Ding Ling Ling…..
Tepat ketika Oriella sedang berpikir, suara nada dering itu membuyarkan pikirannya.
Dia menolah dan melihat ada telepon dari Liotta.
Dia menjawab dan dengan suaranya yang tidak bersemangat dia manjawab: “Liotta, ada apa?”
Liotta dengan perasaan yang sangat bahagia dan bersemangat berbicara: “Oriella, apa yang aku bilang waktu itu, kamu masih mengingatnya tidak?”
“Hal apa?” Oriella sama sekali tidak ada gambaran tentang apa yang sedang dikatakan oleh Liotta.
“Kamu sudah lupa?” Liotta menjawabnya dengan suara yang sedikit kecewa.
“Liotta, kamu boleh kasih tahu aku lagi?” Walaupun ia tidak berbicara dengan Liotta secara langsung, tetapi melupakan apa yang telah diingatkan seseorang itu sangat tidak baik, Oriella merasa sedikit tidak enakan dengan Liotta.
Liotta bilang: “Hari itu aku mengajak kamu untuk menemani aku pergi ke acara pembukaan klub teman dan kamu sudah janji akan menemaniku pergi.”
“Oh, baik! Aku belakangan ini juga tidak ada kerjaan, kapan kamu mau pergi kamu bisa langsung menghubungiku.” Oriella masih memikirkan masalahnya sendiri, belum selesai masalah lain sudah datang menimpahnya.
Mendengar jawaban dari Oriella yang sangat santai, Liotta pun kembali menjadi lebih ceria: “Oriella, daripada menundah-nundah bagaimana kalau besok. Besok Abang Hansel mau interview di luar negeri, dia pasti tidak ada waktu menemani kamu, jadi bagusan kamu keluar saja sama aku.”
Oriella langsung menanggapinya: “Abang Hansel mau interview di luar negeri?”
Abang Hansel mau interview di luar negeri, kenapa dia sama sekali tidak tahu?
“Oriella, Abang Hansel tidak memberitahu kamu tentang interview di luar negerinya?” Liotta yang ada di dalam telepon merasa sedikit aneh, lalu berkata: “Aku juga tahu karena Kakak aku menyuruh anak buahnya bantu mengemas barangnya, aku mengira dia mau pergi interview dengan Abang Hansel. Kalau Abang Hansel tidak memberitahu kamu, mungkin aku yang salah.
Liotta semakin menjelaskan, hati Oriella semakin tidak tenang, semua orang tahu urusan Abang Hansel yang mau interview ke luar negeri itu harus diberitahukan kepadanya terlebih dahulu, tetapi Abang Hansel tidak membertahukannya.
“Oriella, kamu tidak apa-apa kan?” Tidak mendapat balasan dari Oriella, Liotta pun bertanya, “Oriella, Oriella…….”
“Aku tidak apa-apa.” Oriella tertawa.
Abang Hansel sibuk seharian, masalah yang ada diluar dan didalam semua harus dia yang urus, banyak hal yang dikerjakannya yang harus diingatkan oleh asistennya, dia kali ini lupa memberitahukan Oriella tentang interview itu juga bukanlah hal yang aneh.
Dia masih menunggu, kalau Abang Hansel mau interview ke luar negeri, ia pasti akan memberitahukannya dulu.
Pas setelah ia baru menutup teleponnya dengan Liotta, Abang Hansel datang dan mencarinya: “Oriella.”
Dai menoleh dan tersenyum kepadanya: “Abang Hansel, kamu sudah selesai?”
“Masih tinggal sedikit yang harus diselesaikan.” Miguel melihat dan berminta maaf kepadanya, “Sudah lumayan malam, sini biar aku temenin kamu makan malam.”
Dia begitu sibuk, tetapi masih bisa meluangkan waktunya untuk menemaninya makan malam, perasaan tidak senang yang tadi timbul didalam hatinya pun langsung hilang dalam seketika.
Oriella memeluk tangan Abang Hansel, lalu sambil tersenyum dan berkata: “Abang Hansel, nanti aku temenin kamu lembur.”
Miguel menganggukkan kepalanya: “Baik.”
Karena ada hal yang tidak menyenangkan yang terjadi dua hari yang lalu, Miguelsangat memperhatikan perasaan Oriella, tidak peduli sedang seberapa sibuk, ia akan meluangkan waktunya untuk menemaninya makan.
Tiap hari ia meluangkan waktunya satu jam untuk menemaninya makan, dengan begitu saja ia sudah bisa membuat Oriella merasa sangat bahagia. Anak kecil ini memang sangat mudah merasa puas.
“Abang Hansel, kamu masih ada hal apa yang belum beritakukan kepadaku?” Didalam perjalanan ke rumah makan, Oriella mengambil kesempatan untuk bertanya.
“En? Hal apa?” Miguel pun menundukkan kepalanya, melihat bulu mata Oriella yang begitu lentik dan indah, ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menundukkan kepalanya dan menciumnya, “Oriella ingin dengar apa?”
