Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 436 Sudah Tidur Bersama





“Guk guk guk……” Mianmian tak mau kalah, ia mengeluarkan suara “guk guk” untuk menyambut kepulangan Bibinya.





Ia memang anak yang tidak banyak bicara, dan tetap berjaga jarak dengan mereka, diam-diam berlindung di sebelah Riella kecil.





” Riella, kenapa tidak menyapa paman, apakah sudah lupa sama paman?” Darwin baru kembali dari memarkirkan mobilnya, mencoba untuk mengambil alih Riella kecil dari tangan Efa, tetapi ditepis oleh Efa.





Efa pun menatapnya: “Darwin, kau bilang hanya ingin mengantarku pulang. Sekarang aku sudah sampai di rumah, kau bisa kembali ke kota asalmu, kota Pasirbumi.”





Efa tidak akan lupa, malam itu ia berdiri di dalam hembusan angin malam, menunggu Darwin sepanjang malam. Namun lelaki itu tetap tidak muncul. Sekaranglah saatnya untuk membalas dendam.





“Efa, kau jangan sudah kuberi hati malah minta jantung.” Darwin mendengus sejenak, memeluk Riella kecil dengan erat, berkata,” Riella, hari ini paman yang akan menemanimu bermain.”





“Paman, Riella ingin bermain dengan Bibi” sudah lama Bibi tidak menemaninya bermain, oleh karena itu ia sangat ingin bermain dengan Bibi.





“Ya, memang Riella lah yang paling mengerti.” Efa merebut Riella dari Darwin, dan mengecup pipinya yang tembam itu, “Sayang, Bibi sangat mencintaimu.”





Melihat Efa begitu menyayangi Riella kecil, Darwin mendekatinya dan berkata: “Efa, kau begitu menyukai anak-anak, mengapa kita tidak melahirkan anak juga, nantinya suatu saat kau bisa bebas bermain dengannya.”





Efa tampak tidak senang dan berkata: “Apakah memiliki anak hanya untuk main-main?”





Tetapi ide ini juga tidak buruk.





Andaikan saja kalau mereka berdua melahirkan anak yang begitu lucu seperti Riella kecil, nantinya setiap saat pasti akan ada yang bermain bersamanya. Dengan begitu ia tidak perlu lagi selalu datang meggoda Riella kecil.





“Efa, kau sudah pulang?”





Mendengar ada suara memanggilnya, Efa melihat keatas. Dilihatnya ayah dan ibunya yang sedang berjalan ke arah mereka.





Aku sudah pulang!





Hanya dengan mengucapkan tiga kata sederhana ini, membuatnya merasakan kehangatan.





“Ayah, Ibu…… ” Setelah melihat Ayah dan Ibu Tanjaya, tiba-tiba Efa tersentuh hingga mengeluarkan air mata, sungguh perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.





Dahulu setelah ia tahu bahwa kakeknya menggantikan posisi Kakek, ia mengira bahwa Keluarga Tanjaya akan menaruh dendam kepadanya.





Tetapi nyatanya tidak.





Dihati mereka, ia selamanya merupakan bagian dari Keluarga Tanjaya, anak perempuan yang paling disayangi oleh Ayah dan Ibu Tanjaya.





Seumur hidupnya ini, hal yang paling beruntung adalah disaat dimana ia bisa tumbuh dewasa di dalam keluarga yang bebas dan penuh dengan kasih sayang. Tak peduli timbul masalah sebesar apapun, selalu ada orang yang mendukungnya dari belakang.





“Anak bodoh, pulang rumah harusnya merasa senang, mengapa malah menangis?” Ibu Tanjaya datang, dengan lembut menghapus air mata Efa.





“Bibi tidak boleh menangis, kalau menangis nanti jadi jelek” Riella kecil juga mengikuti neneknya, membantu Bibi mengelap air matanya.





Melihat Riella kecil berlagak seperti orang dewasa, Efa pun tertawa.





Setelah melewati banyak masalah selama ini, ia masih termasuk salah satu anggota dari keluarga besar ini, sungguh beruntungnya!





????





Menjadi ibu tuan rumah baru di Keluarga Tanjaya, Ariella bisa dikatakan sangat menghargai pekerjaannya. Demi menyambut pulangnya Efa, pastinya ia tidak akan kehabisan ide.





Ia mengingat setiap kesukaan anggota Keluarga Tanjaya, dan sibuk bersama para pelayan di dapur.





Ibu Tanjaya suka makanan yang tawar, Ariella pun menyiapkan makana yang tawar untuknya.





Lauk yang paling disukai Efa adalah bakso, pun sudah disiapkannya sejak tadi.





Dan juga kesukaan Ayah Tanjaya, Darwin dan Carlson, semua juga sudah disiapkan oleh Ariella, tak ada seorang pun yang ketinggalan.





Sibuk sepanjang hari ini, ia dari pagi hingga siang masih belum beristirahat walaupun hanya sejenak.





Sebenarnya semua ini bisa diserahkan kepada Nurmala, menyuruh para pelayan yang mengurusnya. Tetapi mereka semua juga adalah keluarga Carlson, yang berarti adalah keluarganya juga. Jadi ia berharap mereka semua bisa merasa senang dan puas.





Tentu saja, kebaikan hati Ariella sangat bisa dirasakan oleh setiap orang dirumahnya.





Di meja makan, Ibu Tanjaya tertawa puas dan berkata: “Saya mendapat menantu seperti Ariella, sungguh sangat beruntung.”





Ariella tertawa malu dan berkata: “Bu, kau terlalu berlebihan. Saya hanya melakukan apa yang sudah seharusnya saya lakukan.”





Efa berkata: “Kakak ipar, kau jangan merendah lagi. Kakakku bisa menikah denganmu, ia tidak tahu harus memperjuangkan seberapa banyak hingga bisa mendapatkan keberuntungan ini.”





Carlson tidak sungkan dan menyambung pembicaraan: “Kalian seharusnya mengatakan, penglihatanku yang bagus lah maka aku bisa menikahi istri sebaik ini.”





Seketika Carlson selesai berbicara, orang-orang dimeja makan secara bersamaan melayangkan pandangan kepadanya, sungguh sangat terkejut.





Efa berkata: “Kak, ternyata kau juga bisa bercanda.”





Dahulu mereka menyebutnya “si kepala kayu”. Sebab di saat satu keluarga sedang berbincang, ia tidak pernah memotong pembicaraan. Kini, tak terbayang ia justru semakin banyak bicara.





Darwin melanjutkan: “Kau telah berubah banyak.”





“Darwin, kau juga telah dewasa dan bukan anak kecil lagi, sudah seharusnya kau menikah.” Ibu Tanjaya memandang Darwin sejenak, lalu melihat Efa, dan berkata: “Tidak peduli anak dari keluarga mana, asalkan kalian bersedia, kami pun tidak masalah.”





Ibu Tanjaya tidak secara terbuka berbicara, tetapi setiap orang dapat menangkap maksud Beliau, ini semua berkaitan dengan hubungan Darwin dan Efa.





Darwin memandang Efa dan berkata: “Kalian tunggu saja, beberapa hari kedepan aku pasti akan menghasilkan beberapa anak kecil untuk bermain dengan kalian.”





Efa menendang kaki Darwin dari bawah meja, lalu memberi sinyal memperingatkannya agar tidak sembarangan bicara.





Sebenarnya ini terdengar aneh, dulu saat ia mengejar Darwin, seluruh orang di dunia tahu bahwa ia sedang mengejarnya.





Sekarang semua hal yang seharusnya dilakukan oleh dua orang dewasa pun sudah mereka lakukan. Tetapi Efa malah merasa tidak canggung.





“Paman menyukai Bibi.” Riella kecil yang duduk disebelah Ariella tiba-tiba memandangnya dan memotong pembicaraan.





Tanpa ia sadar, ucapannya ternyata benar!





Orang-orang megatakan bahwa jiwa anak kecil lah yang paling sensitif. Mereka yang paling dapat mengerti isi hati orang.





Meskipun ia tidak mengerti arti dari Paman menyukai Bibi, tetapi yang ia tahu adalah, walaupun Paman memang terlihat galak namun sebenarnya ia sangat menyayangi Bibi.





Masalah antara Efa dan Darwin sejak awal memang sudah menjadi rahasia publik. Berkat Riella kecil yang membuka topik terlebih dahulu, semuanya pun akhirnya mengeluarkan pendapatnya masing-masing.





Ibu Tanjaya berkata: “Darwin, kalau kau memang menyayangi Efa, maka baik-baiklah kepadanya. Jika kalian ingin meneruskannya, maka kami juga setuju.”





Mendengar ini, Efa sangat malu sampai-sampai wajahnya memerah. Ia menjawab dengan berbisik: “Bu, di antara kami berdua tidak ada apa-apa.”





Darwin mengulurkan tangannya dan menaruhnya dibahu Efa: “Melewati malam bersama menurutmu masih tidak ada apa-apa. Apakah sampai harus telah memiliki anak baru ada sesuatu?”





Efa menatap Darwin dengan malu dan sedikit kesal: “Darwin, hati-hatilah kalau berbicara, jangan bicara sembarangan.”





Darwin: “Yang kukatakan itu fakta.”





Efa geram dan memakinya tanpa suara: “Brengsek!”





Kedua manusia ini lalu saling beradu mulut, hal itu membuat yang lainnya saling melihat satu sama lain sambil tertawa.





Tampaknya tidak lama lagi, keluarga ini akan merayakan sebuah kegembiraan besar.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK