Memikirkan masa lalu, Ariella tanpa sadar mengelus perutnya, kali ini dia harus melindungi anaknya, membuat anaknya lahir dengan aman ke dunia.
Dia ingin selalu menemani anaknya, melihat dia perlahan-lahan bertumbuh dewasa, mulai dari belajar berbicara hingga belajar berjalan, tidak boleh kekurangan apapun.
“Riella, benar-benar tidak terfikir, jika kita berdua sudah menjadi seorang ibu. Ini merupakan hal yang sama sekali tidak berani aku bayangkan sejak dahulu.” Puspita menurunkan kepalanya, memandang lembut anak yang sedang berbaring disampingnya, tidak bisa menahan untuk mengeluarkan tangannya mengelus muka anaknya dengan lembut,” 20 tahun yang akan datang, kita berdua sudah akan menjadi nenek.”
Orang yang sudah menjadi seorang ibu pasti akan selalu memikirkan hal ini, anak yang baru saja dia lahirkan, sudah mengkhawatirkan masalah anaknya yang akan melahirkan anak mereka nantinya.
Ariella tertawa:”20 tahun yang akan datang, anakmu akan berubah menjadi seorang lelaki yang tampan, pada saat itu kamu sebagai seorang ibu akan sangat merasa khawatir.”
“Aku hanya merasa khawatir dengan masalah pernikahannya, aku khawatir jika dia akan membawa pulang seorang istri yang selalu membuatku marah. Jika dia dengan anakmu Riella kecil, atau kamu kembali melahirkan adik bagi Riella kecil, maka aku seumur hidup akan merasa sangat puas.” Mengenai masalah ingin menjadikan Riella kecil sebagai menantunya, Puspita sama sekali tidak putus asa.
“Jika mereka benar-benar saling menyukai, aku sama sekali tidak akan melarangnya.” Tidak bisa menurut kemampuannya sendiri, Ariella juga kembali teringat oleh Hansel yang sudah lama pergi meninggalkan Riella.
Pada saat itu jika Hansel tidak meninggalkan Riella karena ingin melindunginya, maka dia sudah pasti akan selalu menemani Riella hingga bertumbuh dewasa, membawa begitu banyak kebahagiaan bagi Riella.
Jika saja Hansel selalu berada disamping Riella mereka, maka akan sangat baik.
Meskipun Ariella sama sekali tidak mengetahui bagaimana caranya Hansel muncul, tetapi dia selalu merasa lelaki yang begitu tenang dan bersikap dewasa, dan bahkan begitu menyayangi Riella, merupakan menantu yang selalu dia idam-idamkan.
Ketika Riella kecil tumbuh dewasa maka dia pasti akan menjadi perempuan yang sangat cantik, pada saat itu pasti banyak lelaki yang mengerumuni dia.
Tetapi seberapa banyaknya itu tidaklah penting, dia hanya menginginkan satu orang yang benar-benar melekat dengan Riella, bisa melindungi Riella, lelaki yang bisa membuat Riella merasa bahagia seumur hidupnya.
“Memikirkan masalah anak yang akan bertumbuh dewasa.” Ariella tersenyum, dan berkata,”Mau bagaimanapun setelah anak kita dewasa mereka sudah pasti akan memiliki pemikiran mereka sendiri, orang yang kita sukai, belum tentu juga merupakan orang yang mereka sukai.”
“Hanya kamulah yang suka mendinginkanku, aku begitu susah payah melahirkan anakku, apakah aku tidak bisa membantu dia memikirkan sesuatu?” Puspita memberikan tatapan mata malas kepada Ariella.
Puspita merupakan orang yang akan mengatakan secara langsung apa yang sedang dia pikirkan.
“Ayah dari anak-anak? Mereka hanya berkeja keras beberapa detik,tetapi menyuruh kita menggunakan seumur hidup untuk menggantikannya, mereka mempunyai hak apa untuk memiliki pemikiran sendiri.” Membahas tentang ayah dari anaknya, Puspita merasa begitu banyak perkataan yang ingin dia keluarkan.
Kemarin malam dia begitu bersusah payah melahirkan anak mereka, setelah melahirkan, Gustin bukan hanya tidak datang pertama kali menenangi dia, malam terlihat seperti orang bodoh, dan akhirnya masih menangis.
Dahulu, Puspita selalu mendengar jika orang-orang melihat anak pertama mereka, mereka akan merasa sangat bersemangat dan menangis, tetapi dia sama sekali tidak pernah melihatnya.
Kali ini, dia menangis karena merasa kesakitan, dan Gustin menangis karena merasa sangat bahagia.
Dia merasa sakit hingga seperti akan kehilangan nyawanya, Gustin masih menangis dengan bahagia, memikirkan hal ini, Puspita bagaimana bisa tidak merasa marah.
Tetapi mau bagaimanapun, dia hanya sekedar berbicara seperti itu, bukan berarti dia benar-benar tidak menyukai Gustin, kebalikannya hatinya malah begitu menyayangi Gustin, hanya saja dia tidak ingin mengakuinya.
Dan untungnya Gustin dan Puspita sudah saling mengenal beberapa tahun lamanya, Gustin sudah sangat mengenal kepribadian Puspita, dan menyebabkan pada saat Puspita ingin memarahi seseorang, maka Gustin akan membiarkannya.
Istri adalah miliknya sendiri, jika dirinya sendiri tidak menyayanginya, apakah ingin menunggu hingga ada lelaki lain yang akan datang menyayangi istrinya?
Selama ini, Gustin selalu membawa pemikiran ini untuk berhubungan dengan Puspita, maka dari itu tidak peduli seberapa marahnya Puspita, tidak seberapa lama, kemarahan itu akan padam dengan sendirinya.
Ariella berkata dan tertawa:”Puspita, kamu harus mengingat ini, kamu sekarang sudah menjadi seorang ibu, kedepannya kamu berbicara harus memberikan muka kepada ayah dari anakmu didepan anakmu.”
Puspita mengerucutkan bibirnya:”Dia sendiri tidak menginginkan muka, menginginkan muka apa.”
“Perawat, silahkan bawa anakku kembali keruang istirahat.” Suara Gustin tiba-tiba terdengar, terdengar seperti sedang sedikit marah.
Puspita melihat kearahnya, dan dengan segera mengeluarkan senyumannya:”Ayah dari anakku, aku tadi hanya sedang bercanda dengan Ariella, kamu jangan marah.”
Gustin tidak membalas apapun.
Puspita menarik-narik ujung bajunya:”Gustin, biarkan anak kita menemani aku sebentar lagi. Hanya dengan kamu membiarkan anak kita lebih lama menemaniku, aku berjanji, aku akan mengganti kebiasaan burukku.”
Gustin melepaskan tangan Puspita:”Kamu sudah berjanji kepada suster, mengapa kamu tidak menepatinya.”
Dan terlebih lagi anak mereka barulah lahir, kondisinya sangatlah lemah, rumah sakit akan membawa bayi yang baru lahir masuk keruang incubator, memeriksa selama dua hari, menunggu hingga kondisinya menjadi lebih kuat, barulah bersama dengan ibunya keluar dari rumah sakit.
Puspita:”Tetapi????”
“Tidak ada tapi-tapian, perawat bawalah anakku pergi.” Baru kali ini Gustin bersikap begitu keras kepala dihadapan Puspita.
Mendapat perlakuan kejam dari Gustin, Puspita kembali merasa marah, mengambil bantal disampingnya dan ingin memukul Gustin:”Gustin, keluar kamu!”
“Puspita, jangan ribut lagi!” Ariella menahan tangan Puspita,”Gustin berbuat seperti ini demi kebaikanmu. Jika dia hari ini tidak bertahan, Bagaimana jika nantinya anakmu sakit? Pada saat itu kamu akan menangis, dan merasa sangat sedih.”
“Dia hanya saja tidak menyayangiku. Kamu lihat Carlson suamimu, kamu berjalan kemana, dia pasti akan mengejarmu, diam-diam berada disampingmu. Tetapi kamu lihat lah Gustin, jika dahulu aku tidak mengikuti dia pergi, dia sama sekali tidak pernah mengikuti ku. Tunggu hingga aku keluar rumah sakit, aku akan pergi dari rumah dan melihat, apakah dia akan datang mencari aku.” Puspita sengaja berkata seperti ini untuk didengar oleh Gustin.
“Puspita, kamu benar-benar berfikir seperti ini?” Gustin terdengar seperti sudah benar-benar marah.
“Suamiku, aku hanya sembarangan berbicara, kamu tidak usah serius menanggapinya!” Puspita mengetahui jika dia sudah kelewatan, dengan cepat menarik Gustin berusaha menghiburnya dan meminta maaf.
Tidak peduli sudah berapa tahun, Gustin masih saja termakan oleh kelakukan Puspita yang seperti ini, warna wajahnya sudah berubah menjadi lebih baik, dengan lembut membawa Puspita masuk kedalam pelukannya:”kamu ini, kamu bahkan sudah menjadi seorang ibu, masih begitu kekanakan.”
“Karena aku ada kamu, aku barulah memiliki hal untuk bersikap kekanakan.” Puspita berbicara dengan begitu sombong.