“Kamu tidak ada apa-apa yang ingin aku tahu?” Disaat Oriella bertanya, dia berkata kepada dirinya sendiri, kalau saja Abang Hansel tidak memberitahukannya, pasti dia sendiri juga sudah lupa.
Miguel terus berpikir: “Anak kecil, kamu mau aku tiap hari mengatakan kata-kata itu kepadamu?”
Dia adalah seorang laki-laki yang sudah dewasa, dia benar-benar tidak tahu sedikit pun kata-kata yang romantis, jarang-jarang mengatakannya sekali saja, ia merasa itu sudah berlebihan.
Mau membiarkan dia mengatakannya tiap ari, ia benar-benar tidak bisa mengatakannya.
“Abang Hansel, kamu benar-benar sudah lupa mau mengatakan apa padaku?” Dia sudah mengingatkannya seperti ini, Abang Hansel masih saja belum meningatnya, kelihatannya Abang Hansel benar-benar sangat sibuk, kasian sekali sama Abang Hansel.
Melihat wajah Oriella yang menjadi serius, Miguel pun berusaha untuk mengingat kembali, lalu akhirnya ia ingat dengan interview luar negeriya.
Dia awalnya berencana untuk nanti siang baru memberitahukan Oriella tentang hal ini, lalu Lourdes meneleponnya untuk meminta bantuan, lalu ia mendapatkan informasi yang baru lagi, dan akhirnya ia pun melupakan hal ini.
Dalam beberapa hari ini, dia terus sibuk mencari orang yang dibalik layar itu, dan ia selalu melupakan si kecil ini.
Tetapi si kecil ini walaupun usianya masih kecil, tetapi ia juga bisa mengerti dirinya, dia juga tidak pernah merengek-rengek dengannya, dia sangat peduli dengan perasaan orang lain sampai-sampai ia bisa meluluhkan hati orang lain dengan sikapnya ini.
Dia mengusap-ngusap kepalanya dan meminta maaf padanya: “Oriella, aku harus keluar negeri beberapa hari, besok saya sudah harus berangkat.”
Setelah memastikan Abang Hansel akan keluar dinas besok, ia pun harus menjalani beberapa harinya tanpa Abang Hansel disampingnya, hati Oriella pun sedikit sedih, tetapi ia masih tersenyum dan berkata: “Abang Hansel kamu pergi saja, aku akan menunggumu dirumah.”
Menunggu dia pulang.
Ini adalah kalimat yang ia impikan sejak ia kecil, tetapi selama ini tidak ada orang yang berkata demikian kepadanya.
Ibunya sangat sayang kepadanya, tetapi itu adalah rasa sayang yang berbeda,tetapi harapan ibu lebih besar dari perasaan cinta yang diberikan ibunya kepadanya.
Dia adalah darah daging ibunya, dan dia juga adalah salah satu harapan dari ibunya.
Ibunya selalu mendidiknya sejak kecil, membingbingnya untuk harus tetap semangat dan terus berusaha untuk bisa menjadi seorang pemimpin negara, tetapi kalau membahas hal dengan kasih sayang atau perasaan, ia tidak belajar banyak dari ibunya.
Bagaimana dengan ayahnya?
Sejak dia kecil sampai besar, Miguel tidak begitu mengenal dengan apa yang dikatakan ??ayah??
Ayahnya mempunyai dua anak dengan istri pertamanya, ibunya adalah istri kedua dari ayahnya, perasaan ayahnya kepadanya sangat rumit, perasaan dia untuk ayahnya juga demikian rumit.
Ayahnya dulu adalah seorang pemimpin negara, setiap hari ia terus sibuk bekerja, ia terus sibuk bekerja untuk membayar utangnya, sangat susah bisa menemukan waktu yang bisa mengumpulkan semua anggota keluarga mereka.
Didalam ingatan Miguel, sepertinya ia makan bersama dengan ayahnya tidak sampai lima kali.
Dia selalu mengira, ayahnya adalah orang yang sangat sibuk, jika mau meminta ia meluangkan waktunya untuk menemani anak istrinya makan itu adalah suatu hal yang sangat susah.
Sampai ketika ia sudah menjadi presiden negara A, Miguel baru mengerti, tidak peduli seberapa sibuk pekerjaan ini, hanya saja kalau ia rela untuk melakukannya ia pasti bisa meluangkan waktunya untuk menemani keluarganya.
Miguel selalu merasa, ayahnya tidak memperlakukan dia seperti anaknya sendiri, dia sepertinya lebih canggung dengan ayahnya dari pada orang asing.
Ingatan tentang ayahnya yang paling melekat di kepala Miguel adalah pandangan ayahnya kepadanya dan kepada kedua abangnya itu sangat berbeda.
Dulu, Miguel pernah mengira kalau dia bukan anak dari ayahnya.
Setelah dipikir-pikir itu lucu juga.