Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 262 Sendirian Akan Takut





“Ariella…”





Ariella tidak mengerti bibi itu bilang apa, sampai ada suara yang terdengar dari belakang dia, baru dia sadar kembali.





Melihat ke belakang, Ariela melihat Carlson sedang jalan ke arahnya, langkahnya terlihat buru-buru tapi tetap elegan, tatapannya terlihat sangat khawatir dan mengasihani.





Kasihan? Dia sedang mengasihaninya? Tapi.. mengapa dia bisa tahu kalau dia disini?Ariella tidak mengerti, dia merasa di dunia ini ada terlalu banyak hal yang dia tidak bisa mengerti. Dia seperti jiwa soliter yang melayang di laut tanpa masa lalu, semua yang bisa dilihat seperti fatamorgana, tidak ada apa-apa, tidak bisa percaya.





Apakah dia bisa percaya Carlson? Dia saja tidak tahu.





Di dunia ini sebenarnya dia bisa percaya siapa.





Bahkan orang terdekatnya saja pura-pura baik kepadanya. Selalu bilang makan obat demi kebaikannya, tapi ternyata yang dikasih adalah narkoba.





Satu-satunya keluarga dia, orang yang dia paling percaya di dunia, satu-satunya yang bisa diandalkan dia.





Dia saja mungkin membohonginya, menyakitinya, kalau gitu siapa yang bisa dipercaya di dunia ini?





Kalau dari awal tahu kenyataannya sekejam ini, lebih baik dia tidak mengetahui yang sebenarnya, tetap hidup bodoh seperti dulu.





Carlson jalan ke depan Ariella, melihat dia ada air mata yang tidak kunjung menetes. Tatapan dia penuh dengan keputusasaan dan keraguan.





Hatinya merasa sangat sakit.





Dia tahu kalau Ariella sudah mengetahui kenyataan tentang kecanduan…Ariella yang teliti juga pasti tahu darimana kecanduan itu berasal, begitulah kenyataan, sangat kejam.





Carlson ingin memeluk Ariella, memberi tahu dia tidak apa-apa, ada aku. Tapi disaat seperti ini, Ariella terlihat terlalu putus asa, membiarkan tangan yang dia ulurkan tidak tahu mau taruh dimana.





Dia lalu memeluk Ariella.





Ariella tidak melawan, hanya saja Carlson merasa dia sedang gemetaran, seperti bayi yang sanat ketakutan.





“Ariella” dia memanggilnya dan dengan lembut berkata: “Ada aku disini.”Dia tidak tahu bagaimana cara menasehatinya, hanya bisa beri tahu kalau dia ada disana, pundak dia, pelukan dia akan setiap saat jadi senderan kamu.





Setelah lebih baik, Ariella baru berkata dengan pelan: “Apakah aku bisa percaya kamu?”Suara dia saja terdengar begitu lemah, seperti akan hancur kapanpun.





Carlson meletakkan dagu diatas kepala Ariella, dengan pelan menjawab: “Iya.”





“Ha” Ariella tertawa: “Tapi aku tidak berani percaya.”Carlson langsung mematung.





“Bahkan ayahku saja membohongi aku, aku masih bisa percaya siapa?” Ariella semakin lama bicaranya semakin cepat, “Aku ngaku aku tidak ada ingatan. Tapi kalian tidak boleh begitu, ayahku anggap aku apa? Catur? Alat? Lalu kalian anggap aku apa?”Ariella protes.





Carlson memeluknya lebih erat lagi: “Kamu adalah kamu, aku tidak pernah menganggapmu orang lain.””Kalau begitu aku siapa?” Ariella berusaha lepas dari pelukan Carlson dan menanyakan hal itu.





Carlson tiba-tiba tidak tahu harus jawab apa.





Dia adalah siapa?Ya istri dia, cinta sejati dia.





Tapi kejadian 3 tahun lalu menghancurkan ini.





Melihat Carlson belum menjawab, Ariella tertawa dingin dan menggelengkan kepala: “Lihatlah, kamu tidak bisa jawab. Kamu menganggap aku istrimu, tapi aku sudah tidak ingat.”





“Tidak apa-apa kalau tidak ingat.” Carlson sekali lagi menariknya dan memeluknya, tidak peduli Ariella melawan: “Kamu tidak ingin kembali ke masa lalu, kalau begitu kita ulang dari awal, sisanya tidak penting.”Asalkan kita masih ada, semuanya tidak penting lagi.





Carlson tidak melepaskannya, sedangkan Ariella yang di dalam pelukannya terus melawan, tendang, pukul, seperti sedang melampiaskan semua ke Carlson.





Tidak peduli bagaimana dia pukul, Carlson tidak lepas, dia berdiri tegak, seperti gunung besar yang bisa menahan segalanya.”





Sudah lelah memukul, tidak ada tenaga, serangan Ariella baru berhenti.





Ariella yang didalam pelukannya bertanya, setelah menangis dan teriak, suara dia terdengar lelah: “Kamu sudah tahu dari awal ya?”





Mengetahui aku kecanduan, mengetahui pelakunya adalah ayahku?





Walaupun Ariella tidak bicara jelas, Carlson sangat jelas mengetahui maksudnya, dia lalu menjawab: “Iya.”





Ariella menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata: “Kalau begitu mengapa tidak kasih tahu aku? Mau menertawakan aku? Atau mau lihat betapa bodohnya aku?”Carlson menekan kepala Ariella ke dadanya, agar mukanya tempel dengan jantung dia, berkata: “Aku tidak mau menertawakan kamu, aku hanya ingin melindungi kamu, tidak mau kamu terluka lagi.





“Haha.” Ariella tertawa, dan juga tidak tahu kenapa.





Dia lalu bertanya lagi: “Sebenarnya aku adalah Ariella yang kamu bilang itu? Abu yang kamu lihat setelah kamu pulang kerja dari luar kota?





Carlson sedikit tegang, lalu dengan suara rendahnya menjawab: “Iya.”





Mendengar suara itu, Ariella tiba-tiba tidak bisa tahan, air matanya terus mengalir.





Ternyata semua tebakan dia benar, dia adalah “{Ariella” yang seharusnya sudah meninggal. Dia adalah sobat Puspita, kakak ipar yang sering disebut Efa, ibu kandung Riella, dan adalah istri dia.





Mereka tidak menganggapnya pengganti “Ariella” yang sudah meninggal itu, itu memang dia.





Hanya saja dia melupakan semuanya, tidak ingat apa-apa.





“Kalau begitu mengapa kamu tidak beri tahu lebih awal? Mengapa masih mau mengarang cerita istrimu meninggal untuk membohongi aku?” Ariella tidak ingin menangis, tetapi diasudah tidak tahan, sambil lap air mata sambil berkata: “Carlson, kamu jelas tahu aku tidak ingin apa-apa, kenapa kamu masih aneh-aneh, kamu tidak tahu betapa takutnya aku sendirian.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK