Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 220 Siapa Yang Berani Menolaknya





Akan tetapi Ariella masih belum mendapatkan kesempatan untuk melepaskan diri dari Carlson, Carlson sudah menariknya lagi ke dalam pelukannya, seakan dia ingin membenamkan seluruh tubuh Ariella pada tubuhnya dan berkata,”Ariella, aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi dari sisiku.” Suara Carlson terdengar sangat ringan dan lembut, perkataannya ini terdengar sangat natural seakan-akan dia sudah mengatakannya berkali-kali sebelumnya.





Ariella tiba-tiba berhenti memberontak dan seketika berpikir kenapa Carlson bisa kehilangan kontrol seperti ini. Beberapa saat kemudian Ariella menghela nafas dalam dan dengan suara pelan berkata,”Tuan Carlson, apakah istri anda bernama Ariella juga?”





Melihat perlakuan Carlson padanya itu seakan mereka sudah saling kenal dalam waktu yang lama, caranya memandang Ariella itu tidaklah biasa dari awal mereka bertemu sampai sekarang, dan sekarang Ariella baru menyadari sesuatu. Mungkin, mungkin karena istrinya memiliki nama yang sama dan ukuran tubuh yang sama dengan dirinya Carlson mengira bahwa dirinya adalah istrinya. Riella juga bisa sangat menyukainya ini semua mungkin karena alasan ini. Akhirnya semua ketidak jelasan ini bisa mendapat sebuah jawaban. Mereka semua menganggap dirinya adalah Ariella yang lain, yang mereka lihat bukanlah diri Ariella yang sebenarnya. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan apa-apa akan tetapi dilihat sebagai sebuah pengganti, Ariella merasakan rasa tidak nyaman di dalam hatinya. Ariella bisa merasakan tubuh Carlson mengeras ketika dia menanyakan pertanyaan itu dan pelukan Carlson melemah.





“Iya, benar, istriku juga bernama Ariella dan dia sangat mirip denganmu. 3 tahun yang lalu aku kehilangan dirinya dan kemudian ketika aku bertemu dia lagi dia sudah bersama dengan papanya yang seperti monster itu.” Semua ini adalah perkataan yang ingin dia sampaikan pada Ariella, akan tetapi Carlson mengerti dengan jelas dia tidak boleh berlaku seperti itu pada Ariella. Bukan karena takut dia tidak percaya akan tetapi tindakannya ini seperti sedang membubuhkan garam pada luka Ariella. Jika Ariella percaya ketika dia hilang ingatannya sekarang itu hanya akan memaksanya menjadi gila. Jika Ariella tidak percaya dia pasti akan menjauhi Carlson dan tidak akan bertemu dengannya lagi. Jadi yang bisa Carlson lakukan sekarang hanyalah ini dengan perlahan melepas pelukannya dari perempuan yang dia rindukan selama 3 tahun ini dan melihat Ariella yang semakin menjauh darinya.





Carlson tidak tahu apa masih bisa dia katakan, ekspresi di wajah Ariella sekarang seperti sebuah monster kecil yang terkejut, di wajahnya penuh dengan ketakutan. Carlson ingat ketika mereka pertama kali bertemua Ariella juga menatapnya seperti ini, tatapan yang sangat asing. Ketika Carlson memikirkan beberapa saat ini ketika dia bertemua Ariella lagi, baginya semua ini terasa sangatlah menyiksa, kehilangan dan mendapatkan lagi, mendapatkan lagi dan tetap kehilangan dirinya, merasa senang sampai merasa kecewa, seakan surga dan neraka memiliki jarak yang sangat dekat. Akan tetapi di balik semua kesedihannya itu Carlson tetap merasakan senang karena dia masih bisa sekali lagi bertemu dengan Ariella.





Ariella apakah kamu tahu aku sangat merindukanmu. Meskipun kamu berada di hadapanku sekarang akan tetapi rinduku masih tidak bisa terpulihkan, aku masih tetap merindukanmu.





Carlson kali ini benar-benar melepaskan Ariella, Carlson tersenyum dan Ariella bisa melihat senyumannya itu bukanlah sebuah senyuman bahagia, senyuman itu lebih seperti karena Carlson tidak berdaya seakan dirinya tidak memiliki jalan lain.





“Maaf,” ucap Carlson dengan suara bergetar akan tetapi masih bisa merasakan kelembutan di dalam suaranya,”aku sudah keterlaluan.”





Mendengarnya Ariella tidak tahu harus berkata apa-apa lagi dia terdiam, di dalam hatinya dia merasa sangat kacau akan tetapi apa yang bisa dia dapat jika dia beradu mulut dengan Carlson sekarang, dan dengan cepat Ariella merasa tenang. Dia menyadari dia seharusnya marah karena dirinya dianggap sebagai orang lain dan mendapat sebuah ciuman yang bukan miliknya, dia seharusnya marah akan tetapi mengapa dia tidak merasa marah.





