Hari perayaan ulang tahun, melihat dari kepribadiannya, dia pasti akan datang, dia tidak akan mungkin bersembunyi dan tidak ingin masuk bertemu Riella.
Memikirkannya membuat dirinya merasa tidak tenang, hati Ariella merasa tidak tenang, berkata: “Ibu, aku akan menelepon paman kecil.”
Ariella dengan segera menelepon Darwin, teleponnya dengan cepat menerimanya, tetapi suara disana sangatlah berisik, dia kemungkinan masih diluar ruang kerjanya, suara angina dan air hujan, sangatlah berisik.
“Ada hal apa? Darwin mengeraskan suaranya, agar suaranya bisa terdengar oleh Ariella.
“Paman kecil, apakah Efa ada disana?” Ariella bertanya dengan sangat tergesa-gesa.
“Apa?” diseberang sana sangatlah berisik, tidak bisa mendengar dengan jelas, dia mengeraskan lagi suaranya,”besarkan sedikit suaramu.”
“Apakah Efa ada disana? Kami tidak bisa menghubunginya, Rory juga tidak tahu dia ada dimana.” Ariella mengeraskan suaranya.
“Efa?” suara Darwin terdengar ragu,”kamu tidak bisa menghubunginya?”
Ariella dengan cepat menjelaskan keadaannya kepada Darwin, setelah mendengarnya Darwin sama sekali tidak memberikan jawaban, malah mematikan teleponnya.
Setelah beberapa lama, masih tidak bisa menghubungi Efa, Ibu Carlson merasa sangat khawatir: “Nurmala, pergilah bertanya kepada Irfan, Tanya kepada dia, apakah sekarang dia hanya ingin gambar kuno dia, tidak ingin keluarga ini lagi.”
“Aku hanya melihat gambar sebentar, kamu sudah marah.” Ayah Carlson baru saja turun dan melihat Ibu Carlson yang begitu marah, tidak berdaya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ibu Carlson sangatlah marah hingga menghentak-hentakkan kakinya, dan berkata dengan marah: “Irfan, jika terjadi sesuatu dengan Efa, maka aku akan melakukan perhitungan denganmu.”
Melihat Ibu Carlson yang begitu jahat, terlebih lagi masih berada didepan anak dan menantunya, tetapi tidak menjumpai Ayah Carlson yang merasa tidak enak hati, dengan sabar berkata: “apakah hal ini tidak bisa dikatakan baik-baik?”
“Ayah, kami tidak bisa menghubungi Efa.” Ibu Carlson merasa sangat khawatir dan juga merasa sangat marah, sama sekali tidak bisa mengatakannya, Ariella menjelaskan keadaannya sekali lagi.
Mereka sudah mencari keseluruh tempat yang Efa pernah kunjungi, mencari keseluruh orang yang ada kemungkinan menghubungi Efa, tetapi tetap tidak bisa menemukan Efa.
Pada saat mereka mencari Efa seperti orang gila, akhirnya Efa telah bangun.
Efa membuka matanya, ini merupakan ruangan gelap berukuran 30-40 meter, didalam kamar sama sekali tidak terdapat kipas, yang membuat dia melihat sedikit cahaya adalah cahaya di luar pintu.
Dia bergerak sedikit, menyadari jika dirinya sudah diikat diatas kursi, kaki dan tangannya juga telah diikat, diikat dengan sangat erat, hingga tidak bisa dibuka.
Efa berusaha memikirkannya, dia ingat jika dia sudah diculik oleh seseorang, tetapi dia tidak mengetahui siapa yang sudah menculiknya.
Jika dia berhasil menangkap orang itu, maka dia akan mengikat terbalik orang itu, membuat dia merasakan rasanya diikat.
Manusia jahat, beraninya mengikat dia, benar-benar tidak ingin hidup lagi!
“Sudah bangun.”
Terdengar suara yang suram, membuat Efa merasa terkejut, dengan cepat melihat kearah suara tersebut.
Dia sudah mencari beberapa saat, baru sadar jika didekat pintu ada sebuah speaker, suara itu berasal dari dalam speaker.
Diculik oleh seseorang, membuat Efa merasa sedikit khawatir, menghembuskan nafasnya, berkata: “kamu siapa, kamu ingin melakukan apa?”
Dari dalam speaker tersebut kembali terdengar suara orang tersebut: “aku sudah menangkapmu, kamu pikir aku ingin melakukan apa?”
“Paling menginginkan uangku.” Penculikan kebanyakan adalah untuk hal-hal ini, Efa berbicara sembarangan, lagipula dia sudah menjadi seonggok daging diatas kursi.
Tetapi setelah menculik dia penculik tersebut tidak langsung membunuhnya, kemungkinan karena menginginkan uang.
Hanya jika mereka menginginkan uangnya, maka untuk sementara dia nyawa dia masih aman.
Hanya dengan nyawanya yang masih aman, maka semuanya tidaklah lagi penting, tidak ada hal yang lebih penting lagi.
Efa berfikir lagi, menghembuskan nafas leganya, suara di dalam speaker terdengar lagi: “tidak, aku tidak menginginkan uangmu, aku menginginkan nyawamu!”
“Gila!” Efa mengeluarkan emosinya, jika dia bisa bergerak maka dia sudah pasti akan memukul orang itu.
“Hahaha??..”
Speaker tersebut mengeluarkan suara tertawa, tak lama kemudian, sekeliling kamar itu tiba-tiba menjadi sangat terang, cahaya yang menyilaukan mengarah lurus kearah Efa, hawa di dalam ruangan tersebut perlahan-lahan menurun.