Ariella tidak membuka video yang dikirimkan, tetapi ia malah memberikan voice note ke Ferdian: “Kak, kamu ada waktu untuk pergi minum dengan temanmu, tapi kenapa tidak ada waktu untuk kembali sebentar ke Moonriver?”
Sebastian adalah anak yang baru diadopsi oleh mereka, Ariella dan Carlson pasti akan menjaganya seperti anak kandung sendiri.
Hari dimana mereka mengasuh Sebastian, mereka pasti berharap semua keluarga yang penting dapat hadir diacara untuk mendapatkan persetujuan semua orang, membuat semua orang tahu bahwa sekarang ia bernama Sebastian Tanjaya.
Kemarin ia sudah memberitahu Ferdian, tetapi Ferdian malah tidak hadir, hati Ariella menjadi tidak senang.
Setelah Ariella mengirimkan voicenote, Ferdian sama sekali tidak membalasnya, dia menunggu cukup lama tetapi tidak mendapatkan balasan, akhirnya ia membuka video yang dikirimkan oleh Ferdian.
Setelah video mulai berputar, ia dapat melihat jelas divideo bahwa itu adalah lingkungan rumah Ferdian, Ariella seperti merasakan sesuatu, ia lalu menegakkan badannya.
Video masih terus berputar, ketika mendengar suara bel, hati Ariella tidak tenang, ia bahkan seakan menahan nafas ketika sedang menonton videonya.
Ketika ia melihat ayahnya keluar dari dalam kamar, sekujur tubuh Ariella terasa lemas, HP yang sedang dipegangnya pun hampir saja terjatuh.
Ia melihat ayahnya, ayahnya yang masih hidup, ayahnya yang bisa bergerak dan berjalan……
Walaupun wajah ayahnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak takut, ia malah dapat menerima dan melihat wajah asli ayahnya.
Karena dimatanya hanya ayahnya yang dengan sosok ganteng, muda dan gagah, rupa wajah ayah dua puluh tahunan yang lalu.
Ariella melihat ayahnya berjalan hingga samping pintu dan melihat sekilas keluar, mungkin orang yang didepan tidak ia kenal makanya ia tidak membuka pintu dan kembali berjalan ke kamar.
Lewat tidak seberapa lama, orang yang sedari tadi mengetuk pintu akhirnya menggunakan kunci untuk masuk kedalam ruangan lalu dengan cepat menculik ayahnya dan pergi.
Ariella fokus kepada satu orang ketika pintu terbuka lebar.
Salah satu orang yang menculik ayahnya, Ariella mengenalinya, orang ini adalah anak buah dari Henry, orang yang bekerja untuk Carlson.
Beberapa hari yang lalu, mereka pulang dari Kyoto setelah pemakaman ayahnya, dibandara Ferdian bahkan menunjuk orang itu dan bertanya pada Ariella apakah ia mengenalinya, bertanya padanya apakah orang itu bekerja untuk Carlson?
Disaat itu ia dengan yakin jikalau orang itu adalah orang bekerja untuk Carlson, tetapi saat ini, ia sangat berharap bahwa pria itu adalah seorang pengkhianat seperti Daiva si pengkhianat itu, semua yang dilakukannya atas perintah orang lain, sama sekali tidak ada hubungan dengan Carlson.
Tetapi Ariella juga sangat jelas, setelah masalah Daiva ini, Carlson meminta Henry untuk menyeleksi lagi dengan benar orang bawahannya, jika ada yang mencurigakan tidak akan dipertahankan lagi.
Apa yang terjadi saat ini?
Kenapa anak buah Carlson yang menculik ayah?
Ariella sendiri bahkan tidak tahu bagaimana ia bisa menyelesaikan putaran video ini, setelah selesai melihat video ini, Ariella terdiam kaku dan lupa akan respon yang tadi terjadi.
Mungkin lebih tepatnya, dia seperti tidak tahu siapa dia sekarang, tidak tahu harus berbuat apa, bahkan tidak tahu apakah dia sedang bermimpi atau tidak.
Dia berpikir, mungkin dia sedang bermimpi.
Pasti mimpi.
Kalau bukan mimpi, bagaimana mungkin ia bisa melihat video yang sangat menyeramkan itu.
