Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 415 Tidak Ada Akhir Yang Baik





Apa yang dikatakan oleh ayahnya Efa masuk akal, ibunya juga mengerti, tapi masih belum bisa merasa tenang.





Maka dari itu dia masih khawatir, itu juga karena dia terlalu peduli dengan Efa.





Seorang anak yang telah dibesarkannya selama bertahun-tahun, jika dia tidak mengenali ibunya, dia pasti akan merasa sedih untuk waktu yang lama.





Ibunya datang ke rumah sakit dengan perasaan yang gugup, tapi saat itu Efa masih tertidur, dan ada Darwin yang menemaninya.





Dulu anak yang dari pagi sampai malam sangatlah bertenaga, sekarang terbaring lemah di ranjang sakit, terlihat sangat lemah seperti siap mati kapan saja.





Melihat Efa seperti ini, ibunya merasa seperti ada orang yang menusuk hatinya, hatinya sangatlah sakit, tidak dapat menahan diri lalu menangis.





“Efa sudah tidak apa-apa, jangan menangis lagi.” Ayahnya menepuk pundak ibunya.





“Aku merasa sedih melihatnya.” Kata ibunya sambil menghapus air mata, kalau bisa, dia ingin menggantikan posisi Efa sekarang dengan penderitaan ini.





“Mama, janganlah sedih, Efa tidak kenapa-napa.” Tiba-tiba suara Efa yang lemah itu terdengar ditelinga ibunya.





Ketika ibunya mendengar itu, dia segera menggenggam tangan Efa: “Efa, terimakasih kamu masih mau bersama mama.”





Segala kekhawatiran ibunya menghilang ketika dia mendengar Efa memanggilnya. Efa masih mau bersama dengan ibunya, segala hal yang dia pikirkan hanyalah baying-bayang dia sendiri.





Efa dengan lemah berkata: “Mama, selama mama mau dengan Efa, Efa akan selalu menjadi anakmu.”





Efa tidak pernah terpikir untuk menyalahkan ibunya. Didalam hatinya, dia sudah seperti ibu kandungnya. Tidak ada hubungan antara kematian ibu kandungnya dengan ibu angkatnya.





“Tentu saja, kamu selamanya adalah anak mama.” Ibunya mengulurkan tangan lalu mengelus dahi Efa dengan perlahan-lahan, lalu berkata lagi: “Kamu akan selamanya menjadi anak mama.”





Saat mendengar ini, sisi paling lembut dari hati Efa langsung merasa sangat tersentuh. Saat ingin memanggil ibunya lagi, dia pun menangis.





Saat dia sadar sepenuhnya, tiap luka ditubuhnya terasa sangat sakit, dan itu adalah jenis rasa sakit yang sampai ke tulang, yang menusuk sampai ke jantungnya, tapi dia tidak ada meneteskan satupun air mata.





Rasa sakit di tubuh tidak pernah menjadi masalah baginya, tahan sedikit dan itu akan berlalu.





Yang membuat dia tersentuh, yang membuat dia meneteskan air mata adalah cinta keluarganya padanya. Saat terjadi begitu banyak hal pada mereka, mereka masih mau memperlakukan dia layaknya anak mereka sendiri.





Hanya ketika berhadapan dengan orang yang dia paling dia cintai, baru akan terlihat sisi rapuh dari Efa.





“Mama??” Efa memanggil ibunya, lalu menangis persis seperti anak kecil.





Saat dia sendiri, anak itu bisa melewati berbagai hinaan dan siksaan dengan kuat. Tapi saat dia kembali ke sisi ibunya, semua keteguhan yang ditunjukkannya itu, runtuh dalam sekejap.





Didepan ibunya, Efa adalah anak yang seperti itu.





“Efa??” Ibunya sangat ingin memeluk Efa, tapi tubuhnya masih sangat terluka, terbungkus dengan berbagai perban dan kain, dia hanya bisa menggenggam tangannya, perasaannya sangat sakit, “Anakku, kamu sudah cukup menderita.”





“Mama??” Efa mencoba memanggil ibunya lagi, tapi Efa mengerang dan tidak dapat meneruskan perkataannya, air matanya mengalir semakin banyak.





Ibunya juga menangis dengan sangat sedih, dan di ruangan itu hanya dapat terdengar suara tangisan kedua wanita itu.





Setelah menangis sangat lama, ibunya menyeka air mata di wajah Efa: “Efa, pasti sangat sakit kan.”





“Mama, Efa tidak merasakan sakit.” Ada luka di tubuh, pasti terasa sakit, tapi ada ibu dan ayah yang menemaninya, hatinya sangatlah tenang, sehingga luka yang ada ditubuhnya pun tidak terasa sakit lagi.





