Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 241 Masih Adakah Masa Depan





Setelah mobil berhenti, ada karyawan yang menjemput mobilnya, Carlson melambai-lambai tangan untuk menyuruh mereka menunggu sejenak.





Riella yang duduk di sebelah pengemudi sedang tertidur, dia tidurnya tidak sangat lelap, sejalan ini ada beberapa kali dikejutkan, terkejut sampai gemetaran.





Dulu, Riella kalau sudah tidur, selalu tertidur sampai pagi hari, ada mengalami mimpi buruk juga, tetapi sangatlah sedikit.





Sekarang, hampir tiap malam bisa terjerat mimpi buruk. Dia mendengar jeritannya yang histeris, mendengar dia sedang minta tolong, tetapi dia tidak bisa membantunya.





Memeluknya, memberi tahunya untuk tidak usah takut lagi karena ada dia disampingnya, hal sesimpel ini juga tidak bisa dilakukannya.





Kecelakaan yang dibuat-buat 3 tahun yang lalu, orang-orang itu memaksa Riella kecil untuk keluar dari perutnya.





Walaupun dia tidak melihatnya secara langsung, tetapi saat dia mengingatnya hatinya seperti digores oleh pisau, sakitnya seperti hatinya sudah hancur.





Riella yang sedang hamil di saat itu, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa melawan, tidak bisa lari, apa yang dirasakannya hanyalah keputus asaan dan ketakutan.





Terpikir saat itu, Carlson secara tidak sadar selalu menarik nafas yang panjang, pandangannya yang sedang melihat Riella sangat lembut seperti air, dengan suara yang rendah memanggil namanya:”Riella—”





Seperti mendengar panggilannya, Carlson melihat alis mata Riella bergerak sedikit, tidak tahan dia pun mengulurkan tangannya, seperti ingin menyentuhnya, membuktikkan bahwa dia benar-benar berada di sampingnya.





Tetapi saat mengulurkan tangan dan sebelum menyentuhnya, bulu matanya berkedip 2 kali, dengan perlahan membuka matanya.





Tangan Carlson yang terulur seketika berhenti, berhenti sejenak dan menyimpannya kembali, dengan lembut berkata:”Sudah bangun.”





“Ya.” Riella dengan bingung menganggukan kepalanya, sejenak baru sadar dirinya sendiri lagi berada dimana, kenapa Carlson bisa berada di sampingnya, “Kita sekarang berada dimana?”





Riella baru saja bangun, suaranya masih ada sedikit kemalasan yang tak bisa diekspresikan oleh kata-kata, lucu dan sedikit bingung.





Carlson sejenak pun terpikir Riella kecil yang sekarang sedang berada di rumah, baby kecil sewaktu bangun tidur juga seperti sekarang bingungnya, kedua ibu dan anak ini punya kesamaan yang sangat banyak.





“Blue Sea Villa.”Carlson melihat Riella yang sedang bingung, tidak tahan tersenyum sedikit, “Langit sudah mulai terang, aku membawamu ke satu tempat.”





Riella menganggukan kepalanya:”Ya.”





Carlson menitipkan kunci mobilnya ke karyawan hotel, membalik badan dengan sangat normalnya ingin menggandeng tangan Riella, sewaktu ingin menyentuh tangannya, Riella dengan refleks menyembunyikan tangannya, membuat dia menangkap udara kosong.





Tangannya berhenti sejenak, dan mengulurkannya dengan cepat lagi untuk menangkapnya dengan kuat, memegang tangannya, tidak bisa membuatnya menarik keluar lagi.





Kali ini tangannya digenggam Carlson, Riella tidak ingin menariknya kembali lagi, dalam hatinya berjanji ingin menghabiskan satu hari ini dengan senang bersama Carlson, dia juga tidak akan ragu lagi.





Terpikir sampai sini, Riella tidak tahan mengangkat kepala dan melihat Carlson, dengan tidak sadar berpaspasan dengan tatapan Carlson yang sedang melihatinya.





Dia melihatnya, tiba-tiba membungkuk di hadapannya, Riella terkejut dan menutup matanya, malah mendengar suara rendahnya yang sedang tertawa, mengulurkan tangan menaruh rambut kecil yang berada di dahinya ke belakang telingannya, dan berkata lembut:”bocah bodoh.”





Riella membuka matanya, melihat senyumannya, senyumannya seperti menerangi gelap di hidupnya dan menjadi begitu terang.





Riella dengan bingung menatapinya, merasakan hatinya yang hanya ada kegelapan pun sejenak diterangi oleh senyumannya. Begitu hangatnya, dan begitu aman.





Ada dia disampingnya, apakah tidak akan ada kegelapan lagi di hidupnya?





Riella bertanya sendiri di dalam hatinya.





Disaat yang sama menjawab sendiri di hatinya, ya, ada dia di sampingnya tidak akan ada kegelapan lagi, dan tidak akan ada mimpi buruk yang menghantuinya lagi.





Di bagian timur Blue Sea Villa, ada satu bagian dimana private beach itu hanya milik Carlson, ini adalah tempat dimana paling cocok untuk melihat sunrise se-Pasirbumi.





Mataharinya belum naik dari garis lautan itu, anginnya sedikit kencang, berhembus ke arah mereka bisa terasa dinginnya, Riella secara tak sadar pun memeluk dirinya sendiri.





Awalnya Carlson ingin memeluknya, menghangatkannya, tetapi takut akan membuatnya terkejut jika dia berbuat begitu, dan akan bersembunyi darinya.





Melihatnya ingin membuka kemeja putihnya untuk dia, Riella dengan cepat menghentikan tangannya.





Gerakan ini sangat alami, Riella juga tidak sadar gerakan ini mempunyai maksud lain, setelah dia sadar, mukanya pun langsung memerah.





Setelah melangkah keluar satu langkah, dia tidak ingin mundur lagi, menekan rasa gugupnya, dengan hati-hati memasuki pelukannya, dan berkata lembut:”Kalau begini tidak akan dingin lagi.”





Saat ini, Riella memaksa dirinya membuang semua ketakutannya, dan tidak memikirkan Carlson yang masih mencintai istrinya itu, dan tidak memikirkan Riella kecil.





Berusaha mengekspresikan sedikit ke-egoisme dirinya sendiri, bersandar di pelukan Carlson, menikmati perlindungan yang diberikan Carlson untuknya, disaat yang sama juga berharap bisa melewatkan sehari ini dengan indah bersama Carlson.





Beberapa waktu lalu, Riella juga pernah bersikap seperti ini, tetapi kelakuannya saat ini lebih berani dari kelakuannya yang dulu, dan kelakuannya yang sekarang ada sedikit imut dan manja.





Carlson memeluknya lebih dalam lagi, dengan lembut menepuk-nepuk punggungnya, bawah dagunya bertopang di atas kepalanya, dengan puas menarik nafas ringan.





Dia menunggu datangnya hari ini selama 3 tahun.





Bisa sekali lagi memeluknya, merasakan suhu badan dan detak jantungnya, menurutnya di dunia ini tidak ada hal yang lebih indah dari hal ini lagi.





Di kejauhan sana, satu bulatan merah pelan-pelan naik, pelan-pelan menerangi seluruh dunia ini, seperti kekembaliannya yang menerangi seluruh hidupnya.





Di bawah kaki, ada satu batu besar, ombak laut dengan irama yang stabil memukul batu itu, seperti sedang menulis satu lagu yang indah untuk mereka.





Matahari terbitnya sangat indah, tetapi di pandangan mereka saat ini hanya ada satu sama lain, seperti semua hal di dunia tidak bisa mengganggu momen mereka berdua saat ini.





“Carlson, kamu dulu sering kesini ya?” seharusnya dia sadar bahwa ada beberapa hal yang harus dimakluminya, tetapi dia tetap berharap bahwa dia adalah satu-satunya orang yang pernah dibawa kesini untuk melihat matahari terbit.





“Ya. Sering datang.” 3 tahun sewaktu Riella tidak berada di sampingnya, dia sering kesini, duduk semalaman, melihat pemandangan di kejauhan sana, merindukannya.





Terkadang bisa dari suara ombak terdengar suara Riella yang sedang menjerit—–





Carlson, aku sangat bahagia, bahagia seperti sudah tidak nyata lagi.





Setiap kali dia datang kesini, Carlson seperti bisa mendengar jeritan Riella di malam itu, tetapi dia sudah tidak berada di sampingnya lagi.





Riella, apakah kamu masih ada sedikit ingatan, ingatan di malam itu bertahun-tahun yang lalu, aku membawa sendiri ke sini, menemanimu, mendengarkanmu menjeritkan kebahagianmu terhadap laut ini?





“Oh.” Riella dengan suara kecil menjawabnya, juga tidak tahu mengapa dia bisa memedulikan hal seperti ini, dia juga bukan siapa-siapanya.





Dulu dia sering membawa istrinya kemari, itu bukankah hal yang normal?





Riella tidak ingin memikirkan hal yang dia pedulikan lagi, menutup matanya, dengan tenang bersandar di dalam pelukannya.





Carlson memeluk punggungnya, dengan lembut, seperti menidurkan seorang anak kecil.





Setelah beberapa waktu, sudah begitu lama sesampai Riella hampir tertidur di dalam pelukan Carlson, tiba-tiba mendengar Carlson berkata dengan suara rendah:”Kalau kamu suka, kita boleh sering-sering datang lagi.”





Datang lagi?





Dia masih bisa bersamanya lagi?

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK