Stephan jelas-jelas tau mengapa Lourdes membiarkan Nina pergi, tapi dia tak ingin percaya Lourdes tau apa yang dilakukan Nina, ia terus bertanya, “Ke..kenapa harus membiarkan Nina pergi?”
Lourdes membuka mata, ia melihat Stephan dari kaca, dengan dingin ia berkata, “Masa kamu masih tidak tau mengapa?”
“Tu..tuan, perintah tiba-tiba seperti ini juga aku baru mendengarnya. Aku sekejap tidak mengerti apa yang terjadi. Kamu ingin menyuruh Nina pergi?” Stephan terkaget hingga tangannya bergetar, giginya bergetar, ia tak ingin ketahuan seperti mengetahui informasi.
Karena dihati Stephan tau, asalakan dia tak langsung mengaku, maka Lourdes tidak akan pernah menemukan bukti bahwa ada hubungannya dengan Nina dan Vanessa kabur.
Asalakan tak ada bukti yang nyata, maka tuan mereka pasti akan teringat bahwa Nina adalah orang yang selalu berada di sampingnya bertahun-tahun, tak akan perhitungan dengannya.
“Jebakan di balik gunung siapa yang buat? Kami baru saja melihat Vanessa bisa kabur dari ruang baca ku tembus ke pintu belakang, di atas gunung dalam sebulan ini dia terus berada di dalam kamar, bagaimana dia tau bahwa di dalam ruang abcaku ada pintu kecil mengarah ke belakang gunung?” Lourdes mengatakan perkata secara detil.
Tepat kejadian hari itu, Lourdes merasakan masalah tersebut sangat berhubungan satu sama lain, tapi karena dia terlalu khawatir dengan keamanan Vanessa maka tidak ada waktu untuk berfikir mengapa Vanessa ingin kabur.
Saat itu, Lourdes tau bahwa nyawa Vanessa tak ada halangan, ia melihat di badannya banyak lupa, maka hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah menghilangkan beban yaitu bawahannya.
Seorang bawahan, apapun yang dilakukan, asal itu mengkhianati perintah tuan, maka orang tersebut tak akan di biarkan tinggal.
“Tuan, jangn-jangan ini adalah perbuatan dari Nona Vanessa??. Waktu itu dia bukannya ingin menuangkan obat ke piringmu, orang lain tak menyadari dia.” Asala Lourdes tidak menemukan, tidak menjelaskan secara jelas dan detil, Stephan selamanya tak akan mengaku.
“Kamu di sampingku selama beberapa tahun ini, aku juga baru tau mulutmu ternyata begitu. Aku akan membiarkan mu tinggal, aku tidak menyuruhmu pergi kok.” Lourdes paling benci orang jahat dengan tindakan demikian.
“Tuan?? aku??..” Stephan bergetar lagi, ia di komen demikian bukanlah hal kecil, tapi ia juga tak mungkin mengaku lah!
Hal ini berhubungan dengan tinggal atau tidaknya Nina, tentu adalah masalah besar, dia tak mungkin karena ancaman begitu lalu mundur.
“Tak perlu penjelasan lagi, setelah pulang ini kamu suruh dia pergi, aku tak ingin melihatnya lagi.” Pada akhirnya Lourdes tak ingin membiarkan Vanessa dikelilingi ancaman.
Nina wanita seperti ini sangat berbahaya, tindakan dari awal terhadap Vanessa, membuatnya memutuskan untuk menyuruhnya pergi. Karena Stephan yang memohon, makanya ia masih menyuruhnya tinggal.
Dia sebenarnya ingin merubah karakter Nina, tak menyangka ketika ia sudah mempersiapkan caranya, Nina perempuan ini malah merencanakan untuk mencelakakan nyawa Vanessa, kalau bukan Vanessa tahan banting tak mati, sudah bisa diperkirakan dari awal masuk ke jebakan tersbeut.
Ia terus ingin melukai Vanessa, Lourdes sudah memutuskan, ia tak mungkin membiarkan bahaya tersebut terus ada.
“Tuan, Nina dari kecil hidup bersama dengan keluarga Handaja, ia bersamamu bertahun-tahun, ia jujur dan setia bersamamu. Ketika umurnya muda, banyak hal yang dia lakukan tak memikirkan hasil akhirnya, tolong anda jangan perhitungan dengannya.” Tau tuan mereka sebenarnya tidak terlalu jelas dan mengerti masalah tersebut, juga tau tuannya sangat marah, Stephan mengganti haluan, dia mencoba menyentuh perasaannya, membuatnya sekali lagi melepaskan Nina.
“Umurnya masih kecil? Jadi ketika dia mencelakakan Vanessa, pernah berfikir Vanessa yang lebih muda dari dia?” Sebuah alasan, sekali itu Lourdes bisa menerimanya, apabila sering digunakan sebgaai alasan maka dia bisa menerima, maka otaknya sudah bego.
Nina tahun ini sudha 26 tahun, Vanessa tahun ini belum mencapai 23 tahun, Nina bisa melukai anak lebih muda darinya, masih bilang dia tidak dewasa?
“Tuan, Nina melakukan demikian tentu bukan keinginan dia pribadi, dia demi kebaikanmu kan. Dia takut kamu akan di pengaruhi oleh wanita busuk itu, takut kejadian setahun kemarin mengenai nyawa belasan keluarga tersebut terulang kembali.” Sekali tindakan, ia langsung memikirkan tindakan lainnya, tindakan ini juga akan menutup kesempatan Lourdes untuk tau mengenai pembunuhan itu.
Karena kalian sudah tau semua, belasan nyawa keluarga Handaja yang dibakar hingga mati, maka tentu saja akan tercatat dan tersimpan selamanya tak mungkin hilang.
Asal ada yang mengingatkan dia tentang kejadian itu, maka dia akan memikirkan pembalasan dendam, maka dia akan menghancurkan wanita Vanessa itu.
“Ntar balik, kamu juga bereskan koper ikut denganku.” Lourdes menutup mata, ia berkata demikian dengan nada yang lebih datar, “Tidak perlu banyak alasan, kalau tidak saat ini juga kamu turun dari mobil.”
“Tuan, demi Vanessa wanita busuk itu, kamu benar-benar tidak ingin kami orang yang sudah bertahun-tahun bersamamu ini kah?” Stephan mengatakan demikian, ia memberhentikan mobil ke pinggir, dia kesal hingga menepuk-nepuk dadanya.
“Dia adalah wanitaku, sejak kapan kamu bilang dia busuk?” Lourdes berkata demikian dengan nada dingin, seperti salju dinginnya menusuk hingga ke tulang.
“Tuan, perempuan itu sudah membunuh belasan anggota keluargamu, ini adalah kenyataan yang cukup jelas, bagaimana aku tak memarahi dia?” Stephan kesal hingga matanya merah, dengan marah dan kesal ia meneruskan, “Aku tak hanya ingin memarahi dia, aku juga benci dia hingga ingin membunuhnya. Hanya dengan membunuh wanita itu, baru bisa membalaskan dendam belasan anggota keluarga anda dan anda bisa kembali seperti semula.”
“Membunuhnya pun bisa menggantikan belasan nyawa yang sudah hilang?” Lourdes tertawa, tawanya hingga suara tersebut bergema di dalam mobil, “Kalau kamu benar-benar ingin membalaskan dendam belasan orang tersebut, maka kamu tak akan mencari bukti ke aku.”
Waktu itu, Lourdes sekali melihat bukti tersebut, pelakunya adalah Vanessa, otaknya mau berfikir pun susah, ia seperti bodoh sekali dan menganggap bahwa Vanessa lah orang yang bersamanya menggunakan dia, ia memastikan bahwa Vanessa yang menaruh obat dan membuat mati belasan orang.
Sampai saat ini,ada waktu untuk berfikirdengan tennag, tak perlu emnghabiskan banyak waktu untuk mengecek bukti yang aneh dan kebenarnanya.
Sebuah bukti yang janggal, Stephan tak mungkin tak terlihat, tapi dia memilih untuk diam saja, Stephan juga akan membiarkan Vanessa ikut dalam rencananya.