Ariella diam-diam melirik Carlson, dia berdiri dengan tegak, rahang mulut sedikit diangkat, pandangan lurus kedepan, sungguh indah bagaikan sebuah patung megah.
Tetapi, yang dilihat Ariella bukan hanya wibawa dan penampilan Carlson, dia seperti bisa melihat isi hatinya, Carlson terlihat seperti diselimuti kesepian yang tebal, sangat kesepian.
Di ingatan Ariella yang tak seberapa, dia tidak pernah pacaran, lebih tidak mengerti bagaimana rasanya menyukai seseorang.
Dia pernah mendengar orang berkata, cinta seperti pisau dua mata, bisa menjadi pelindung untuk pasangan, sekaligus menjadi titik lemah dari pasangan itu.
Sekarang, Carlson yang telah kehilangan “Riella”, adalah orang yang tidak memiliki titik lemah, juga kehilangan pelindungnya.
“Ariella” pernah memberi kebahagiaan dalam hidup Carlson, dan ketika dia menghilang, juga tanpa permisi menghancurkan semua yang telah Carlson dapatkan.
Di mata orang-orang, Carlson yang sekarang tetap sosok yang menarik perhatian, tetapi dia justru seperti dilapisi es tipis, dingin hingga tak seorangpun berani mendekat.
Di mata Ariella, yang membuat Carlson kecewa dan tak berdaya adalah ketika berangkat dinas masih melihat sang istri tersenyum, ketika pulang malah sudah terpisah satu sama lain, tidak ada lagi kesempatan untuk bertemu kembali seumur hidupnya.
Tetapi menurut Carlson, itu semua adalah masa lalu, saat ini ada masalah yang jauh lebih menyulitkan.
Istrinya jelas-jelas berdiri di depan, asalkan menjulurkan tangan pasti bisa menyentuhnya, tetapi sayangnya Ariella sudah tidak ingat dengan dia lagi.
Sebuah dinding tak berbentuk memisahkan mereka berdua, dapat mendengar suara dan merasakan dirinya di depan, tetapi malah tidak dapat menyentuhnya.
Kata Buddha, dalam hidup manusia ada 8 penderitaan : hidup, tua, sakit, mati, berpisah, tidak mampu menggapai, tidak mampu melepaskan.
Berpisah, tidak mempu menggapai, tidak mampu melepaskan——
Carlson tiba-tiba tertawa, dengan suara rendah, dari mata yang memakai kacamata warna emas, seperti terlihat kilauan air mata.
Ariella melihat senyumannya, malah merasa begini lebih sakit dibanding melihat orang menangis.
“Anak kita dijaga dengan baik, tumbuh dengan sehat, sangat lucu dan patuh, bisa dibilang dia adalah sumber kebahagiaan dalam hidupmu.” Carlson menyamping melihat Ariella, lanjut berkata :”Saat mengandung, Ibunya pernah berkata, setelah anak berumur satu tahun nanti kita pergi motret foto keluarga, setiap kali bertambah satu tahun harus foto satu kali……”
Tetapi dia selamanya tidak ada kesempatan untuk foto bersama!
Ariella menggantikan Carlson berpikir dengan perasaan sedih.
Suara berat Carlson lagi-lagi mengetuk pintu hati Ariella, bahkan membuat Ariella ingin menghampiri dan menggengam gumpalan tangannya, demi memberikan kekuatan dan kesabaran untuknya.
Tetapi Ariella tidak berbuat demikian, dia juga tidak berhak melakukan itu——
Dia bahkan tidak tahu apa maksud Carlson membawanya datang ke makam istrinya.
Disaat dia banyak kebingungan, terdengar lagi suara Carlson berkata :”Dia telah meninggalkan Aku dan anak Aku selama tiga tahun. Sudah lewat tiga tahun, apakah kita harus melupakannya?”
Dia bertanya kepada Ariella, tetapi Ariella percaya, Carlson sendiri sudah punya jawaban di dalam hatinya, bukan menginginkan jawaban dari Ariella, oleh karena itu Ariella diam saja saat ditanya.
Ariella tidak berkata apapun, dalam hatinya menggantikan Carlson berpikir, hidup manusia harus memandang ke depan, bukan hidup di masa lalu.
Jika istri Carlson di surge tahu, mungkin dia juga tidak tega melihat Carlson menderita seperti itu, tentu berharap dia dapat segera melupakan masa lalu, membawa Riella memulai hidup baru.
“Ariella—-”
Carlson tiba-tiba mengucapkan nama “Ariella”, Ariella tidak tahu siapa yang sedang dia panggil, istrinya atau dia, jadi tidak menyahutnya.
“Beri Aku satu kesempatan, biarkan Aku mengejar kamu.”
Suara Carlson terdengar di telinga Ariella, Ariella kaget hingga otaknya bergetar, apa mungkin ada masalah dengan Carlson? Apa yang tidak beres?
Pertama Carlson menceritakan masa lalu bersama istrinya yang telah meninggal, sebelum Ariella berhasil memahami semua ceritanya, dia langsung mengatakan ingin mengejar Ariella.
Meski istrinya telah meninggal tiga tahun yang lalu, tetapi cara dia mengatakan untuk mengejar perempuan lain di depan makam istrinya tentu kurang baik.
Tetapi kalau dipikirkan baik-baik, Ariella juga bisa mengerti, justru karena dia dan istrinya memiliki banyak kesamaan, Carlson baru mungkin melakukan hal aneh seperti itu.
Carlson mengatakan ingin mengejar Ariella, yang ditakutkan adalah bukan mengejar tetapi menganggapnya sebagai istrinya yang sudah meninggal, dia hanya ingin memulai hidup baru bersama istrinya.
Pandangan Carlson menatap Ariella dengan fokus, berharap mendapat jawaban positif dari Ariella, disaat menunggu jawaban pun telapak tangannya menjadi berkeringat.
Ariella tertawa tidak enak hati :”Tuan Carlson, meski nama Aku juga Ariella, tetapi Aku dan istri kamu tidak ada hubungan sedikitpun, Aku juga tidak ingin menjadi seorang pengganti.
Jawaban Ariella membuat Carlson merasa seperti ada yang mengikat jantungnya, setelah menarik nafas yang panjang, barulah merasa lebih baikan.
Pandangan matanya yang panas menatap Ariella, sekali lagi berkata dengan serius :”Ariella, kamu bukan pengganti, kamu memang kamu, bersediakah dirimu?”
Ariella telah kembali, dia telah melupakan semua masa lalu, dia yang sekarang adalah Ariella yang baru. Biarpun Ariella yang dulu atau sekarang, bagi Carlson, dia adalah Ariella miliknya.
Carlson boleh menganggap Ariella beneran meninggal tiga tahun lalu, dan sekarang mengejar kembali Ariella yang baru, memulai hidup yang baru dengannya.
Karena tahu yang mengejar Ariella tidaklah sedikit, Carlson merasakan beragam bahaya, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dia harus membuat Ariella menerimanya dengan cepat.
Atau jika Ariella tidak menerimanya, paling tidak Carlson ingin menjaganya dari samping, menghentikan semua orang yang ingin mendekatinya.
Ariella yang tadinya berencana menolak, tetapi setelah saling menatap dengan mata Carlson, kalimat-kalimat penolakan pun tidak jadi dia ucapkan.
Dia pun tidak tahu kenapa dia tidak ingin melihat Carlson sedih, jika dia menolaknya, dia juga merasa bersalah.
Tetapi, pada akhirnya tetap berhasil memenangkan kebimbangan hatinya, Ariella menggelengkan kepala dan berkata :”Tuan Carlson, apakah Aku ada salah sehingga membuat kamu salah paham? Sebenarnya Aku tidak ada perasaan lebih terhadapmu.”
“Ariella, Aku yang ingin mengejar kamu.: Carlson memegang bahu Ariella, lanjut berkata :”Aku bukan ingin kamu mengakui ada hubungan special di antara kita. Aku hanya ingin mendapatkan satu kali kesempatan, kesempatan untuk mengejar dan mendekatimu.”
Ariella berkata :”Tuan Carlson, Aku sungguh——”
Carlson memotong perkataannya, berkata :”Biarkan kita saling mengenal terlebih dahulu. Jika di tengah perjalanan kamu merasa Aku kurang baik, tidak seperti yang kamu cari, kamu boleh mengajak berhenti kapanpun.”
Ariella menggelengkan kepala :”Tuan Carlson, begini tidak adil untukmu.”