“Tidurlah,” ucap Carlson sambil berjalan keluar dari kamar,”Jangan khawatir aku tidak akan lagi berbuat seperti ini.” Carlson menjamin dan tanpa menoleh lagi dia beranjak pergi.





Bayangan tubuhnya yang terlihat kesepian itu membuat orang ingin berlari dan memeluknya. Ariella memandang lama punggung itu, sangat lama tanpa bergerak sedikitpun.





……





Pagi harinya ketika sarapan, wajah Carlson terliaht suram, dia tidak hanya tidak memperdulikan Efa dia bahkan tidak memperdulikan Riella. Melihat keadaan yang tidak biasa ini Efa tidak memiliki keinginan untuk menyantap sarapannya, kemudian dia bangkit berdiri dan berkata,”Riella sayang bibi pergi kerja ya, 2 hari lagi bibi pulang untuk melihatmu ya?”





“Bibi, Riella kecil ditemani Riella besar,” ucap Riella sambil menggerak-gerakkan kakinya senang, dulu ketika Efa akan pergi Riella pasti tidak akan rela.





“Kamu sekarang sudah memiliki seorang mama dan kamu tidak mau lagi bibimu ini,” ucap Efa segera dan berlari pergi. Efa berlari karena dia tidak ingin melihat wajah Carlson yang suram seperti seekarang ini. Takut karena itu akan membuat hatinya sakit. Dia juga takut kakaknya akan mengetahui setiap perkataan yang dia ucapkan kemarin pada Ariella. Efa juga merasa kakaknya ini aneh, kemarin mengatakan pergi ke luar kota untuk dinas akan tetapi pagi harinya ada di sini untuk sarapan, sedangkan kakak iparnya yang semalam masih berada di sini pagi ini sudah tidak ada. Meskipun Efa berpikir menggunakan jari jempol kakinya dia pun juga bisa mengetahui pasti terjadi apa-apa di antara kedua orang ini, kalau tidak bagaimana mungkin suasana pagi ini keruh dan suram seperti ini. Sedangkan beberapa tahun ini dia sudah mengerti dan mempelajari baik sebuah logika, asalkan hal itu menyangkut kakak iparnya dia harus berlari sejauh mungkin agar api tidak mengenai dirinya.





……





“Cut!”





Sudah berapa kali cut yang diucapkan oleh sutradara, kesabaran Efa sudah habis.





“Gabe yang kamu perankan sekarang adalah pemeran utama laki-laki dan yang kamu cium adalah perempuan yang sangat kamu cintai, kamu untuk apa memasang wajah tersiksa seperti itu?” tanya sutradara. Dasar, keahlian aktingnya sangat payah, wajahnya juga tidak tampan, sungguh tidak tahu bagaimana dia bisa terkenal, sutrada membatin.





“Sutradara, bisakah kita skip adegan berciuman ini?” tanya Gabe. Karena berita miring yang dulu pernah ada, manajer Gabe sudah memperingatkan dirinya untuk tidak terlebih dulu memiliki kontak fisik dengan Polaris.





Penandatanganan kontrak ini dilakukan sebelum adanya gosip di antara mereka berdua dan ketika mendapatkan skrip pertama kali tidak ada adegan ciuman seperti ini, entah tidak tahu kenapa sekarang bisa muncul adegan ciuman. Setelah mendapat gosip itu Gabe juga bukanlah babi yang tidak berotak dia tahu foto yang tersebar itu adalah Polaris sendiri yang mengirimnya, jadi jika sekarang bisa muncul adegan berciuman itu pasti Polaris juga yang meminta pada penulis untuk menambahkannya ke dalam skrip. Gabe benar-benar tidak ingin memiliki hubungan apa-apa lagi dengan Polaris, dia tidak ingin jalan karirnya sebagai aktor mati di tangan seorang perempuan. Meskipun Polaris sekarang lebih terkenal daripada dirinya, mungkin Polaris bisa menjadikannya artis hebat, akan tetapi emosi Polaris meledak-ledak dan latar belakang keluarganya tidak bersih. Jika Gabe terus menerus bergaul dengan orang seperti Polaris pasti lambat laun dirinya akan terbawa arus, jadi lebih baik bagi dirinya untuk menjauhi Polaris.





Efa merasa kesal dan marah karena beberapa kali take ini, akan tetapi dia memiliki kode etik pekerjaannya, meskipun dia kesal dan marah dia tetap harus menahannya dan tidak boleh bersuara, tidak diduga ternyata laki-laki bisa meremehkan dirinya. Di dunia ini selain Darwin tidak ada laki-laki lain yang berani meremehkannya, dan sekarang ternyata ada orang lain yang meremehkannya Efa yang angkuh dan sombong ini merasa tidak bisa menoleransi tindakan Gabe ini.





Dia mengarahkan pedang yang ada ditangannya tepat pada leher Gabe. Gabe terkejut dan berkata,”Polaris, kamu…apa yang kamu lakukan?”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK