Ariella tidak menghindari dia, hanya saja tidak ingat dia lagi, tidak ingat dengan anak mereka, tidak ingat semua masa lalu mereka.
Ini hal yang dari awal sudah Carlson tahu dan dia mengakui itu, sehingga setiap kali bertemu dengan dia, hatinya akan sakit satu kali.
Genggaman tangannya dari erat menjadi renggang, dari renggang menjadi erat, setelah mencoba keras, akhirnya dia bisa berbicara dengan nada yang normal.
Dia berkata :”Hari-hari ini Riella selalu membicarakan dirimu. Kalau kamu bisa bersama Aku menjenguknya, dia pasti akan sangat senang.”
Ariella berpikir, lagian dia tidak ada maksud lain kepada Carlson, untuk apa menghindar?
Dengan begini malah akan membuat orang bingung dan galau.
Semuanya saling kenal, jika bukan teman, tetap saja saling kenal, tidak perlu sembunyi-sembunyian, lebih baik beranikan diri dengan santai menjenguk Riella.
Setelah berpikir seperti itu, Ariella mengangkat kepala dan tersenyum kepada Carlson :”Oke, mari kita pergi sama-sama. Sebenarnya Aku datang kemari memang untuk menjenguk Riella, hanya saja seketika lupa dia dirawat di lantai berapa.”
Ariella tertawa agak licik, sedikit nakal, kelihatan sedang berbohong, Carlson mengetahuinya hanya saja tidak ingin mengungkitnya.
Ariella dia kan memang seperti ini orangnya.
Sering kali bertindak licik, juga sering komentari Carlson tidak pandai gombal, lebih sering lagi bersikiap nakal dan menggemaskan.
Jadi ketika mereka bisa berjalan memasuki kamar Efa dengan sangat akur, Efa lagi-lagi mengira penglihatannya bermasalah.
Sesuai yang dikatakan Riella, bukannya Ariella sedang marahan dengan Carlson? Kalau begitu bagaimana bisa mereka jalan bareng?
Ataukah mereka berdamai dengan sangat cepat?
“Ayah… …”
Riella menuruni ranjang, dengan cepat terjun ke pelukan Carlson, Carlson segera menggendong dan menciumnya, mengelus kepalanya dan berkata :”Riella yang patuh ya..”
“Ayah, Kakak Ariella juga patuh.” Riella melihat ke arah Ariella yang sedang berada di samping Ariella,”Kakak, Aku ingin dipeluk Kakak.”
Ariella menggendong Riella, melihat seluruh badannya dengan teliti, setelah memastikan tidak ada bekas luka, barulah menghela nafas dengan perlahan.
“Kakak, jangan bersembunyi dari Riella ya?” Riella memeluk muka Ariella, menggesek-gesek pipinya, dan meninggalkan sebuah kecupan di pipi tersebut.
Ariella mengelus kepalanya, tersenyum dengan lembut :”Lain kali Kakak Ariella tidak akan bersembunyi dari Riella lagi ya, Riella boleh ajak Kakak bermain kapanpun.”
Mendengar perkataan bahwa Riella boleh mencari Kakak Ariella kapanpun, Riella merasa sangat senang, kemudian bertanya dengan suara pelan:”Apakah Ayah juga boleh?”
Riella menyukai Kakak Ariella, Ayah juga menyukai Kakak Ariella, kalau Kakak Ariella bisa bersama mereka selamanya, alangkah baiknya.
Malam hari Ayah tidur di kiri, Kakak Ariella tidur di kanan, dan Riella di tengah, hanya berpikir seperti ini saja Riella sudah sangat bahagia.
Ariella mencubit pipi Riella :”Ayah orang dewasa, harus sibuk bekerja, Riella saja yang cari Kakak untuk bermain ya.”
“Baiklah kalau begitu.” Riella memang kecil, tapi anak ini cerdik, ketika melihat Ayahnya dia langsung mengerti, kemudian melepaskan kalung yang sedang melingkar di lehernya, :”Kakak, ini untukmu.”
Sebenarnya kalung itu hanyalah jimat pelindung yang terbuat dari kayu, tak begitu lama setelah Riella lahir, neneknya memintakan untuknya, ini adalah kalung kesayangan yang tidak pernah Riella tinggalkan sejak kecil.
“Ini selalu dipakai Riella kan? Bagaimana bisa kakak mengambil hadiah dari kamu.” Bicara soal hadiah, Ariella merasa harusnya dialah yang memberikan kepada Riella, bagaimanapun caranya tidak boleh Riella yang memberi hadiah.
“Riella menyukai Kakak, ingin memberikan hadiah ini kepada Kakak.” Riella masih belum menyerah, dengan tangannya yang masih kurang pandai malah ingin memakaikan kalung itu ke leher Ariella.
Ariella melihat ke arah Carlson, Carlson menganggukkan kepala dan berkata dengan lembut :”Riella ingin memberikan itu untukmu, kalau kamu tidak menerimanya, dia pasti nangis di depanmu.”
“Kakak…..” Carlson baru selesai berkata, Riella memanggil dengan suara yang hampir nangis, dengan mata yang tampak berkaca-kaca.
“Riella jangan nangis, hadiah dari kamu Kakak terima yaa..” Ariella memeluk kepalada Riella, mencium keningnya, “Terima kasih Riella!”
Riella langsung berhenti menangis, berkata dengan gembira :”Kakak pakai yaa, ini pemberian Riella, jadi jangan dilepas ya.”
“Iya, Kakak akan pakai terus dan tidak dilepas.” Ariella memakai kalung itu di depan mereka, “Wah, hadiah dari Riella sungguh indah.”
Riella menoleh ke belakang dan tertawa kepada Carlson, dalam hati berkata :”Ayah, Riella sangat patuh kan, tugas dari Ayah sudah Riella selesaikan.”
Carlson menganggukkan kepada tanda puas dengan putri sendiri, tidak lupa memberinya isyarat “kerja bagus”
“Aiyo, aiyo, sakit sekali.” Efa yang dicuekin dari tadi sudah tidak tahan lagi melihatnya, mereka bertiga sungguh bikin iri, memangnya tidak mempertimbangkan perasaan dia?
Efa masih terbaring di ranjang, dua tulangnya patah, sekarang pun tidak dapat bangkit dari ranjang itu, tetapi tak seorangpun datang menanyakan kabarnya.
Efa merasa dirinya sungguh memprihatinkan, terlalu memprihatinkan, bisa dibilang seperti binatang dengan nasib paling memprihatinkan di dunia. Tak ada yang peduli, taka da yang menyayanginya, ditambah lagi harus melihat kemesraan keluarga Kakak Kayu.
“Kamu jangan banyak teriak, hanya luka sedikit itu, tidak sampai tidak bisa bangkit kali.” Carlson berkata dengan nada kurang santai.
“Apa?” Efa membalas dengan tidak puas, ” Dua tulang Aku patah masih dibilang tidak parah? Lalu yang seperti apa baru dibilang parah? Harus sampai Aku tidak bisa berbicara, tidak bisa makan, itu baru parah?”
“Siapa bilang kamu patah dua tulang?” Carlson kembali bertanya.
Jika Efa beneran patah dua tulang, apakah hanya Riella yang disuruh menjaganya? Sebaliknya akan mengundang semua ahli kemari, mana mungkin membiarkan Efa terbaring kesepian sendiri..
” Darwin bohong kepadaku?” Efa marah sembari bangun dan duduk di ranjang.
Setelah duduk, dia seperti merasa luka yang tadinya membuat dia tak bisa bergerak, seketika hilang total.
Dia coba bergerak lagi, sungguh ajaib, saat diberitahu dua tulangnya patah tadi, dia seketika kesakitan hingga hampir mati.
Sekarang mendengar tidak terjadi apa-apa dengannya, sekujur tubuh tak lagi sakit, langsung berlari pun tidak jadi masalah.
Efa berlari menghampiri Riella dan menggendongnya, menciumi pipinya dengan sangat kuat :” Adik kesayangan, Bibi kecil bisa sembuh secepat ini, semua karena kamu telah perbaiki Bibi… ”
Riella menjulurkan tangan ke arah Efa :”Seratus ribu, Bibi kecil cepat bayar.”
“Dasar penggila harta cilik, sudah tahu pasti nagih bayaran dengan Bibi kecil, kenapa tidak minta dengan Ibu?” Efa berbisik sambil mencubit pelan pipi Riella, “Kelak semua harta keluarga adalah milik kamu, kamu kok masih perhitungan dengan Bibi kecil.”
“Jangan bicara terlalu banyak, minta orang bereskan, kita pulang dulu.” Carlson tetap harus berterima kasih kepada Efa, kalau bukan karena rencana yang disusun Efa, Ariella pasti tidak akan muncul disini.