari tempat yang bisa menyembunyikan kita.”
Karenanya kali ini, biarkanlah Ariella yang melindungi Carlson, dia juga tidak bisa terus berlindung dibelakang Carlson, membiarkan Carlson terus melindungi dia.
Carlson tersenyum dengan puas:”ternyata kamu pintar juga, tidak sebodoh yang aku pikirkan.”
Nada bicaranya Carlson menjadi lebih ringan, dia hanya berusaha agar tidak membuat Ariella merasa khawatir.
Ariella tahu jika Carlson sedang menenangkan dia, berkata:”kamu tidak usah menenangkanku, nyali ku tidak sekecil dengan apa yang kamu bayangkan. Kita pasti akan selamat bersama-samadan pulang untuk melihat Riella kecil kita. Riella kecil sudah 3 tahun kehilangan cinta dari seorang ibu, dia tidak akan membiarkan Riella kehilangan satu orangpun lagi.”
Ini baru adalah Ariella, biasanya terlihat sangat lemah, seperti jika ada angina yang meniupnya dia juga pasti bisa jatuh, tetapi ketika berhadapan dengan suatu hal, dia bisa dengan cepat menjadi tenang, bisa memikirkan cara bagaimana cara mengatasi masalah yang ada.
Tidak peduli siapapun, memiliki kekuatan apapun, dia pasti tidak akan membiarkan mereka menyakiti dia dan orang yang dicintainya.
“Siapa yang menenangimu, aku hanya ingin memberitahumu, aku tidak akan membiarkan kamu terjadi masalah apapun.”Carlson menggengam tangan Ariella dan membawanya pergi.
Setelah melewati ladang kosong itu, didepannya kembali terlihat semak belukar.
Ariella berjalan menuju kearah semuk belukar, Carlson menariknya kembali, berkata:”jika kita memakai sepatu dan berjalan diatas semak belukar ini, kita pasti akan meninggalkan bekas. Dan mereka akan menyadari jika kita sama sekali tidak jatuh kedalam tebing yang curam itu, dan mereka akan mengejar kita mengikuti bekas yang kita tinggalkan, tidak peduli kita berjalan seberapa jauh, mereka pasti tetap akan bisa menemukan kita.”
Pada saat Carlson selesai bicara, kembali terdengar suara tembakan.
Carlson berfikir, jika suara tembakan itu terdengar dari tempat dia membuat seolah-olah mereka sudah jatuh kedalam tebing, tidak peduli mereka benar-benar jatuh atau tidak, mereka sudah pasti tidak akan percaya dengan begitu mudahnya.
Orang yang memberi tahukan lokasi kepada mereka, menghabiskan begitu banyak waktu, tetapi tidak melihat secara langsung tubuh mereka, dan lagi bagaimana bisa begitu nasib baik, karena itu mereka sudah pasti akan melanjutkan pencariannya.
Ariella memegang erat tangan Carlson, berkata:”jangan terburu-buru, kita harus memikirkan cara lagi.”
Jika ingin membuat orang yang mengejar mereka yakin sepenuhnya jika mereka sudah jatuh kedalam tebing itu sudah pasti bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi Ariella sudah berusaha untuk berfikir.
Meskipun dirinya tidak begitu pintar, tetapi dia sudah berusaha untuk bersama-sama dengan Carlson, otak dua orang, mau bagaimanapun sudah pasti lebih mudah melewat otak satu orang.
Orang tersebut mencari mereka menggunakan jejak yang mereka tinggalkan, maka mereka hanya perlu untuk tidak meninggalkan bekas apapun, membuat mereka yakin, jika mereka berdua benar-benar baru saja jatuh dari tebing.
Carlson membawa Ariella mempelajari keseluruhan bentuk tebing, tetapi tempat yang bisa ditemukan oleh mereka, sudah pasti bisa ditemukan juga oleh musuh mereka.
Cara terbaik sekarang adalah mencari tempat yang bisa menyembunyikan badan mereka, dan pada saat yang sama bisa menyerang musuh di tempat, dengan begitu mereka bisa memiliki waktu untuk menunggu hingga penyelamat datang menyelamatkan mereka.
“Carlson, kamu cepat lihat?” Ariella menunjuk sebuah pohon dengan lubang di tepi tebing,”mari kita turun dan melihat, tidak bisa dipastikan jika dibawah sana ada tempat untuk berlindung.”
Carlson memutarkan kepalanya, melihat bahwa musuh masih belum mengejar mereka.
Lalu dia kembali melihat Ariella, berkata dengan serius:”aku akan turun kebawah, kamu tunggu disini, kemanapun tidak boleh pergi.”
“Baik.” Ariella mengangguk-anggukkan kepalanya.
Carlson merasa khawatir dan sekali lagi melihat Ariella, dan mendengar perkataan Ariella:”kamu tidak usah khawatir, aku akan mendengarkanmu.”
“Iya.” Carlson menunduk, kedua tangannya memegang ranting pohon, menggunakan ranting pohon untuk menopang badannya, baru perlahan-lahan turun kebawah.
Ariella melihat Carlson, lalu memutarkan kepala melihat kejauhan, menghembuskan nafas khawatirnya.
“Ariella—”
Mendengar Carlson memanggil dia, Ariella menjawabnya, dan pada saat yang sama kembali melihat, melihat bahwa tidak jauh dari mereka terdapat orang yang membawa pistol dan berjalan kearah mereka.