Namun, hati Ariella yang baru saja lega, kembali tidak tenang.
Kali ini bel pintu bukan orang Carlson, mungkin berikutnya orang Carlson, selama dia ingin, bagaimanapun dia akan menjemput Riella.
Ariella ingin meminta Carlson membiarkan Riella bersamanya, tetapi dia tidak bisa begitu egois, Riella mengikutinya, bagaimana dengan Carlson?
“Nona Situmorang, silahkan menerima barang!” Staf pengiriman mengingatkan.
“Oh, baiklah!” Ariella juga mengabaikan hadiah dari DD Boutique dan menandatangani nama pada kwitansi dengan pena.
Meskipun dalam hatinya berpikir Riella dibesarkan oleh Carlson, Carlson ingin mengambil hak asuh Riella itu wajar, tetapi dia masih tidak rela.
Dia melewatkan pertumbuhan Riella selama tiga tahun, maka dia berharap dia dapat bersama Riella setiap hari.
Pengantar barang sudah lama pergi, dan Ariella masih memegang Riella berdiri diatas lantai bersalju, matanya menatap ke suatu tempat.
“Ariella, kamu berdiri melamun disana ngapain?” Puspita melambaikan kedua tangannya didepan matanya, tidak ada respon, dia pun menggunakan jari tangannya menyodot Ariella, “Ariella, apa yang kamu pikirkan?”
Ariella tersadar, menghirup hidungnya : “Sedang memikirkan apa? Apa yang di pikirkan? Cuman penasaran mengapa kemarin Riella begitu bahagia?”
Riella berjumpa dengan Carlson saat berada ditempat Puspita, Puspita tentu saja pasti bertemu juga dengan Carlson, jika memang Carlson ingin datang menjemput Riella, Puspita harusnya juga mengetahuinya.
“Mengapa kemarin begitu bahagia?” Puspita menggaruk-garuk kepalanya, “Kami berdua dirumah menonton kartun, semuanya versi inggris, sambil nonton, sambil belajar. Tidak diragukan lagi, bocah ini pelafalan inggrisnya sudah jauh sesuai standar, sekali ngomong terdengar seperti penduduk sini. Bahkan aku yang sudah tinggal setengah tahun disini, saat berbicara masih terdengar intonasi pelafalan daerah asal.”
Puspita banyak berbicara, dan sangat tidak nyaman sambil menggaruk kepala, Ariella sudah mengenalnya bertahun-tahun, sudah tahu jelas jika dia berbohong, dia akan terbiasa menggaruk kepala dan banyak berbicara.
Meskipun Ariella tidak mendapatkan jawaban langsung dari mulut Puspita dan Riella, tetapi Ariella 100% sudah yakin, mereka sudah berjumpa dengan Carlson, dan menutupi sesuatu darinya.
Dia sudah menebaknya, tetapi dia tidak berencana membuka kedok Puspita dan Riella.
Ariella tersenyum : “Situasi aku dan kamu hampir sama, pengucapannya juga sama tidak sefasih Riella kecil kita.”
Namun, apakah tidak pernah terpikir, siapa guru bahasa inggris Riella kecil mereka?
Adalah putra Aces, Carlson, putri yang di didik olehnya, bagaimana mungkin lebih buruk daripada yang lain.
“Ariella, jangan khawatir, Riella, kami semua akan membantumu menjaganya, tidak akan ada apa-apa, jangan khawatir.” Puspita tahu bahwa Riella senang bertemu dengan Ayah, tetapi dia tidak bisa memberi tahu Ariella.
“Yah, aku hanya melihatnya sangat bahagia, tapi dia tidak mau menceritakannya, hanya sekalian bertanya kepadamu.” Melihat salju turun semakin lebat, Ariella menambahkan, “Puspita, kamu mau masuk duduk didalam dulu?”
“Aku tidak masuk duduk lagi. Kami sudah ada janji dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan hari ini, sebentar lagi akan pergi ke rumah sakit,” kata Puspita.
Ariella menyampaikan : “Turun salju selebat ini, minta Gustin mengemudi lebih hati-hati.”
“Dia, seumur hidupnya selalu sangat hati-hati dalam bertindak, bahkan diatas ranjang juga.”
Mengungkit masalah diranjang, Puspita sangat tidak terima, tetapi siapa suruh saat itu jatuh dalam genggaman Gustin.
……
Dan juga bersamaan, didalam villa disebelah, Carlson juga sedang bersama bawahannya konferensi video.
“Tuan Carlson, sudah terlacak, proyek marga Gerina dengan Free Land benar ada yang mencurigakan. Manajer penanggung jawab proyek Free Land telah menerima villa seharga 200juta yang tidak diketahui asalnya.”
Saat konferensi video, Henry berdiri tegak, sedang menghadap ke kamera melaporkan situasi terbaru kepada Carlson.
“Karena sudah terlacak, maka beberkan informasi ini, semakin heboh semakin bagus.” Carlson mengangkat kakinya, duduk dengan elegan, dan memberi perintah.
Henry berkata lagi : “Sudah menjalankan sesuai yang anda sampaikan, dan bahkan sudah menambahkan informasi yang tidak valid, keluarga Gerina juga sedang menggunakan cara hubungan masyarakat .”
Carlson menyimpitkan matanya, berkata : “Beberapa hari ini, aku sangat sibuk, untuk masalah ini kamu mau bagaimana mengatasinya terserah, hanya perlu setiap malam laporan kepadaku.”
Henry sudah bertahun-tahun mengikuti Carlson, Carlson percaya untuk hal seperti ini tidak perlu dia yang turun tangan, Henry dapat mengatasinya dengan sempurna.
Sejak menduduki posisi direktur di Aces, Carlson tidak pernah meliburkan diri seharipun, sampai saat ini dia tidak bisa meninggalkan istri dan anaknya, mengambil kesempatan ini meliburkan diri.
“Tuan Carlson, kamu sudah ke Amerika?” sebagai asisten pribadi, kali ini ternyata mereka tidak tahu keberadaan direktur mereka, sungguh lalai.
Carlson mengangkat alis, “Ada masalah?”
“Tidak, tidak ada.” Tentu saja tidak masalah, ada masalah apa? Dia hanya memastikan keamanan direkturnya.
Setelah menutup telepon, Carlson memalingkan wajah menatap keluar jendela.
Dari tempat tinggalnya, dia dapat melihat perkarangan rumah Ariella.
Riella terlihat sangat gembira melompat-lompat di perkarangan rumah, sedangkan Ariella mengambil sapu menyapu tumpukan salju dari tengah ke pinggir.
Melompat dan melompat, Riella terguling ditanah seperti bola salju karena dia tidak dapat mengendalikan kecepatan.
Karena dia berpakaian terlalu tebal, tidak nyaman untuk bergerak, setelah jatuh ke tanah, dia berusaha keras untuk waktu yang lama dan tidak bisa bangun.
Akhirnya, Ariella melihatnya, dia menggendong Riella dan berkata dengan tertawa : “Apakah Riella ingin menjadi bola salju untuk membuat Ibu gembira?”
Riella memandangi Ibunya dengan mata terbuka lebar. Ibu baru saja mengatakan apa?
Bola salju itu bulat!
Dia tidak ingin menjadi bola salju, dia ingin menjadi gadis cantik yang imut, yang sangat cantik dan sangat imut.
Ariella tersenyum : “Aku mengatakan Riella kami paling cantik, walaupun terguling diatas tanah seperti bola salju, tetapi tetap paling imut.”
“Ibu, Riella adalah kesayangan yang dilahirkan Ibu, tentu saja imut.” Riella menyampaikan sesuai yang diajarkan oleh Ayah.
Ayah mengatakan setelah dia mengatakan kalimat itu, Ibu pasti akan sangat senang, seperti yang diharapkan Ibu tersenyum bahagia, dan juga mencium pipinya.
Mendengar si bocah mengucapkan kalimat tersebut, Ariella merasa hatinya akan segera mencair.
Melihat Ariella begitu pengertian dan imut, Ariella tanpa sadar mengingat Ayah Riella, karena ajarannya yang baik, baru ada Riella yang imut.
Setiap gerakan mereka, semuanya tampak dalam pandangan Carlson, melihat senyuman ibu dan anak, sudut bibir Carlson terangkat, dia juga ikut tersenyum.
Namun, senyum lembut Carlson menghilang tiba-tiba karena Ariella, dan itu merupakan keprihatinan yang mendalam di matanya.
Dia tanpa ragu berbalik dan berlari ke bawah.