“Iya, iya, ini pasti mimpi.” Ariella berbicara sendiri, lalu mencubit kakinya sendiri.
Sakit!
Berarti, dia tidak sedang bermimpi, video yang ia tonton adalah sebuah kenyataan, benar-benar kenyataan.
Ariella memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam untuk menstabilkan emosinya.
Dia menonton video ulang, untuk memastikan apakah ia tadi berhalusinasi, memastikan apakah orang yang ada divideo tersebut adalah orang yang ia kenal.
Melihat video kali ini, Ariella sangat tenang, lebih tenang daripada yang ia bayangkan, dia bahkan tidak lagi membawa emosi ketika menonton video ini hingga selesai.
Setelah melihat selesai, ia meletakkan HP disamping sofa, lalu dengan pelan memejamkan matanya, perasaan hati dan otak-nya acak adul.
Pembunuh dibalik kematian ayahnya, apakah benar Carlson?
Tidak, tidak mungkin Carlson, tidak akan mungkin Carlson.
Ariella percaya sekalipun didunia semua orang ada kemungkinan membunuh ayahnya, tetapi orang itu tidak mungkin Carlson.
Carlson begitu baik padanya, jika bisa mungkin ia akan memberikan seluruh dunia padanya.
Dia menghilang selama tiga tahun, Carlson juga menunggunya selama tiga tahun, dia bahkan bisa merasakan bahwa Carlson sangat melindunginya karena takut Ariella akan disakiti.
Carlson mana mungkin akan melakukan hal yang akan menyakiti ayahnya.
Tetapi kalau bukan Carlson, siapa lagi?
Salah satu orang yang menculik ayahnya, ia melihatnya dengan sangat jelas, orang itu adalah anak buah Carlson.
Dia melakukan sesuatu, pasti karena mendengar perintah dari Carlson.
Disaat ini, Ariella sangat berharap orang itu adalah seorang pengkhianat yang mendengar perintah dari orang lain.
Tetapi orang itu akan mendapatkan perintah dari siapa?
Ariella tahu, persentase asumsi seperti ini sangat kecil, bahkan tidak akan pernah terjadi.
Dia dengan tangan gemetar menelepon Ferdian, berharap Ferdian dapat menjelaskan kepadanya sesuatu.
Ferdian tidak mengangkat telepon.
Telepon pertama tidak diangkat, Ariella kembali menelepon untuk kedua kalinya……sampai akhirnya ditelepon yang kelima ada orang yang mengangkat telepon.
“Kak……” setelah memanggil, Ariella gemetaran hingga tidak sanggup untuk berbicara lagi.
“Aku sedang minum bir, jangan ganggu aku!” Ferdian hanya berbicara satu kalimat, lalu mematikan telepon.
Mendengar suara tut tut, jantung Ariella berdebar semakin kencang seakan jantung akan copot keluar.
“Sudah malam begini masih belum tidur, kamu lagi pikirin apa?”
Suara rendah Carlson langsung membuatnya tersadar, lalu ia dengan cepat menyembunyikan HP nya dibelakang dan berkata gugup: “Tidak, tidak apa-apa.”
“Tidak apa-apa?” Ariella salah tingkah, Carlson mana mungkin tidak menyadarinya, ia lalu mengulurkan tangan dan memegang dahi Ariella, tidak demam, lalu karena apa?
“Aku……aku ngga apa-apa……” Ariella ingin berpura-pura tidak terjadi apapun, tetapi tubuh gemetarannya terlihat sangat jelas.
“Ariella!” Carlson memberatkan suaranya, agak sedikit marah, “Kamu kalau ada masalah ngomong sama aku, ngga perlu ditutup-tutupin. Aku ini suami kamu, sekalianpun dunia kiamat aku juga akan melindungimu.”
“Carlson……Aku……” Ariella memeluk erat Carlson, “Aku takut, aku sangat takut.”
Carlson kembali memeluk erat tubuh Ariella yang gemetar hebat: “Kamu takut apa, kasih tahu aku! Aku disampingmu, tidak perlu takut!”
“Aku takut suatu saat kita akan berpisah! Aku takut ada orang yang ingin menyakitimu! Banyak sekali yang aku takutin…….” Tetapi ia tetap tidak memberitahu Carlson bahwa ia melihat sebuah video.