Ariella berpikir dalam hati, jika Carlson ingin berkencan denganya maka langsung katakan saja.
Meskipun perilaku ini sangat kekanakan, tapi dia masih bersedia menemaninya.
Tapi yang dipikirkan dalam hatinya berbeda dengan apa yang dilakukannya, Ariella masih bersikeras menggelengkan kepalanya.
“Aku khawatir kamu ingin berkencan, aku juga tidak punya waktu untuk menemanimu, akan mengecewakanmu. Sekarang mendengarkan kamu bilang kamu tidak ingin, aku merasa lega.” Mengatakan kalimat seperti itu, Carlson melepaskan Ariella, berbalik dan dengan elegan mengganti sepatunya kemudian masuk ke ruang kerja.
Kemudian, tidak ada kemudian lagi…
Brengsek!
Bagaimana bisa menindas orang seperti ini!
Ariella benar-benar ingin menerjangnya dan menggigitnya, memberitahunya untuk tidak menindas orang seperti itu.
Dia benar-benar tidak tahu apakah Carlson benar-benar rendah dalam kecerdasan emosional, atau apakah dia berpura-pura rendah dalam kecerdasan emosionalnya?
Terkadang dia bisa mengatakan sebuah kalimat yang membuatnya hatinya hangat. Terkadang bisa mengucapkan kalimat yang membuatnya tidak berdaya.
“Guk guk guk…” Mianmian sudah datang sejak tadi, tapi ibunya tidak menyadarinya, dia hanya bisa bersuara untuk menarik perhatiannya.
Ariella menggoyangkan kotak hadiah di tangannya, dengan sengaja menggodanya: “Ini dibeli oleh Bibi Puspita untuk Ibu, bukan untuk dimakan oleh Mianmian.”
“Huhu …” Mianmian berteriak dengan sedih.
“Mianmian, jangan marah.” Ariella mengusap kepala Mianmian, bagai sedang menghibur anak kecil berkata, “Cepat kemari dan temani Ibu membuka hadiah, lihat apa yang dibawa oleh Bibi untuk Ibu, oke?”
Kotak hadiah yang sangat indah, Ariella membuka sambil berkata: “Mianmian, menurutmu Bibi memberikan apa untuk Ibu?”
Setelah membuka lapisan demi lapisan, setelah terbuka, Ariella segera dibuat sangat terkejut.
Kotak hadiah yang sangat indah itu di dalamnya ternyata benar-benar berisi kondom, besar, sedang dan kecil, semua ukuran ada dan juga berbagai rasa…
Ariella mengira bahwa Puspita telah melupakan hal itu, tidak disangka dia benar-benar membelinya, dan dia juga mengemasnya dengan sangat bagus, membuatnya tidak memiliki persiapan diri sama sekali.
Di dalam kotak juga terdapat sebuah catatan: “Gadis busuk, nikmatlah kebahagiaan paling orisinal bersama dengan pria-mu!”
“Ariella -”
Suara rendah dan seksi Carlson tiba-tiba terdengar di belakangnya, membuat Ariela terkejut, tangannya gemetar hampir saja menjatuhkan isi kotak itu.
Dia buru-buru menyembunyikan kotak itu di dalam pelukannya, berkata dengan panik: “Katakan ada masalah apa.”
Jika dilihat Carlson bahwa yang ada di tangannya ini adalah kondom, Ariella pasti akan meninggalkan kesan buruk di dalam hati Carlson.
Dia ingin melewati hidup bersamanya dengan baik, dan dia tidak ingin meninggalkan kesan buruk seperti itu di hatinya.
“Jika kamu ingin berkencan, katakan padaku, aku akan meluangkan waktu untuk menemanimu.” Setelah mengucapkan kalimat seperti itu, Carlson kembali ke ruang kerja.
Ariella benar-benar tidak ingin berkencan, dia tidak pernah memikirkan hal ini dari awal sampai akhir, jelas-jelas dia yang selalu mengungkit masalah ini.
Tunggu, mengapa sekarang jadinya seperti Ariella yang ingin berkencan dan Carlson menjadi pihak yang pasif.
Ariella tiba-tiba ingin menggigit orang, ingin menerjang masuk ke ruang tamu dan menarik Carlson, memberinya pelajaran, tapi dia ada pemikiran ini tapi memiliki keberanian.
Ariella juga tidak ada pemikiran untuk mempedulikan Carlson, yang paling penting sekarang adalah bagaimana cara menangani benda yang ada di tangannya ini.
Dia dengan perlahan kembali ke kamar, mencari tempat yang sekiranya sangat tersembunyi untuk menyembunyikan barang-barang ini.
Baru saja menyembunyikannya, ponselnya berdering, Ariella melihatnya sekilas, nomor ini sangat familiar, .sepertinya nomor Ivander.
