Kaki Ariella terkilir, untuk sementara gerakannya terbatas, tidak bisa memasak, tapi dia belum makan malam ini.
Carlson menawarkan untuk memasak untuknya, Ariella duduk di sofa di ruang tamu, melihat ke arah dapur dari waktu ke waktu, menatap pria yang sedang sibuk itu.
Carlson mengenakan pakaian rumah, pakaian kasual dengan kemeja rajutan, lengannya dinaikkan dan juga memakai celemek kartun yang biasanya dipakai Ariella.
Karena tubuhnya sangat tinggi, celemek Ariella sangat kecil dipakai di tubuhnya, terlihat agak lucu.
Ini adalah pertama kalinya Carlson turun tangan untuk memasak sejak mereka menikah.
Melihat penampilan Carlson sudah tahu bahwa dia belum pernah melakukan hal-hal ini sebelumnya.
Melihat Carlson yang sibuk untuk waktu yang lama dan tidak ada kemajuan, Ariella sedikit cemas, dengan terseok-seok menuju ke arah dapur: “Carlson, biar aku saja.”
Carlson menoleh menatapnya, mengerutkan alisnya tanpa sadar: “Kembali dan duduk baik-baik.”
Ariella berdiri diam, menyentuh perutnya, menatapnya dengan mata memelas: “Aku sangat lapar.”
Carlson meletakkan pisau dapur di tangannya, berjalan menghampirinya, memeluknya dengan wajah cemberut: “Patuh.”
Ariella mengambil kesempatan untuk mendongak dan mencium sudut bibirnya sekilas, kemudian tersenyum padanya: “Atau kamu bantu aku memindahkan bangku, aku akan memerintahkan.”
Tiba-tiba dicium oleh Ariella, gerakan Carlson kaku, tidak berbicara, tapi dia mengikuti perkataan Ariella, memindahkan kursi untuknya dan meletakkannya di dekat dapur untuk Ariella duduki.
Ariella berkata: “Kamu pertama-tama masak nasi, memasak nasi di dalam panci terlebih dahulu, lalu cuci dan potong sayuran, dengan begitu kamu bisa membuat beberapa hidangan dan nasi juga sudah selesai dimasak.”
Carlson tidak berbicara, tapi setiap langkah dilakukan sesuai dengan apa yang dikatakan Ariella.
Melihat tampilan Carlson, Ariella merasa Tuhan sangat tidak adil.
Bagaimana Tuhan dapat memberikan penampilan yang begitu baik kepada seorang pria, dan juga memberinya otak yang begitu pintar.
Pria ini pertama kali memasak, tapi gerakannya terlihat sangat terampil, sama sekali tidak terlihat baru pertama kali dia memasak.
Orang yang seperti ini disebut berbakat, tidak peduli apa yang dipelajari, hanya sebentar maka sudah bisa menguasainya, metode pemotongan sayur dan lainnya, tampak sangat menarik.
Ariella menghela nafas sekali lagi, dia benar-benar sangat beruntung, bisa bertemu dengan pria yang begitu baik ketika dijodohkan.
“Carlson, aku punya sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu.” Lagipula ada waktu sekarang, Ariella menggunakan waktu ini untuk berbicara dengan Carlson mengenai hal-hal sebelumnya.
Hal-hal yang telah terjadi sebelumnya, hari ini sudah diekspos keluar di depan begitu banyak orang.
Carlson seharusnya sudah mengetahui beberapa, jika Ariella masih berpura-pura tidak ada yang terjadi, dia memberitahunya apa pun maka dia benar-benar keterlaluan.
Selain itu, Ariella telah memutuskan untuk hidup bersamanya dengan baik, jadi dia harus membicarakan masa lalunya dengan jelas, cara terbaik adalah untuk membuka diri kepadanya sepenuhnya.
Carlson menoleh memandang Ariella, melihat tatapan matanya yang serius, Carlson sudah menebak apa yang ingin Ariella katakan padanya.
Sebelum mendaftarkan pernikahan dengan Ariella, Carlson sudah meminta orang untuk menyelidiki dengan jelas segalanya mengenai Ariella, termasuk di mana dia bersekolah ketika SD.
Carlson sangat ingin berpura-pura tidak tahu apa-apa, tapi dia tidak ingin membohongi Ariella, jadi dia berkata: “Ariella, aku tahu segalanya tentang masa lalumu.”
“Kamu, kamu tahu segalanya?” Ariella sangat terkejut.
Memikirkan masa lalunya, keluarganya, semua hal buruk yang telah lama terpampang dengan sangat jelas di hadapan pria ini, hati Ariella sedikit tidak nyaman.
Ketika Ariella merasa sedikit seidh, tapi malah mendengar Carlson berkata dengan suara rendah padanya: “Apa yang tidak kamu lakukan, maka kamu tidak melakukannya. Tidak peduli bagaimana kamu dijebak oleh orang lain, kamu tetaplah Ariella yang terbaik.”
Nada suaranya tegas dan serius, seolah-olah bisa mendengar sedikit rasa kasih sayang Carlson pada Ariella dari nada seriusnya.
Tiga tahun yang lalu, Ariella dijebak oleh Elisa, dipaksa untuk meninggalkan kampung halamannya, selain Puspita, semua orang menganggap dirinya adalah seorang wanita yang merayu calon Kakak iparnya, mengangap dia adalah seorang wanita yang suka berhubungan dengan pria lain di luar.
Sekarang setelah tiga tahun berlalu, akhirnya ada seseorang yang setelah mengetahui masalah itu, namum dengan begitu tegas mengatakan kepadanya bahwa dia masih adalah Ariella yang terbaik.
Dan orang merupakan suaminya, pria yang selalu mengatakan bahwa dia akan menghabiskan sisa hidupnya dengannya.
Setelah mendengarkan kata-kata Carlson, Ariella kembali tersenyum dengan bahagia, tiba-tiba membuka tangannya: “Apa kamu rela memeluk Ariella yang terbaik?”
Carlson ingin memeluk Ariella, tapi dia baru saja memotong daging, tangannya berminyak.
Saat Carlson ragu-ragu, Ariella sudah berdiri dan menyeret kakinya berjalan ke belakang Carlson, membuka kedua lengannya dan memeluk pinggang Carlson dengan erat.
Kepalanya menempel di punggung Carlson: “Jadi Tuan Carlson, tolong berjanji padaku, di kemudian hari kamu hanya akan bersikap baik pada Ariella yang terbaik, tidak boleh bersikap baik pada wanita lain.”
“Hati-hati dengan cedera di kakimu.” Carlson memperingatkan.
“Kamu potong saja sayurmu, jangan pedulikan aku.” Ariella berkata dengan egois.
Masalahnya adalah seluruh tubuh lembut Ariella melekat padanya, terutama benda lembut yang berada di depan tubuh wanita sedang menempel di punggungnya, bagaimana Carlson bisa memotong sayuran dengan baik.
Bahkan jika kemampuan menahan Carlson sangat baik, tapi wanita kecil ini dengan seenaknya berbuat demikian, Carlson tidak akan bisa mengendalikannya dan ingin memakannya.
Carlson menyingkirkan tangan Ariella, berbalik dan memandangnya dengan serius: “Sebenarnya kamu masih ingin makan atau tidak?”
Cukup tersenyum dan mengangguk.
Carlson berkata dengan raut serius: “Jika ingin makan maka pergi dan duduk dengan baik, tidak boleh menggangguku.”
“Siap, Pak Presdir!” Ariella dengan nakal tersenyum dan bersikap hormat padanya, kemudian menyeret kakinya untuk kembali dan duduk.
Melihat Ariella yang gembiraa, Carlson tahu bahwa masalah sore itu sudah tidak memengaruhinya sama sekali, karena dia sudah tidak takut lagi, karena dia memiliki Carlson di sampingnya.
Tidak lama, Carlson memasak kemudian meniriskan makanan dari wajan, melihat tampilan makanannya masih lumayan, Ariella dengan cepat mengambil sumpit dan mencicipinya.
Tidak hanya tampilannya yang bagus, tapi rasanya juga layak, Ariella tidak bisa tidak curiga: “Carlson, apa ini benar-benar pertama kalinya kamu memasak?”
“Ya.” Carlson mendengus sekilas, dan tidak banyak bicara.
“Dingin sekali.” Ariella tiba-tiba berkata.
Carlson buru-buru bangkit dan kembali ke kamar untuk mengambil mantel dan memakaikannya pada Ariella: “Jika dingin maka pakai pakaian yang lebih banyak.”
“Pria bodoh.” Ariella berkata bahwa Carlson sangat dingin, tidak bisakah dia mendengarnya?
Wajah Carlson menggelap, mengambilkan makanna dan menaruhnyna di piring Ariella: “Makan yang benar.”
Ini hampir jam 10 malam, Ariella sudah lapar, mengambil sendok kemudian mulai makan, ketika sedang makan, dia terus menerus mendongak dan menatap Carlson.
Di meja makan, Carlson tidak akan pernah berbicara, hanya akan makan dengan menunduk diam.
Ariella ingin berbicara dengannya beberapa kali, akhirnya menyerah, sampai akhirnya dia meletakkan sendok kemudian baru berkata: “Tuan Carlson, makanan yang kamu buat lumayan, di kemudian hari semangatlah.”
“Baguslah jika kamu menyukainya.” Carlson mulai membersihkan setelah dia selesai makan, sulit untuk membayangkan Tuan muda Group Aces yang biasanya apapun selalu dilayani oleh orang lain, ternyata dia bersedia melakukan hal seperti mencuci piring sehabis makan demi wanita kecil ini.
Jika dua teman baiknya tahu dan melihatnya, sepertinya mereka akan menertawakannya.