Walaupun kakek kandung Efa yang bernama Sandoro adalah seorang penjahat, tetapi Efa tidak bersalah, dia tidak pernah melakukan sesuatu hal yang menyakiti orang lain.
Ariella percaya ayahnya Fernando adalah orang yang mengerti dan masuk akal, dia tidak mungkin pergi menyakiti seorang anak perempuan yang tidak bersalah.
“Saat itu ayah dijebak oleh Sandoro dan kawan lainnya, sehingga ia ingin sekali balas dendam. Tetapi musuhnya Sandoro memiliki dukungan dari Keluarga Tanjaya, yang kaya raya dan memiliki hak, ayah sama sekali tidak memilik kesempatan untuk mendekatinya. Beberapa tahun ini ayah selalu mencari cara, rencananya hampir saja berhasil, tetapi siapa tahu musuhnya itu adalah orang lain yang hanya berpura-pura saja.
“Sandoro setelah ditangkap, ia mati dengan tidak jelas di Kota Pasirbumi, ayah gagal untuk balas dendam dengan tangannya sendiri, ayah memendam rasa benci dan kesal selama bertahun-tahun tanpa bisa ia lampiaskan, akhirnya ia mencari cucu dari pembunuh tersebut yaitu Efa. Dan lagi pula menurut ayah, kala itu Sandoro ingin menggugurkan kandunganmu, semua itu ada hubungannya dengan Efa, jadi ia sangat marah dan akhirnya menculik Efa.
“Awalnya ia ingin membunuh Efa sekaligus melampiaskan keamarahannya, tetapi melihat Efa yang sekarat, ia pun akhirnya melepaskannya.”
“Ayah melepaskan Efa, luka Efa juga sudah membaik, tetepi ayah merasa bersalah, setiap hari dia tidur selalu terbangun berkali-kali.” Ferdian tak kuasa menahan air matanya, tetesan air matanya pun jatuh.
Dia mengelap air mata diwajahnya dan berkata: “Ariel, ayah tahu dia salah, ia bersedia menukar nyawanya untuk membayar semua perbuatan dia, ia hanya memiliki satu keinginan, ia ingin operasi berjalan lancar agar bisa bertemu denganmu.”
Ferdian berkata pelan-pelan sekata demi sekata, setiap ia berbicara satu kata seakan ada satu peluru yang menembus ke hati Ariella.
Merusak keindahan hatinya dan pola pikirnya.
Ariella menutup kedua telingannya sambil menggelengkan kepala: “Ngga, ngga mungkin……ayah ngga mungkin sakitin Efa.”
Ariella tidak ingin mempercayain jika ayahnya lah yang menculik Efa, karena jikalau memang ayahnya lah yang menculik Efa dan membuat Efa terluka parah hingga hampir kehilangan nyawa, maka itu akan menjadi salah satu tujuan Carlson membunuh ayahnya.
Walaupun Efa bukanlah anak kandung dari Keluarga Tanjaya, tetapi Carlson menyayanginnya seperti adik kandungnya sendiri.
Efa anak yang sangat disayangi oleh Keluarga Tanjaya, Efa disakiti orang lain, mereka tidak akan membiarkan pelaku begitu saja.
Setelah Efa berhasil ditolong, Keluarga Tanjaya bahkan Darwin yang emosinya sangat tidak stabil itu pun tidak ada yang berani membicarakan siapa pelakunya.
Setelah dipikir-pikir, ada kemungkinan Carlson dan yang lainnya sudah tahu sejak awal siapa pelaku yang menculik Efa, tetapi tidak ada yang berani bersuara dan akhirnya menyelesaikan masalah ini secara diam-diam.
Karena diotaknya bermunculan banyak pemikiran, Ariella merasa sangat tak berdaya.
Diluar sana sangat terik, tetapi Ariella merasa seperti langit hitam yang mending seakan langit akan jatuh begitu saja tanpa ada yang tahu.
Ferdian kembali berbicara: “Keinginan ayah tidak seberapa, tetapi Carlson tidak ingin memberikannya kesempatan. Carlson menyiapkan KTP dan Paspor baru untuk ayah, dan berkata jika membutuhkan sesuatu kita boleh ngomong ke dia. Tepat ketika ia ingin membawa file nya pulang, ia lebih cepat membawa kabur ayah dan membunuhnya.”
“Ini semua sudah ia rencanakan sejak awal, tetapi dia tidak terpikirkan bahwa dirumahku dipasang kamera CCTV, ia tidak tahu bahwa ayah terus bertahan hingga aku menemukannya.” Ferdian berbicara hingga menggeretakan giginya.
“Ngga, ngga mungkin Carlson! Dia adalah suami aku, ayah dari dua anak aku, dia ngga mungkin lakuin hal itu, ngga mungkin dia menyakiti keluarga aku!!” Tidak peduli Ferdian berbicara sebanyak apa, tidak peduli dia juga memiliki sedikit kecurigaan, Ariella tetap tidak akan bisa percaya bahwa Carlson yang membunuh ayahnya.
“Kalau begitu bagaimana dengan ini? Coba kamu dengar, sekalipun kamu ngga percaya sama aku, sekalipun aku bisa membohongimu, tetapi apakah omongan ayah sebelum ia pergi akan membohongimu?” Ferdian sambil berbicara sambil mengambil HP untuk mencari rekaman pembicaraan ayahnya.
Sembari mencari rekaman, ia berkata: “Waktu ayah kembali kesisi ku sangatlah pendek, orang yang paling banyak dia omongin adalah kamu, dia paling khawatir tentang kamu. Dia sering bilang ke aku, seumur hidupnya dia hanya ingin mendengar kamu memanggilnya ayah, ingin memelukmu.”
“Saat dimana dia melihat kamu menikah dengan Carlson, tahu bahwa kamu disakiti oleh Keluarga Tanjaya, dia tahu jelas, tetapi ia tidak bisa menolongmu, kamu tahu betapa sedihnya dia?”
“Ini yang ayah ngomong ke aku, coba kamu dengar. Setelah kamu dengar, dan masih merasa bahwa Carlson bukanlah pelakunya, maka aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.” Ferdian menekan tombol dan dengan cepat terdengar jelas suara lemah Fernando.
Setelah ditekan tombol play, Fernando dengan suara terputus-putus terus berbicara: “Ferdian……tolong Ariella……Ferdian, Carlson bukan orang yang baik, kamu harus menolong Ariella, harus menolongnya.”
Rekaman yang terputus-putus, tetapi Ariella dapat mendengarnya dengan jelas, ia bilang Carlson bukan orang baik dan meminta Ferdian untuk menolongnya.
Apa yang hadapi oleh ayah sebelumnya, kenapa ia bisa berbicara hal seperti ini, Ariella sangat ingin mendengarnya lagi, ia berharap dapat menemukan petunjuk, tetapi kata-kata yang diucapkan hanya itu saja, ia sama sekali tidak bisa menemukan petunjuk.
“Kak……Kenapa? Kenapa Carlson? Kenapa dia? Sebenarnya apa yang terjadi? Ayah melihat apa? Aku ngga percaya, aku ngga percaya Carlson yang membunuh ayah. Ditengah-tengah ini pasti ada kesalahpahaman……Benar, pasti ada kesalahpahaman……apakah mungkin ada orang lain yang berpura-pura menjadi Carlson, lalu ayah mengira jikalau itu adalah Carlson?” Ariella panik dan takut hingga tak tahu apa yang sedang ia bicarakan.
“Ariella, sadarlah! Kamu pikir halusinasimu itu akan terjadi? Apakah kamu yakin kamu sangat mengerti Carlson?” Ferdian emosi melihat Ariella yang terus mencoba mencari alasan.
“Aku……mana mungkin ngga mengerti Carlson?” Ariella sendiri ragu dengan pertanyaan Ferdian, apakah benar dia mengerti Carlson sepenuhnya?
Terkadang, ia merasa dirinya mengerti Carlson, terkadang, ia juga merasa dirinya sama sekali tidak mengerti Carlson.
Apapun yang dilakukan, Carlson selalu mempunyai rencananya sendiri seakan dia sudah dapat menebak dan memperhitungakan semuanya.
“Ariella, jika Carlson melakukan sesuatu apakah kamu tahu? Ketika kalian menikah, kamu bahkan tidak tahu identitas asli dia. Akhirnya kamu mengetahui identitas aslinya dari orang lain bukan dari dirinya sendiri. Menurutmu, kenapa ia mau menyembunyikannya darimu?”