Dia telah berbicara pada Ivander lebih dari satu kali, menyuruhnya agar tidak mengganggu hidupnya, tapi Ivander tampaknya tidak mendengarkannya, dan hari ini ternyata menyuruh Yadi untuk menculik orang.
Jika Carlson tidak tiba tepat waktu, benar-benar tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi, dan untungnya ada Carlson.
Setelah memikirkannya, Ariella akhirnya menjawab teleponnya, setelah telepon terhubung terdengar suara minta maaf Ivander: “Ariel, aku ingin meminta maaf padamu! Aku sama sekali tidak tahu apa yang Yadi lakukan hari ini, dia sendiri yang membuat keputusan ignin membawamu untuk menemuiku. ”
“Ivander, kamu tidak perlu meminta maaf padaku, selama kamu tidak mengganggu hidupku di kemudian hari itu sudah cukup.” Sebenarnya apakah Ivander sedang menginstruksikan Yadi atau tidak Ariella sama sekali tidak peduli, dia hanya tidak ingin memiliki hubungan apapun dengannya.
Tidak ingin melihat wajah itu, tidak ingin karena melihat wajah itu keudian teringat hal-hal buruk di masa lalu, dan lebih tidak ingin Carlson salah paham.
“Ariel, meskipun bukan aku yang menyuruh Yadi, tapi aku terus merindukanmu.” Ivander mulai menggunakan kalimat cinta yang dalam, yang membuat Ariella yang mendengarnya bergidik.
Ariella berkata: “Ivander, cukup. Jika kamu mau bersikap menjijikkan, tolong lakukan pada dirimu sendiri saja, tolong jangan melakukan hal menjijikkan padaku.”
“Ariel…” Ivander berhenti, bertanya dengan ragu, “Apa kamu mengenal Carlton, pemimpin Aces?”
Ariella mendengus: “Carlton? Aku hanyalah seorang karyawan kecil di Teknologi Inovatif, bagaimana aku bisa mengenal Carlton, pimpinan Aces, kamu terlalu menganggapku tinggi.”
Ivander bertanya: “Apa kamu benar-benar tidak mengenal Carlton?”
Terakhir kali, Wirawan, direktur Biro Keamanan Umum Kotamadya Kota Pasirbumi, secara pribadi pergi ke kantor polisi untuk mengeluarkan Ariella, sekarang juga Wirawan yang secara pribadi memerintahkan untuk menyelidiki dan menelusuri dengan jelas perbuatan Yadi dan yang lainnya.
Awalnya ini hanya masalah kecil, paling-paling bisa dianggap sebagai perkelahian, dia hanya perlu melakukan panggilan telepon, maka Yadi dan lainnya akan dibebaskan, siapa tahu tiba-tiba berubah menjadi kasus kriminal.
Ivander memikirkannya, bagaimanapun tidak bisa memikirkan bahwa Carlson, yang tidak memiliki kekuatan kuat di belakangnya dapat menggerakkan Wirawan.
Dia menyuruh orang untuk melakukan penyelidikan rahasia, polisi mengungkapkan sedikit informasi, menunjuk pada Carlton dari Aces.
Bagaimana bisa Carlton berpartisipasi dalam insiden Ariella ini?
Ivander berpikir lagi, kemudian teringat informasi bahwa Carlton adalah pecinta wanita, jadi Carlton yang keberadaannya tidak diketahui itu menyukai Ariella.
Akankah Carlson menyerahkan istrinya ke ranjang orang lain hanya untuk menyenangkan Carlton pemimpin Aces?
Semakin memikirkan hal ini, Ivander makin merasa bahwa hal itu mungkin terjadi. Ariella memang miliknya awalnya, bagaimana mungkin dia akan membiarkan Carlson mengambil keuntungan darinya.
Ariella tidak tahu apa yang ingin dikatakan Ivander, sedikit tidak jelas: “Ivander, kamu jangan menghubung-hubungkan diriku, aku dengan sangat yakin memberitahumu bahwa aku tidak mengenal siapa itu Carlton.”
Ketika Ariella mengatakan ini, Carlson kebetulan membuka pintu dan masuk, kebetulan mendengar Ariella mengatakan nama Carlton dari mulutnya, mengapa dia bisa menyebutkan Carlton? Apakah …
Dia menatap ke arah Ariella, dengan eksplorasi mendalam di matanya.
Panggilan telepon dengan Ivander dilihat oleh Carlson, Ariella awalnya tidak merasa bersalah, tapi khawatir jika Carlson telah salah paham, bergegas menutup telepon, menatapnya dan tersenyum: “Itu adalah panggilan dari Puspita menanyakan apakah sudah sampai di rumah atau belum? ”
Penjelasan Ariella, jelas sedang menyembunyikan sesuatu, Carlson hanya menatapnya dengan lebih lama saja sudah dapat memahami dengan siapa dia berbicara.