Riella kecil menganggukan kepalanya, tidak menangis, tidak ribut, dan membiarkan Abang Hansel pergi begitu saja.
Hansel memaksakan dirinya untuk pergi.
Dia berbalik badan dan berjalan pergi.
Dibelakang, Riella kecil mengangkat ujung gaun dan mengikutinya.
Kakinya yang panjang, satu langkah ia berjalan maka beberapa langkah kaki Riella kecil, dia berjalan kecil satu langkah, Riella kecil harus berjalan dua tiga langkah agar dapat mengejarnya.
Setelah ia berjalan beberapa langkah, ia tak sanggup untuk pergi begitu saja, dia tak tahan dan akhirnya membalikkan badannya untuk melihat Riella kecil, siapa sangka ketika ia membalikkan kepalanya, ia melihat Riella kecil sedang mengikutinya.
Disaat ini, Hansel ingin sekali tidak memperdulikan segalanya.
Ia ingin sekali tetap disini menemani Riella kecil, menemaninya tumbuh dewasa; atau membawanya pergi dan membawanya ke negara dia……
Tetapi tidak boleh, apapun idenya, tidak bisa, tidak ada syarat apapun yang bisa membuatnya melepaskan segalanya.
Negara adalah tanggung jawabnya, ia pernah berjanji pada ibunya untuk bertanggung jawab atas negara, dia tidak punya alasan untuk mundur.
Identitas Riella kecil juga menjadi perhatian orang banyak, ayah dia juga tidak akan membiarkan siapapun untuk membawanya pergi.
Dua ide, tidak ada satu pun yang masuk akal.
Saat seperti ini, jika ia salah mengambil langkah, negara akan menjadi hancur!
“Riella kecil, kamu jangan mengikuti Abang Hansel lagi, Ayah mu sudah menyuruh orang lain untuk datang kemari.” Hansel tidak bisa memikirkan Riella kecil, ia harus tetap pergi menjauh.
Riella kecil tidak peduli, ia masih mengangkat gaunnya dan mengikuti belakang Abang Hansel, Abang Hansel berjalan satu langkah, ia berjalan tiga langkah.
Ia terus mengejarnya, tidak peduli bagaimana, dia tidak akan menghentikan langkahnya untuk mengejar langkah Abang Hansel.
“Riella kecil, kamu harus mendengar omongan Abang Hansel, kamu harus pintar.” Riella kecil terus mengikutinya, Hansel kembali menghentikan langkahnya dan berbalik berbicara dengannya.
“Abang Hansel, Riella kecil mau mengikutimu……” Riella kecil mengulurkan tangan dan menahannya, tetapi ia berhasil mundur satu langkah lebih cepat sehingga berhasil menghindar, membuatnya tidak dapat menahan apapun.
Perkataan yang diungkapkan Abang Hansel, dia mengerti, tetapi juga tidak mengerti……disaat ini ia hanya tahu setelah Abang Hansel pergi, ia tidak akan bertemu dengan Abang Hansel dengan waktu yang cukup lama.
Umurnya yang masih kecil berusaha untuk tidak menangis, tetapi bagaimanapun ia masih anak kecil, Abang Hansel pergi semakin jauh dan semakin cepat, ketika dia tidak dapat mengejarnya, dia sangat sedih dan menangis dengan sangat kencang.
Suara tangisannya kali ini berhasil menarik perhatian orang-orang yang sedang mencarinya, orang-orang tersebut segera mengelilinginya, dia menghapus air matanya melihat kearah tempat Abang Hansel pergi dan Abang Hansel sudah tak ada.
Tidak dapat melihat Abang Hansel, Riella kecil menangis dengan sangat sedih, siapapun tidak boleh mendekatinya, hanya tangisan kesedihannya dan tidak berbicara apapun.
Sampai ayah dan ibunya datang, kesedihannya mulai memudar.
Ariella memeluk Riella kecil, mencium dan mengelusnya: “Sayang, kamu kenapa begitu sedih? Kasih tahu Ibu sebenarnya apa yang terjadi?”
Ariella tidak mengerti apa yang sudah terjadi, tetapi Carlson tahu……ketika ia melihat Rico juga berada dipulau itu, ia sudah tahu Riella kecil dibawa pergi oleh siapa.
Karena ia tahu Riella kecil dibawa pergi oleh siapa, ia tahu orang itu tidak akan menyakiti Riella kecil, makanya ia menarik Ariella untuk melanjutkan malam pertama mereka.
Tapi siapa tahu, keinginannya itu malah membuat Ariella marah padanya.
Anak mereka hilang, ia tidak khawatir, diotaknya malah memikirkan hal lain, sudah pasti membuat Ariella yang tidak tahu apapun menjadi marah besar.
Tetapi masalah ini Carlson juga tidak ingin menjelaskan, jadi ia sementara hanya bisa mengikuti apa keinginan Ariella untuk pergi mencari anak mereka.
Tubuh kecil Riella kecil terus bergelumut manja dipelukan ibunya, terlihat sangat kasihan, seolah-olah semua orang didunia ini membullynya.
“Riella kecil, jangan nangis ya, Ayah dan Ibu sudah disini, lain kali tidak akan membiarkan kamu sendiri.” Melihat Riella kecil nangis begitu sedih, Ariella merasa sangat bersalah.
Ia merasa Riella kecil bisa sesedih ini pasti karena setelah pernikahan selesai mereka meninggalkannya.
Hati anak ini memang lebih sensitif dibandingkan anak lain, bukan hal yang aneh jika melihatnya seperti ini.
“Wu Wu……” Riella kecil menyeka air mata dan hidungnya dipakaian ibunya, tidak ada Abang Hansel, setidaknya ia masih ada ayah dan ibu.
“Riella kecil, kasih tahu Ibu apa yang sebenarnya terjadi ya?” Ariella mencium Riella kecil, lalu mengecek badan Riella kecil apakah ada yang terluka, melihat Riella kecil tidak kenapa-kenapa, Ariella sedikit lebih tenang.
Carlson menggendong Riella kecil, mengelus pelan kepalanya, “Riella kecil, ngga apa-apa, pulang sama Ayah Ibu ya, jangan menangis lagi.”
Riella kecil manja didalam pelukan ayahnya, suara tangisannya semakin mengecil, terakhir ia tertidur.
Ketika Carlson menggendong Riella kecil pergi, Hansel yang bersembunyi dibalik tempat yang gelap terus memperhatikan mereka hingga mereka pergi menjauh dan tak terlihat, ia baru melepaskan tatapan matanya.
Pertemuan selanjutnya dengan Riella kecil tidak tahu akan di tahun apa, bulan apa, hari apa?
Ia berharap, ia dapat dengan cepat menemuinya lagi.
Tetapi permasalahan didunia, siapa yang bisa berkata dengan jelas, mungkin saja dalam waktu dekat ini mereka dapat kembali bertemu, atau mungkin selamanya tidak akan pernah bertemu.
……
Riella kecil sudah ditemukan, tidak ada bekas luka, benar-benar diluar dugaan, Carlson dan Ariella membawa anaknya kembali kerumah, masalah ini akhirnya reda juga.
Pencarian Riella kecil sudah selesai, masalah Darwin dan Efa yang sempat tertunda karena pencarian Riella kecil kembali mulai memanas.
Disaat ini, Darwin menatap tajam Efa, begitu pun juga dengan Efa, dua orang dengan empat mata, mata belo menatap tajam mata sipit, mata sipit menatap tajam mata belo, siapapun tidak ada yang ingin mengalah.
Setelah sekian lama, akhirnya Darwin membuka suara, dan dengan kasarnya berkata: “Pulang ke Kota Pasirbumi bersamaku.”
Mendengarnya seakan sedang memerintah bawahan, Efa semakin marah besar, berengsek, dia selama ini menganggap dirinya seperti apa?
Efa menggerutukan giginya, membalikkan badan dan pergi.
Baru saja ia melangkahkan kakinya, Darwin kembali menahannya: “Efa, cukup, jangan kelewatan ya.”
Dia sudah mengalah sekali, dua kali……untuk ketiga kalinya, kesabarannya juga ada batas untuk tidak membiarkan dirinya marah.
Efa melihat Darwin mencengkram kedua tangan dengan erat, ia tersenyum dengan dingin dan berkata: “Darwin, aku ngga lagi bercanda sama kamu, aku dan kamu sudah ngga mungkin lagi.”
Darwin akhirnya meledak: “Kamu jangan lupa ya, siapa yang setiap hari terus mengejarku, tiap hari berteriak ingin menikah denganku. Kenapa, ketika aku menerimamu, kamu ingin mundur? Efa, jangan bermimpi. Kamu ingin kabur, aku tidak segan-segan untuk mematahkan kakimu.”
Efa kembali dengan tertawa dinginnya: “Aku akui orang yang terus mengejarmu adalah aku, tetapi aku juga manusia, masih punya harga diri. Orang berengsek sepertimu, aku ngga menginginkannya lagi.”