Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 282 Rumah Berhantu





Elisa tersenyum kepada Ariella: “Riella, kita adalah kakak adik, kamu tidak usah sungkan.”





Setelah operasi muka Elisa sedikit kaku, ketawanya pun tidak alami, tidak secantik yang dilihat Ariella di internet.





Kakak adik?Kakak adik yang sangat baik?





Ariella merasa yang dikatakan Puspita benar, tapi ekspresi Elisa terlihat sangat tulus, sama sekali tidak terlihat pura-pura.





Sampai disini dia pun tidak tahu harus percaya siapa.Elisa berkata lagi: “Ayok, aku traktir kamu makan.”Ariella berkata: “Aku yang mencari kamu, jadi harusnya aku yang traktir.”Elisa berpikir-pikir, “Boleh juga.”Elisa bawa Ariella ke restoran yang sedikit jauh, dia berkata: “Restoran dia ada sedikit sejarah, dulu saat kita sekolah kita sering kesana, kamu lihat restoran samping dia terus berubah, hanya dia yang masih diminati orang.”





“Mungkin..”





Mungkin dulu mereka sering datang makan, tapi Ariella tidak ingat apa-apa.





Elisa menceritkakan banyak sejarah tentang restoran ini.





Walaupun tidak tertarik, Ariella tetap serius mendengarkannya, sekecil apapun petunjuk itu semuanya baik.





Selama mereka makan, Elisa yang terus bicara, Ariella hanya kadang-kadang mengangguk, menunjukkan dia sedang mendengar.





Setelah Ariella bayar, Elisa berkata lagi: “Aku dengar dari Zeesha kalau kamu hilang ingatan, aku juga tujuan kamu datang kali ini. Kalau kamu perlu bantuan, bilang saja.





Elisa langsung setujui membuat Ariella sedikit ragu.





Kalau omongan Puspita benar, Elisa harusnya sangat membenci dia, tidak seharusnya begitu ramah dengan dia.





Sebenarnya Elisa berubah? Atau sedang akting? Atau Puspita membohongi dia?





Pertanyaan ini, dia tidak bisa menjawab karena dia tidak tahu masa lalunya. Kalau ingin membuktikan dia harus berusaha mencari masa lalu dia.





Ariella berpikir lalu berkata: “Aku ingin kembali ke tempat tinggal kita dulu, kamu bisa bawa aku pergi tidak?”Elisa sekaili lagi langsung menyutujui: “Tidak masalah.”Mereka keluar dari tempat makan, Elisa pergi mengambil mobil, dan Ariella berdiri di pinggir jalan menunggu dia.





Disaat Ariella melihat kanan kiri, ada sosok pria yang familiar datang dari arah tidak jauh.





Carlson?





Ariella sedikit kaget, langsung membenarkan topinya dan mengumpat di belakang pohon besar.





Dia mengumpat lalu melihat lagi, melihat jelas kalau di depan sana adalah Carlson.





Baju dia masih sama seperti dulu, kemeja putih dan celana bahan hitam, pakaian yang seperti biasa.





Hanya saja dia terlalu menonjol, jadi di tengah keramaian walaupun ada jarak, Ariella tetap bisa mengenalnya.





Wajah Carlson terlihat tenang, tapi Ariella bisa melihatnya kalau dia sedikit berbeda dari biasanya.





Dia kelihatan seperti panik, tapi dia mengontrol dengna baik, kalau tidak mengamati dengan teliti tidak akan kelihatan.





Mengapa Carlson bisa disini?Apakah mengikuti dia?Apakah ingin bantu dia mencari ingatannya?Atau datang karena mengkhawatirkan dia?





Kalau dia tidak bisa menemukannya, apakah dia akan panik?





Tapi dia bisa bergantung ke Carlson untuk semua hal, kalau mau menemukan ingatannya, hanya dia yang bisa, Carlson juga tidak bisa bantu apa-apa.





Saat Ariella sedang fokus memikirkan Carlson, mobil Elisa berhenti di sampignya: “Ariella, naik.”





Ariella melirik Carlson sekali lagi, menggigit bibirnya, dan memutuskan untuk masuk mobil.





Carlson baik kepada dia, tapi dia tidak bisa selalu bergantung dengan dia, dia harus bertumbuh, agar saat Carlson lelah ada pundak yang bisa jadi sandaran.





Sekitar setengah jam, akhirnya mereka sampai di tujuan.





Tempat tinggal keluarga Situmorang dulu, dalam waktu beberapa bulan 2 orang meninggal, 1 bunuh diri, dan 1 nya dibunuh, sama-sama kondisi matinya tidak baik.





Setelah Ivander dibunuh, dan polisi periksa, sekalian mengivenstigasi kematian mama Situmorang.





Setelah kabar ini tersebar, dan juga diceritakan keluar oleh pembantu keluarga Situmorang, rumah itu jadi rumah berhantu.





Semakin disebar semakin aneh, terdengar setiap malam ada perempuan yang lompat dari atas, dan mengulangnya setiap hari.





Setelah tersebar, pejalan kaki dan kendaraan lebih pilih memutar jauh juga tidak ingin lewat depan rumahnya.





Karena dirumorkan rumah berhantu, rumah kosong, tidak terjual disewakan, juga tidak ada yang mau datang bereskan.





Rumah lama mereka ini sudah 3 tahun tidak ada yang datang, tamannya penuh dengan rumput liar, benar mirip seperti rumah di film hantu.





Berdiri di depan taman, menghadap ke pintu.





Kaki Ariella tiba-tiba terasa berat, tiba-tiba merasa tidak senang.





Elisa berkata: “Ini tempat tinggal kita dulu, apakah kamu masih ingat?”





Ariella menggelengkan kepala, lalu mengangguk.





Dia sama sekali tidak ingat, tapi merasa familiar, tiba-tiba dia merasa tidak enak, mungkin dibawah kesadaran dia masih ingat tempat ini.





Tiba-tiba Ariella melihat seorang ibu-ibu berdiri didepannya dan tersenyum: “Riella kamu sudah pulang, kamu tahu tidak mama sudah menunggu lama.””Mama?”





“Riella, mama kangen kamu.”





“Mama, Riella juga kangen kamu.”





Ariella mendatangi dia, ingin menangkap ibu itu, tapi tidak menyentuh siapa-siapa, tidak ada apa-apa didepan dia.





Elisa berkata: “Kamu melihat mama? Imajinasi kamu saja kali? Atau mama tidak pergi dengan tenang dan selalu menunggu disini?”Ariella tidak menjawab, hanya saja muncul beberapa gambaran, ada wanita yang sedang senyum kepadanya, kadang menangis di kamar, dan juga melihat peti.





Gambaran ini sama seperti beberapa kali sebelumnya, setiap dia ingin berusaha mengingat, itu semua akan hilang.





Ariella menghirup nafas dalam, mengepalkan tangannya, pura-pura tenang berkata: “Bolehkah aku masuk lihat?”





Elisa dengan lambat menjawab: “Kalau mau ya masuk sendiri saja, aku tidak bisa menemani kamu.”





Saat mama Ariella lompat bunuh diri, Elisa menyaksikan itu semua.





Ivander juga dia yang membunuhnya, dia tahu betapa parahnya. Dalam kondisi biasa, dia pasti tidak akan mau datang.





Hari ini dia menemani Ariella datang karena sudah merencanakan sesuatu. Nanti dia akan tahu apakah Ariella benar lupa ingatan atau tidak.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK