Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 105 Emosional Yang Runtuh





Haha …





Ariella tiba-tiba tertawa dingin, matanya yang tajam menatap Zeesha dengan dingin.





Ini adalah Ayahnya yang luar biasa.





Dia tidak pernah tahu bahwa Zeesha memiliki kemampuan memutarbalikkan fakta.





Zeesha kembali berkata: “Ariella, lebih baik kamu kembali. Aku tidak akan membiarkanmu mengganggu Ibumu.”





“Apa lagi?” Ariella tidak marah, hanya menatap Zeesha lekat-lekat.





Ariella hari ini ingin melihat, perkataan memalukan apa lagi yang akan dikatakan oleh Zeesha.





Zeesha melihat sekeliling, dia tidak berani melihat langsung ke tatapan Ariella, menunggu sebentar kemudian berkata: “Jika kamu masih menganggap dia adalah Ibumu, maka kamu berbaik hatilah, biarkan dia pergi dengan tenang, jangan biarkan dia meninggal dengan penyesalan. ”





Mendengar kata-kata “meninggal dengan penyesalan”, amarah Ariella seketika muncul, jika bukan karena Zeesha, ibunya masih hidup dengan baik.





Dia yang membunuh Istrinya sendiri, membunuh Ibunya yang paling Ariella sayangi.





“Zeesha…” Ketika Ariella baru saja akan marah, Carlson mengulurkan tangan dan menarikanya kembali.





Carlson mengelus kepalanya dan berkata pelan: “Ariella, kita datang untuk menemui Ibu mertua.”





Sebelum datang, Carlson sudah menebak bahwa Zeesha pasti akan melakukan hal ini, jadi dia menyuruh Daiva menelepon untuk mencari orang.





Ketika ditarik oleh Carlson, kemudian mendengar suaranya yang rendah, amarah Ariella kembali ditekannya, melotot pada Zeesha dengan kejam.





Saat ini, sebuah mobil hitam dengan cepat melaju dan berhenti di sisi mereka, seorang pria paruh baya gemuk turun dari mobil itu.





Melihat Carlson, pria gemuk itu mengangguk dan berkata: “Presdir, maaf membuatmu menunggu lama.”





Carlson mengangguk: “Merepotkan Direktur Zhang untuk memimpin jalan.”





Pria gemuk yang dipanggil dengan Direktur Zhang itu bergegas melangkah, sambil berjalan sambil berkata: “Presdir, silakan. Bawahanku tidak mengerti, memperlambat kunjungan Presdir, aku minta pengertianmu.”





“Direktur Zhang, hal yang kamu janjikan…” Zeesha juga mengikuti, tapi kalimatnya masih belum selesai, Direktur Zhang sudah melotot padanya dengan kejam.





“Pekerjaan” harian Zeesha adalah memikirkan cara bagaimana dia mendapatkan kekuasaan, selama beberapa dekade ini dia sudah mengembangkan keterampilan untuk mengamati raut wajah dan juga perkataan seseorang.





Dia mendengar Elisa berkata bahwa Ariella sudah menikah, tapi siapa pria itu, dia tidak menyelidikinya.





Setelah Ariella pergi, dia memikul nama buruk dan pergi dengan begitu menyedihkan.





Ariella yang memikul nama buruk, sangat mudah untuk menikah dengan pria, tapi tidak mungkin untuk menemukan seseorang yang memiliki lebih banyak uang dibandingkan dengan Ivander, jadi dia tidak mempedulikannya.





Tapi melihat penampilan pria itu tadi, sekujur tubuhnya tertutup dengan aura dingin dan juga elegan yang tidak dapat disembunyikan, dan ditambah sikap Direktur Zhang padanya, sepertinya pria itu bukanlah orang biasa.





Bukan orang biasa, lalu siapa dia?





Apa kekuatan di baliknya itu bisa dibandingkan dengan Ivander?





Secara naluriah, Zeesha menilai seseorang dari aspek itu.





Kekuatan di belakang seseorang adalah standar ukurnya apakah dia harus bersikap menyenangkannya atau tidak.





“Ayah, apa yang sedang kamu lihat? Apa Ariella sudah datang?” Tangan Elisa memegang dua botol air, tadi Zeesha memintannya membelinya.





Zeesha menoleh dan menatap sekilas pada Elisa, kemudian melihat dari Ariella dan juga dua orang lainnya dari kejauhan: “Elisa, apa kamu pernah menemui pria yang menikah dengan Ariella?”





Elisa berpikir kemudian berkata: “Aku melihatnya sekilas dari kejauhan ketika aku berada di Kota Pasirbumi, jaraknya terlalu jauh jadi aku tidak melihatnya dengan sangat jelas.”





Zeesha berkata: “Aku lihat paras dan juga temperamen pria itu lumayan, nanti kamu pergi ke sana dan lihat, temukan cara untuk mengetahui detailnya.”





“Mereka sudah datang?” Elisa juga menatap ke arah pandangan mata Ayahnya, hanya melihat sosok Ariella dan Carlson yang sudah berjalan jauh, “Ayah, kamu tidak menghentikan mereka?”





Zeesha memicingkan mata dan berkata: “Orang yang secara pribadi diantar oleh Direktur Zhang, bagaimana mungkin aku menghentikannya.”





“Orang yang secara pribadi diantar oleh Direktur Zhang?” Elisa tidak bisa menahan diri untuk tidak memandang kedua orang di kejauhan itu, tanpa sadar teringat pada pria yang hanya bertemu beberapa kali dengannya beberapa tahun yang lalu.





Sosok belakang pria yang dinikahi Ariella itu sangat mirip dengan Abraham.





Seharusnya tidak akan begitu kebetulan bahwa itu adalah orang yang sama.





……





Direktur Zhang memimpin Ariella dan Carlson masuk ke ruang beku di rumah duka, ini adalah tempat penyimpanan yang besar, masing-masing jasad dikemas dalam sebuah kotak.





Ketika anggota keluarga datang, mereka dipimpin oleh orang khusus, memegang nomor dan menarik orang itu keluar dari kotak.





Ariella terus merasa enggan untuk percaya bahwa Ibunya benar-benar telah meninggal, sampai matanya melihat Ibunya yang sudah terbaring di dalam kotak itu dengan kaku, melihat wajah yang sudah sangat putih itu dan sudah berubah bentuk, masih terdapat darah beku di dahinya …





“Ibu …” Ariella ingin menyentuh Ibunya, ingin memandang Ibunya lagi dari jarak dekat, tapi kedua kakinya lemas, semua kekuatan di tubuhnya bagai terkuras.





Jika Carlson tidak menahannya tepat waktu, dia telah jatuh ke lantai.





“Bu …”





Selain kata ini, suara Ariella yang serak tidak bisa lagi mengatakan kata lainnya.





Jantungnya bagai dikosongkan, hembusan angin sejuk bertiup di hatinya lagi dan lagi, hatinya hampa.





“Ariella-ku setelah tumbuh dewasa pasti sangat cantik.”





“Ariella-ku setelah tumbuh dewasa harus menikah dengan seorang pahlawan.”





“Ariella-ku selamanya adalah bayi satu-satunya milik Ibu.”





“Ariella-ku …”





Apa yang Ibunya katakan di masa lalu bagai putaran film, adegan demi adegan muncul di benak Ariella.





Tapi, orang yang pernah menghangatkan seluruh masa kecilnya ini sekarng sudah tidak bisa lagi mengatakan sepatah kata pun, tidak bisa lagi menyentuh kepalanya, dan berbisik: “Ariella-ku …”





Mengapa Tuhan begitu kejam, kesalahpahaman antara dia dan Ibunya baru saja selesai.





Beberapa hari yang lalu Ariella masih berpikir bahwa masa depan mereka begitu cerah dan sangat bahagia.





Dia akan bisa merawat Ibunya, bisa membawa Ibunya unutk menjalani kehidupan yang baik.





Tapi, Ibunya sekarang berbaring di lemari es yang dingin, tidak ada lagi masa depan.





Mungkin …





Apa yang dikatakan Zeesha benar, dia yang membunuh Ibunya. Dia pergi sendirian meninggalkan rumahnya, meninggalkan Ibunya di rumah yang bagai neraka itu.





Kenapa dia tidak membawa Ibunya pergi lebih awal?





Mengapa Tuhan yang kejam tidak memberinya kesempatan untuk merawat Ibunya?





Kenapa?





Emosi yang ditahan Ariella sepanjang hari akhirnya runtuh pada saat ini, air matanya mengalir turun dengan deras bagai mutiara yang putus talinya.





Ariella hampir berteriak meraung dengan suara serak, seperti binatang buas, setiap suara yang dikeluarkan penuh dengan keputusasaan dan kesedihan yang menusuk tulang.





Hatinya hampa, seakan tidak ada yang bisa diisi lagi.





Carlson memeluknya, tidak mengatakan apa pun untuk membujuknya, hanya membiarkan Ariella menangis dan membasahi pakaiannya, biarkan Ariella menangis saja. Dengan mengeluarkan tangisnya seharusnya dia tidak akan begitu merasa tidak nyaman.





Hanya saja, ketika melihat air mata Ariella, hati Carlson juga sakit, suasana hatinya juga tidak bisa dikendalikannya, perasaan seperti ini belum pernah dialami Carlson sebelumnya, saat ini dia mengalaminya melalui Ariella, tapi dia tidak membencinya.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK