Lourdes malah mengabaikan tatapan Oriella, ia menatap Miguel, dan tertawa, “Ini baru anak yang sangat baik.”
Dia seperti menanyakan kepada Miguel tapi menggunakan kalimat pasti.
Miguel mengangguk, sebelum ia menjawab, Lourdes menambahkan, “Dulu ketika melihatmu cemas, dia juga cemas bukan main, ku kira kamu menarik sekali sampai dia begitu.”
Tatapan Lourdes sekali lagi menyapu Oriella, dengan sopan sekali ia membandingkan Oriella, “Sekarang sepertinya tidak seperti yang di ekspektasikan.”
Apa yang di maksud tidak seperti yang di ekspektasikan?
Oriella sangat ingin mengambil tongkat dan memukulkan ke kepalanya.
Ia ingin bertanya padanya sebenarnya dia punya sudut pandang artistik tidak?
Laki-laki ini bilang dia tidak terlalu bagaimana, trus memangnya laki-laki ini sangat menarik kah?
Di mata Oriella, dia lebih tidak ada apa-apanya.
Tidak tau apakah Kak Vanessa ada masalah dengan sudut pandangnya, kenapa harus merindukan orang ini.
Meskipun hatinya penuh dengan amarah, tapi ketika ia melihat wajah Abang Hansel tenang, Oriella menggenggam tangannya, “Abang Hansel, asalkan kamu merasa aku bagus sudah cukup.”
Miguel dengan serius berkata, “Tentu kamu yang paling sempurna, siapapun tak bisa dibandingkna denganmu.”
Oriella melihat Abang Hansel cemas, ia menggigit bibir dan berkata, “Abang Hansel, aku tentu mengerti bahwa aku cukup menarik. Orang lain tak melihatnya, itu adalah kerugian mereka, tentunya juga berkurang musuhku.”
Miguel, “??????”
Oriella mengedipkan mata dan berkata “Menurutmu, omonganku benar ataau tidak?”
Miguel mengelus rambutnya dan berkata, “Oriella ku pernah berbuat tidak benar kah?”
Oriella di sampingnya kemudian melompat ke pelukan Abang Hansel, “Sudah ku duga, hanya Abang Hansel yang baik sama aku.”
Bagaimanapun Lourdes mengomentari dirinya, Oriella tidak pernah memasukkan dalam hati, karna dia tau dirinya bukan mata uang, pasti tidak semua orang yang menyukainya.
Di dunia seperti ini, dia menyukai Abang Hansel, begitu pula dengan Abang Hansel yang diam-diam menyukai dia, dengan begitu sangat baik adanya.
Oriella tidak marah, bahkan dia ada kekuatan untuk melawan, dengan begini membuat Lourdes tidak tahan untuk meliriknya.
Di umur yang seperti ini memiliki emosional dan keberanian yang seperti itu tentu saja sangat menarik perhatian orang, tentu saja orang membuat Miguel juga tidak bisa melupakan nya.
Tapi mau sesempurna apapun tidak akan mengubah sesuatu, apabila dibandingkan dengan wanita itu, di hatinya hanya mengingat Vanessa, wajah Lourdes pelan-pelan berubah.
Dia bilang tidak ingin menjumpainya, ia tak bisa mengontrol kedua kakinya, ia mengikuti mereka memasuki rumah sakit. Dia bilang tidak ingin bertemu perempuan keji itu, tapi bayangan perempuan itu selalu muncul di kepala Lourdes.
Tak bisa!
Kedepannya, dia tak akan membiarkan perempuan itu mempengaruhinya, dia ingin menjauhinya, tak ingin bertemu dengannya.
Apabila difikirkan, dia seharusnya segera meninggalkan rumah sakit kembali ke Gunung Kabut Cinta, tapi langkahnya tidak berhenti bahkan tak ingin melihatnya, mendekatinya sedikit pun tidak apa-apa.
Oriella mengangkat kepala dan bertanya, “Tuan Lourdes, aku boleh mengatakan sesuatu tidak?”
Miguel bertanya, “Ada masalah?”
Oriella mendorong Miguel, “Abang Hansel, kamu pergi dulu ke kamar sebelah menemani kak Vanessa saja, sana pergi.”
Miguel berdiri seperti pensil takbersedia untuk bergerak, namun akhirnya tatapannya pun berpindah dari Lourdes dan Oriella.
Oriella mendorong nya ke pintu, “Abang Hansel, kamu tenang saja, aku tak akan membiarkan orang lain membullyku.”
Miguel, “????..”
Bisa di bilang, dia sebenarnya tidak khawatir apabila Oriella di bully orang lain kah?
Dia sebenarnya khawatir apabila dia meninggalkan ruangan tersebut, dia akan bertindak licik kepada Lourdes, seharusnya tidak mengkhawatirkan Oriella.
Tak perduli siapa mengkhawatirkan siapa, Miguel akhirnya bergerak meninggalkan kamar sesuai dengan dorongan dari Oriella, ketika ia berjalan keluar ia masih melihat Lourdes.
“Ada masalah kah?” Lourdes melihat ke arahnya.
“Tuan Lourdes, di hatimu Vanessa adalah wanita yang paling sempurna di dunia ini.” Oriella dengan yakin berkata demikian.
“Kamu sekarang sedang menyalahkan ku karena aku tidak memujimu kah?” Lourdes mengernyitkan dahi, maru saja ia merasa perempuan ini memiliki keberanian yang besar, tapi sekarang terlihat wanita itu sama saja tak ada beda dengan yang lainnya.
Oriella tersenyum dan berkata, “Kamu sama sekali tidak memujiku itu bukan masalah penting, yang jelas orang yang ku sukai tau bagaimana menikmati keindahan ku udah cukup bagiku. Seperti Kak Vanessa, dia tidak perduli Abang Hansel memperlakukan dia seperti apa, yang jelas dia perdulikan adalah kamu sendiri.”
Lourdes tidak membalas, tapi tidak diragukan omongan anak ini sangat benar, ia sama sekali tak perduli komentar orang apapun tentang diirnya, yang paling penting adalah pandangan orang yang dia sukai terhadap dirinya.
Dia memang seperti itu, sudah jelas-jelas Vanessa menjualnya dan berkhianat dengan nya, Lourdes membawanya ke sampingnya, tapi takut menghadapi kenyataan tersebut, ia khawatir bayangan nya sendiri hilang dari wnaita itu.
Oriella menambahkan, “Dua hari yang lalu ketika kami naik gunung menyelamatkan wanita itu adalah kak Vanessa, dia waktu itu hampir saja mati.”
Lourdes tak menjawab, ia hanya terdiam.
Oriella terus bercerita, “Kak Vanessa menderita luka keras, ketika ia tidak sadar ia terus menyebut namamu.”
Lourdes tetap masih tidak menjawab, kali ini ia menggenggam tangannya semakin keras, hingga melukai tangannya sendiri.
Oriella melihat respon dari Lourdes tersebut tau bahwa Lourdes sedang mengkhawatirkan Vanessa, ia pun bertanya, “DI dalam mimpi, kak Vanessa terus menangis, sembari menangis sembari berteriak namamu, dia seperti anak kecil yang tenggelam dan tidak menemukan sebuah kayu yang mengapung untuk menolong dirinya.”
Ketika berbicara sampai disini, Oriella mendengar Lourdes menghembuskan nafas, Meskipun ia tetap tidak berbicara, tapi responnya sudah terlihat jelas.
Oriella terus bercerita, “Kamu tau mengapa dia tidak bisa menemukan sebuah kayu yang mengapung untuk menolong dirinya sendiri?”
Lourdes, “????.”
Oriella menjawab, “Karena kamu adalah orang yang bersedia untuk mengulurkan tangan meraih kayu tersebut dan menolongnya, selain kamu tak ada orang lain yang bisa menolong dia dari air tersebut.”
“Cukup!” Lourdes berteriak histeris, “Dia adalah wanita jahat kejam, dia tenggelam di air itu ya bagus! Mati ya mati! Masih sukur ada orang yang mau mengangkat mayat dia dari air.”
“Apa maksudmu?” Kalau ada orang lain tau tentang perkataan ini, Oriella tidak menganggapnya, tapi orang ini adalah laki-laki yang dicintai oleh Kak Vanessa, orang lain boleh tidak mengerti tidak percaya dengannya bahkan menggunakannya.
Dia adalah satu-satunya penolong untuk Kak Vanessa, kalau dia pun tak bisa menganggap Kak Vanessa, maka kak Vanessa pun tak bisa hidup.
“Maksudku masa tak cukup jelas hah?” Lourdes dengan dingin menatap Oriella, tatapannya sangat menusuk, seperti ingin membalaskan dendam keluarga Handaja.
“Lourdes, sebenarnya apa maksudmu?” Oriella mulai kesar, kesal hingga memanggil nama Lourdes.
“Yang dia pernah lakukan dulu, siapapun tau dengan jelas, masa mesti aku ceritakan sekali lagi?” Lourdes tertawa, tawanya sangat kencang.
“Kamu??..” Oriella terdiam, tak tau bagaimana menjelaskannya.