“Efa??”





“Mama, ada apa?”





Ibunya menggenggam tangannya dengan erat, lalu berkata: “Efa, ayo cepat pulang. Pulang kerumah, pulang bersama sekeluarga bersama-sama.”





“Mama, aku??” Efa tidak tega menolak perkataan ibunya, dan dia tidak tahu harus menjawab apa.





Dia merasa sangat malu untuk pulang kerumah.





Tiap kali dia terpikirkan kalau ayahnya yang baik hati itu dibunuh oleh kakeknya sendiri, Efa sangat menyesal tidak menggali lobang yang lebih dalam untuk masuk kedalam.





Bukannya dia tidak ingin pulang, bukannya dia tidak ingin berkumpul bersama keluarganya, tapi dia benar-benar tidak ada harga diri untuk pulang.





Jelas-jelas mengetahui bahwa kakeknya sudah melakukan banyak hal jahat, kakak penebang pohon itu telah kehilangan sesosok kakek yang paling dicintainya, dia selama bertahun-tahun terus mencari pembunuh kakeknya demi membalaskan dendam kakeknya?? Setelah mengetahui semua ini, Efa sudah tidak memiliki harga diri untuk pulang kembali.





Ibunya berkata dengan lembut: “Efa, ayahmu, adik kakakmu, dan bayi kecil kita Riella, kita semua berharap kamu bisa pulang.”





“Ma, terimakasih banyak!” Terima kasih karena setelah mengetahui kebenaran dan tetap mencintainya seperti sebelumnya, dan tidak meninggalkannya karena hubungan dengan kakek itu.





“Anakku, aku adalah ibumu, tidak perlu banyak basa-basi.” Ibunya tertawa dan mengelus kepalanya Efa, lalu berkata lagi: “Efa, kamu cepat sembuh dulu, semua hal yang kamu ingin lakukan nanti saja baru bahas.”





“Iya.” Efa mengangguk dengan keras, dan mengeluarkan senyum yang amat manis.





Saat aku sakit, ada orang-orang yang aku cintai terus menjaga dan menemaniku, perasaan ini, bagaimana mengungkapkannya?





Aku merasa sangat luar biasa! Aku merasa masih seperti bayi yang dilindungi oleh semua orang!





“Menurutmu mereka berdua sedang membicarakan apa selama ini?” Darwin yang tidak pernah tertarik dengan obrolan wanita, saat itu pun penasaran dengan obrolan mereka berdua.





“Apa kamu ada menanyakan Efa, seperti apa orang yang menangkapnya?” Ayahnya Efa tahu dia tidak punya pilihan lain selain membiarkan mereka berdua berbicara selama mungkin, dia lebih peduli tentang siapa yang telah melukai Efa.





“Dia belum lama sadarkan diri, tubuhnya belum pulih, perasaannya pasti masih belum stabil.” Darwin berhenti sejenak, lalu berkata lagi: “Lebih baik tunggu sampai lukanya sembuh, saat dia bersedia untuk bercerita baru akan aku tanyakan.”





Diculik dan disiksa dengan kejam, pasti Efa masih sangat trauma, jadi lebih baik kalau bisa menjauhkan kejadian ini jauh-jauh darinya.





Tidak perlu petunjuk dari Efa, Darwin juga bisa menemukan penculik itu. Tidak peduli penculik itu bersembunyi seberapa dalam, tidak peduli seberapa usaha yang diperlukan untuk melacak penculik itu, dia tetap harus bisa menemukan penculik itu.





Ayahnya Efa lalu berkata: “Abraham sudah mengirim banyak orang untuk melacaknya, tapi sampai sekarang belum ada kemajuan. Waktu yang dipilih penculik sangatlah tepat, ketika saat topan akan datang, sehingga semua jejak petunjuk itu telah tersembunyikan, semuanya telah diguyur air hujan, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.”





“Tidak peduli terguyur sebersih apapun, dia tidak akan bisa melarikan diri.” Memikirkan Efa yang dilukai sampai separah itu, Darwin mengepalkan tangannya keras-keras, dan aura matanya sangat bengis.





Ayahnya Efa mengehela nafas dan berkata: “Abraham masih terus melacaknya, kalau dia ada berita baru, orang pertama yang dia akan hubungi pasti adalah kamu.”





“Bantu aku beritahu dia, tidak peduli ada petunjuk seperti apapun, semuanya harus diberitahu kepadaku. Aku akan menemukan penculik itu, lihat dia sehebat apa, berani-beraninya didaerahku membunuh orang, terlebih lagi berani sekali dia menculik temanku.”





Orang yang berurusan dengan Darwin, tidak pernah memiliki akhir yang indah, apalagi orang yang dilukainya adalah Efa.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK