Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 134 Hadiah Yang Sepenuh Hati





Bukan saja terdapat ruang dandan, ada pula ruang pakaian, kamar mandi, juga ada ruang baca kecil. Singkatnya, kamar ini bukan hanya kamar biasa, tapi lebih mirip kamar suite.





Rumah seperti ini di Northfork Estate benar-benar tak terbilang harganya.





Carlson memiliki rumah mewah seperti ini di tempat seperti ini, ditambah lagi di dalamnya telah tersedia banyak orang untuk melayani, apakah dirinya sungguh-sungguh hanyalah seorang bagian manajemen tingkat atas Aces?





Kalau bukan karena ia telah melihat foto Carlton di internet sebelumnya, ia pasti benar-benar mengira Carlson adalah orang dalam Aces yang disebut sebagai Carlton itu.





Pertama, umur mereka sama, keduanya berusia 28 tahun.





Dan lagi pembawaan Carlson yang selalu bersih dan berwibawa, terawat, dengan sikapnya yang elegan, bagaimanapun juga semua yang melihatnya merasa dia bukan dari sebuah keluarga yang biasa-biasa saja.





“Apa kau ingin melihatnya?” Carlson menggandeng Ariella masuk ke dalam ruang dandan.





“Ingin.” Ariella mengangguk.





Wanita selalu memiliki rasa tersendiri terhadap ruang dandan, Ariella berjalan ke arah lemari pakaian dan membuka pintu sebelah kanannya, pakaian dan sepatu semuanya telah tertata rapi di sana, persis seperti toko pakaian.





Ariella berpaling untuk melihat Carlson, “Ini semua kau yang siapkan?”





Carlson mengangguk, sorot matanya melembut dan menatap lurus padanya, “Apa kau suka?”





“Tentu saja suka.” Wanita mana yang tidak menyukai pakaian yang indah, tentu saja termasuk dirinya.





Tapi yang lebih menarik hatinya adalah kesungguhan Carlson terhadap dirinya ketimbang pakaian-pakaian yang ada dalam lemari itu.





Di pintu sebelah kiri terdapat pakaian Carlson, kira-kira ada belasan jas, seluruhnya berwana abu-abu pucat. Entah mengapa ia begitu suka dengan pakaian berwarna sejenis itu?





Di ruangan yang lebih dalam barulah terdapat kamar tidur, hanya kamar tidur saja sudah lebih besar dari kamar tidur utama yang sekarang mereka tinggali.





Apalagi ranjang king size di tengah ruangan itu, besar dan luas. Dua orang berguling-gulingan pun tidak akan terjatuh.





Begitu memikirkan hal ini, wajah Ariella tanpa sadar berubah merah, ia tidak berani memalingkan wajahnya memandang Carlson.





Carlson berjalan mendekatinya, memeluknya dari belakang, lalu menunduk dan berbisik pelan di telinganya, “Aku masih harus pergi selama dua hari, kau di rumah menungguku.”





Entah apakah ia sengaja melakukannya, napasnya yang panas terasa di telinganya ketika berbicara, membuat telinga dan lehernya memerah.





“Ya.” Ariella mengangguk sekuat tenaga, masih tidak berani mengangkat kepalanya.





“Ariella…” Ia kembali memanggil namanya dengan suara pelan.





“Ya?”





“Lain kali kau ikut saja denganku dinas.” Entah mengapa, setiap kali meninggalkannya Carlson tidak bisa tidur nyenyak. Pikirannya melayang-layang memikirkan dirinya.





“Tenang saja. Tidak akan ada lagi kejadian ponselku terjatuh seperti hari ini, kau pergilah dinas dengan tenang.” Ariella tidak menangkap maksud lebih dalam dari perkataan Carlson.





Sedangkan Carlson bukan tipe orang yang suka menjelaskan panjang lebar, setelah menghela napas sejenak, ia kembali memeluknya.





Hari kedua pagi-pagi sekali Carlson telah pergi.





Ariella juga ikut bangun pagi karena dia, karena tempat ini terlalu asing baginya, sama sekali tidak ada suasana rumah.





Ditambah lagi rumah ini terlalu banyak orang, dan semuanya orang keluarga Carlson. Dia tidak ingin calon mertuanya menilai dirinya menantu yang malas ketika melihatnya.





Awalnya Ariella ingin membantu memasang hiasan tahun baru di rumah, namun semuanya sudah ada yang mengerjakan.





Tidak ada yang dapat ia kerjakan, kalau dibilang dia adalah seorang putri, mungkin lebih tepatnya ia seperti orang yang gabut saja.





Setelah makan siang, Ariella benar-benar tak ada kerjaan dan merasa bosan. Akhirnya ia pergi ke taman belakang sendiri dan berjalan-jalan, menikmati sinar mentari musim dingin.





“Cepat tangkap anjing kecil itu, dia sangat kotor, tidak boleh masuk ke rumah. Kalian juga tahu kan kalau tuan sangat tidak suka benda-benda kecil seperti ini.”





Begitu mendengar suara ini dari sebelah, Ariella segera mencari sumber suara itu. Dilihatnya dua orang perempuan sedang mengejar Mianmian.





Mianmian terus menerus berlari sambil menggonggong, Ariella segera berjalan mendekatinya, “Mianmian…”





Begitu didengarnya suara Ariella, Mianmian segera berlari ke arahnya sambil menggonggong kembali. Sepertinya ia cukup shock.





Ariella menangkap tubuh Mianmian yang kecil dan berlari ke arahnya itu, lalu mengusap-usap kepalanya yang kecil dan menenangkannya dengan suara lembut, “Jangan takut Mianmian, ibu di sini.”





“Nyonya, mohon berikan itu pada kami.” Kedua pelayan perempuan itu berkata dengan sikap sopan, tapi kata ‘mohon’ itu dikatakannya dengan nada yang sangat tegas.





Ariella tersenyum lembut, “Mianmian takut pada hal asing, lebih baik aku saja yang menjaganya, dengan begitu tak merepotkan kalian lagi.”





“Nyonya, kami ingin membersihkan dirinya.” Sambil berkata demikian, pelayan wanita itu tercenung dan mempertimbangkannya sejenak, lalu berkata, “Tuan punya mysophobia, di manapun ia berada tidak boleh ada benda kecil seperti ini muncul.”





“Benarkah?” Ariella merasa hubungan Carlson dan Mianmian tidak seburuk itu, apakah tuan yang mereka maksud benar-benar Carlson?





“Nyonya…”





“Biar aku ikut kalian membersihkan Mianmian.” Masing-masing keluarga punya aturannya sendiri. Ariella memang tidak mungkin menerima bulat-bulat begitu saja, tapi Mianmian takut hal asing, lagipula ia turun tangan membantu Mianmian juga tidak masalah.





Kedua pelayan perempuan itu saling berpandangan, lalu berkata, “Silahkan lewat sini, Nyonya.”





Dalam sekejap, dua hari telah berlalu. Seluruh Moonriver telah didekorasi ulang, setiap sudutnya terpasang dekorasi bernuansa tahun baru.





Sudah 3 tahun Ariella tidak merayakan tahun baru dengan baik, melihat semua orang tengah sibuk memasang lampu warna warni, perasaannya sungguh senang.





“Bu Vita, apakah kau bisa beritahu padaku apa yang disuka oleh para senior di keluarga Carlson?” Ariella mencari Bu Vita, hendak mengenal lebih jauh tentang senior di keluarga ini.





Bagaimanapun ini kali pertama ia bertemu dengan keluarga Carlson, ada baiknya memberikan hadiah sebagai silahturahmi.





Uang Ariella tidak banyak, keluarga Carlson harusnya juga tidak kekurangan barang-barang mahal dan bernilai, jadi ia memutuskan untuk memberikan sesuatu sesuai dengan kesukaan mereka saja, menyiapkan sendiri hadiah kecil untuk mereka.





Ia ingin berusaha sebaik-baiknya, memberikan kesan yang baik bagi keluarga Carlson.





Bu Vita berkata, “Kakek menyukai lukisan, tuan besar suka tamasya, dan istrinya suka bordir.”





Setelah mendapat informasi tersebut, Ariella segera bersiap pergi.





Ariella tahu di kota Pasirbumi ada satu jalan yang penuh dengan toko koleksi yang menjual berbagai lukisan zaman kuno, memang tidak bisa dikatakan benda itu orisinil, namun kalau dipilih dengan sepenuh hati, pasti akan mendapatkan barang yang bagus.





Soal tuan besar yang suka tamasya, Ariella berpikir apa yang harus diberikan untuknya.





Sedangkan kesukaan ibu Carlson cukup mudah, salah satu pembordir terbaik ada di kota Pasirbumi, Ariella juga bersiap ke sana untuk memilihnya.





Ia menghabiskan sepanjang pagi untuk mencari beberapa lukisan terkenal yang kira-kira cukup dikenalnya. Setelah mendapatkannya, Ariella cukup puas.





Setelah ia makan siang di salah satu rumah makan, ia kemudian pergi ke sebuah jalan yang terkenal dengan bordirannya, lalu memilihkan 2 bordiran khusus untuk ibu Carlson.





Dia memilih barang-barang ini sepenuh hati, pikirnya, semoga keluarga Carlson menyukainya.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK