Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 135 Menantu Jelek Bertemu Mertua





Setelah menghabiskan waktu seharian, Ariella akhirnya selesai mempersiapkan hadiah untuk kakek dan ibu Carlson.





Selanjutnya ia masih harus memikirkan barang yang hendak diberikan ke ayah Carlson dan Efa.





Rencananya Ariella akan menelepon Carlson tentang hadiah yang akan diberikan ke ayahnya, meminta masukan darinya.





Ariella lebih pusing lagi dengan hadiah untuk Efa, entah apa yang sebaiknya ia berikan.





Adik Carlson begitu dimanja oleh keluarganya, dari kecil hingga besar ia selalu dalam penjagaan orang. Apapun yang ia mau dikabulkan, pastilah ia tak kurang suatu apapun.





Setelah berpikir-pikir, ia masih belum menemukan jawabannya, sementara taksi yang ditumpangi Ariella telah sampai di luar kompleks perumahan. Karena pihak luar tidak diizinkan masuk ke dalam area kompleks, Ariella hanya bisa masuk dengan berjalan kaki.





Dari gerbang kompleks Northfork ke cluster Moonriver tempat mereka tinggal kira-kira membutuhkan waktu setengah jam berjalan kaki. Sedangkan langit sudah mulai senja, Ariella mempercepat langkahnya sambil menjinjing tas berisi hadiah itu.





Carlson tidak di rumah, Ariella sama sekali tidak ingin tinggal di tempat yang sangat asing baginya seperti ini, asing hingga ia sendiri tidak dapat beradaptasi dengan tempat ini.





Para pelayan itu memanggilnya dengan sopan, “Nyonya”, ketika orang asing itu menyapanya, ia hanya dapat menunjukkan sikap yang sopan dan sungkan namun terasa jauh.





Carlson…





Dia kembali memikirkannya, di telepon tadi siang katanya baru akan pulang besok.





Hanya kurang 1 hari lagi untuk dapat bertemu dengannya, tapi Ariella merasa hari ini dilalui dengan susah. Ia sangat berharap ketika sampai di rumah dapat menemukan Carlson sedang menanti dirinya.





Tapi ia tahu, Carlson tidak mungkin pulang secepat itu.





Kalaupun Carlson belum bisa pulang, ia juga tak bisa menyalahkannya. Siapa suruh dia menjatuhkan ponselnya di rumah Puspita dua hari lalu, sehingga Carlson harus terbang kembali ke sini karena tak bisa menghubunginya dan memperpanjang waktu dua hari lagi di luar.





Sebentar lagi tahun baru, keluarga Carlson juga akan segera datang. Hari pertemuan mereka semakin dekat, hati Ariella semakin tak menentu.





Mungkin ia harus menunggu kepulangan Carlson. Asalkan ada dia di sisinya, Ariella pasti tidak akan cemas seperti sekarang ini.





Perjalanan yang biasanya membutuhkan waktu setengah jam untuk berjalan kaki, hari ini karena Ariella berjalan lebih cepat, ia hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Setelah berjalan kaki selama itu, badannya pun terasa lebih panas.





Satpam membukakan pintu untuknya sabil menyapanya dengan sopan, “Nyonya, selama malam!”





Ariella hanya mengangguk sambil tersenyum.





Melihat luasnya Moonriver ini, mau tak mau Ariella kembali memikirkan latar belakang keluarga Carlson, memikirkan kondisi pemasukannya.





Dia tak dapat mengungkapkan besarnya area ini, tapi dari tempat satpam sampai ke rumahnya juga perlu waktu beberapa menit.





Sepanjang jalan ia melihat beranda di rumah-rumah dan pepohonan serta bunga-bunganya, benar-benar sebuah area yang santai dan menenangkan.





Belum lagi rumah yang mereka tempati, bangunan utamanya adalah bangunan bergaya Pasirbumi yang terdiri atas 4 lantai, di sekelilingnya dilengkapi dengan beragam fasilitas seperti gym, kolam renang, dan lapangan hijau yang luas di bagian belakang untuk bermain golf…





Intinya, Ariella bahkan belum pernah terbayangkan kemewahan seperti ini.





Sebelumnya, dia merasa perumahan tempatnya tinggal sudah termasuk kelas atas, namun kalau dibandingkan dengan Northfork Estate, seketika itu pula terlihat perbedaannya.





Mungkin kalau disimpulkan dengan satu kalimat, rumah keluarga Carlson ini barulah apa yang disebut dengan rumah mewah.





Meskipun keluarga Carlson telah hidup di Amerika cukup lama, tapi mereka sangat memperhatikan budaya tradisional negerinya sendiri. Setiap tahun baru mereka selalu kembali untuk merayakannya dan berkumpul dengan teman lama, di samping mengunjungi kerabat dan sahabat karib.





Ariella tahu, Carlson berencana menggunakan kesempatan berkumpul di tahun baru ini untuk memperkenalkan Ariella secara resmi kepada keluarganya.





Dan karena hal ini jugalah Ariella tidak dapat makan dan tidur dengan baik, hatinya seperti ditimpa oleh sebongkah batu, sesak rasanya.





Begitu memikirkan hal ini, Ariella kembali menggenggam erat tas di tangannya itu tanpa sadar. Ia hanya berharap kesungguhan hatinya dapat sampai pada keluarga Carlson.





Hari ini seluruh lampu rumah menyala, dari jauh terlihat indah, seperti istana Jade Lake di Mount Kunlun.





“Pasirbumi adalah kampung halamanku, sejak kecil aku telah hidup di sini, udara di sini pun tidak buruk, kemana saja aku pergi tidak akan ada masalah, kau kembalilah ke tempatmu.”





“Udara sangat dingin, badanmu juga sedang tidak sehat. Lebih baik kau pulang dan beristirahat, besok ketika matahari sudah bersinar lagi barulah jalan-jalan.”





“Kak Hao…”





Tepat saat Ariella hendak masuk kamar, tiba-tiba ia mendengar suara lelaki dan perempuan sedang bercakap-cakap, langkahnya pun terhenti, tanpa terasa ia berjalan mengarah ke sumber suara.





Terlihat sepasang pria dan wanita tengah berjalan sambil saling merangkul, keduanya kira-kira berusia sekitar 40 tahun.





Yang wanita cantik, yang pria gagah. Usia membuat mereka menjadi seperti sebuah barang seni, ada wibawa yang elegan ketika mereka tersenyum, hanya dengan melihatnya saja bisa membuat hati gembira.





Ariella melihat mereka dalam diam, pandangan matanya sama sekali tak bergerak. Karena dari diri mereka ia dapat melihat bayangan Carlson di sana.





Ariella yakin mereka adalah ayah dan ibu Carlson.





Tapi, ayah Carlson 57 tahun, sedangkan ibunya 50 tahun. Sementara usia mereka terlihat tidak sampai 40 tahun, usia benar-benar sangat memperhatikan mereka.





Ariella terlihat, pikirannya juga terlihat, bahkan ketika ibu Carlson menyadari kehadirannya, arah pandangnya masih berada pada diri ibu Carlson.





“Kak Hao, kau kembali dulu saja ke kamar, aku akan meminta dia menemaniku berjalan-jalan.” Suara Ibu Carlson yang lembuh memecah focus Ariella.





Pandangan mereka terjatuh pada Ariella, tatapan yang mengawasi.





Ariella terlihat oleh mereka, jantungnya berdegup tak karuan, saking kuatnya sampai rasanya mau melompat keluar dari tenggorokannya.





Mereka adalah orang tua Carlson, seharusnya ia memanggil mereka ‘ayah, ibu’, tapi saat ini tidak ada orang yang memperkenalkan mereka, ia takut dianggap lancing jika langsung memanggil mereka ‘ayah, ibu’, dan membuat mereka terkejut.





Ketika Ariella sedang ragu, ayah Carlson menatap Ariella dan berkata, “Temani istriku dengan baik. Segera beritahu aku jika terjadi sesuatu.”





Ibu Carlson tertawa padanya, “Kau ini. Selalu saja menjagaku dengan ketat, apa yang mungkin terjadi di dalam rumah?”





“Kalau begitu kau lanjutkanlah jalan-jalannya, dan bilang kalau sudah lelah.” Ayah Carlson menceramahinya sebelum meninggalkannya.





Setelah mengantar ayah Carlson kembali ke kamar dengan tatapannya, barulah tatapan ibu Carlson beralih padaku, “Nak, temani aku jalan-jalan ya.”





“Baik…” Ariella masih ingin berkata sesuatu lagi, tapi mulutnya gugup dan tak bisa berkata-kata.





Seperti merasakan kegugupannya, ibu Carlson tertawa, “Kau pasti orang baru ya.”





Orang baru?





Ariella terhenyak, dan dengan segera mengerti, sepertinya ibu Carlson mengira ia adalah pelayan wanita baru di rumah ini.





Tanpa sadar ia melihat ke baju yang dipakainya, bajunya memang bukan merk terkenal, tapi juga tidak lusuh, bagaimana bisa orang mengiranya pelayan baru?

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK