“Karena dia adalah Abang Hansel aku!” jawaban Oriella sangat simple, tidak memerlukan alasan lain.
Karena dia adalah Abang Hansel nya, berarti di hatinya, Hansel adalah sosok yang sangat sempurna, yang paling baik, tidak ada yang dapat menggantikannya.
Ketika ia masih kecil, ia tidak tahu bahwa Abang Hansel demi melindunginya, seorang diri melawan banyak orang hingga hampir kehilangan nyawanya sendiri.
Selama ini, ia selalu berpikir bahwa Abang Hansel pernah berjanji akan menjaganya dengan baik, tetapi malah diam-diam kabur ketika ia sedang tertidur, dan ketika dia bangun, Abang Hansel sudah tidak ada.
Ia selalu merasa bahwa Abang Hansel sudah meninggalkannya begitu saja, tidak menginginkannya lagi, sampai akhirnya dua tahun lalu, ibu menceritakan tentang Abang Hansel yang mati-matian berusaha untuk melindunginya. Ia baru tahu bahwa selama ini Abang Hansel melakukan banyak hal demi dirinya, hanya saja dirinya saja tidak tahu.
Didalam ingatannya yang tidak jelas, ia selalu menyalahkan Abang Hansel karena telah pergi meninggalkan dia.
Ternyata tidak, sama sekali tidak……Abang Hansel tidak pernah meninggalkannya, sama sekali tidak pernah, maka ketika kedatangannya ke negara A hampir tertangkap oleh Sebastian, Abang Hansel muncul tepat waktu.
“Hanya karena dia adalah Abang Hansel kamu?” Sebastian tersenyum tipis dan berkata, “Riella, jaga baik-baik Abang Hansel kamu. Kali ini tidak peduli bagaimanapun kamu jangan sampai lepasin dia lagi, kalau tidak, sekalinya dia pergi, kamu ngga akan mungkin dapat mencarinya kembali.
“Sebastian, apa maksud perkataanmu?” Mendengar nada bicara Sebastian, Oriella tiba-tiba teringat oleh fotonya yang dibakar oleh Sebastian, ia panik, “Sebastian, aku peringati kamu ya, kalau kamu berani macam-macam dengan Abang Hansel, aku ngga akan membiarkan kamu begitu saja.”
“Coba kasih tahu aku apa yang akan kamu lakukan padaku?” Dia masih tertawa, nada suara yang pelan, seperti dibalik kata-katanya ada banyak makna yang terselubung.”
“Kalau kamu berani macam-macam dengan Abang Hansel aku, aku akan membunuhmu.” Oriella menggerutukan gigi dan dengan kasar berbicara.
Saat itu, Sebastian membakar foto satu-satunya peninggalan Abang Hansel, ia bahkan ada perasaan tak yang dapat dikontrol ingin menghabiskannya, kalau saja dia sampai berani menyakiti Abang Hanselnya, dia pasti akan membunuhnya dengan kedua tangannya sendiri.
Dia pasti, dia pasti akan membunuhnya dengan kedua tangannya sendiri.
Dia pasti akan melakukannya.
“Membunuhku?” Sebastian mengulang kembali perkataan Oriella, sambil berpikir persentase kemungkinan perkataan ini akan beneran terjadi.
“Jadi lebih baik kamu jangan sampai mengganggunya, atau kata-kata ku tadi tak hanya sebatas omongan saja.” Ketika berbicara kalimat ini, terlihat senyuman tajam dari bibir Oriella.
Demi Abang Hansel, dia bisa tidak menjaga keselamatannya sendiri dan pergi ke lokasi bencana untuk menolong orang.
Demi Abang Hansel, dia juga bisa melepaskan api begitu saja untuk membunuh orang.
“Miguel adalah penguasa sebuah negara, yang dimana dia memiliki tentara miiter tertinggi, aku berani apain dia?” Sebastian tertawa pahit, “Riella, melihat kamu adalah adik aku, aku ingin ingatin kamu sekali lagi, jangan memikirkan bahwa Abang Hansel sangat polos, dia jauh lebih hebat dari yang kamu bayangkan.”
Ada beberapa hal, kebenaran seringkali tidak terduga; Ada beberapa orang, jauh dari apa yang kamu pikirkan, tidak seindah bayanganmu.
Selesai berbicara, Sebastian menutup telepon, dia tidak ingin mendengar Oriella terus membicarakan soal laki-laki itu, mendengar, hanya akan membuatnya sakit hati, kecewa, bahkan muncul ide yang sebelumnya tidak pernah ia pikirkan.
Ide pemikiran itu sangat menyeramkan, sangking menyeramkannya ia sampai ketakutan sendiri……
“Riella!” Ia bergumam nama dia, berdiri dijendela tertinggi, melihat jauh kearah depan, posisi itu tepat mengarah ke posisi rumah Keluarga Lin, yang juga posisi lokasi Oriella sedang berada, “Kapan kamu akan menghentikan langkah dan berbalik untuk melihat-lihat?”
Menyuruhnya untuk menghentikan langkah dan meihat kebelakang!
Pemikiran ini, membuat Sebastian tertawa, menertawai dirinya sendiri yang entah sejak kapan berubah menjadi konyol seperti ini.
Dia tahu sangat jelas, seumur hidup ini, dimata Oriella hanya akan ada Abang Hansel nya saja.
Dia tahu sangat jelas, seumur hidup ini, Oriella tidak akan inisiatif untuk melepaskan Abang Hansel nya begitu saja.
Jadi dia tidak akan membalikkan kepalanya, tidak akan pernah melihat orang yang selalu berada dibelakangnya, tidak akan pernah melihat sosok seseorang yang selalu berada disampingnya dan rela berkorban demi dirinya.
Sejak kapan hal ini mulai terjadi?
Dia baik pada Oriella, ingin memanjakannya, bukanlah lagi sebatas seorang kakak yang baik pada adiknya, tetapi seorang pria yang baik pada seorang wanita.
Mungkin ketika ia melihatnya tumbuh dewasa, sehari demi sehari semakin cantik, sehari demi sehari semakin menarik, jadi tanpa disadari pemikiran ini tumbuh dalam benaknya.
Bulan September, adalah bulan yang cuaca nya sangat baik, tetapi bagi Sebastian cuaca saat ini sangat buruk.
Sangking buruknya ia bahkan sulit untuk bernafas.
Mampus!
Kenapa dia harus begitu menyiksa dirinya?
Dia tidak perlu begitu bersabar, dia bisa melepaskannya dan melakukan lebih banyak hal lagi……
Tok Tok —-
Ketukan pintu menghamburkan pikiran Sebastian, dia menutup mata sekejap, mengontrol moodnya lalu berkata: “Silahkan masuk!”
“Tuan, orang yang ingin Anda cek, Saya sudah mengeceknya.” Tamara mendorong pintu untuk masuk, menyerahkan berkas dengan kedua tangannya kepada Sebastian, “Anda lihat terlebih dahulu apakah masih ada yang kurang lengkap?”
“Sekretaris Tamara, ketika kita sedang berdua, Anda tidak perlu terlalu kaku.” Sebastian juga menggunakan kedua tangannya untuk mengambil berkas dan kembali berkata. “Dulu kalau bukan karena Anda kasihan sama aku dan membawaku ke keluarga Tanjaya, aku tidak akan mungkin menjadi bagian keluarga dari keluarga Tanjaya, dan lebih tidak mungkin bisa menjadi atasanmu.”
“Tuan, itu karena takdirmu, tidak ada hubungannya sama sekali dengan saya.” Walaupun Tuan sudah berbicara seperti itu, tetapi sebagai seorang bawahan yang pintar dan pengertian, jangan sampai terus mengikuti pohon terus memanjat sampai keatas, kalau tidak konsekuensinya akan sangat menyedihkan.
“Kalau ini memang takdirku, berarti Anda lah yang telah mengubah takdirku.” Sebastian tidak membicarakan pekerjaan, malah membicarkan masalah beberapa tahun yang lalu.
“Tuan, Anda terlalu memuji saya. Masalah yang lalu, itu karena Anda memanfaatkan kesempatan dengan baik, dan juga karena Direktur Carlson menyukai Anda, tidak ada hubungannya sama sekali dengan saya.” Tuan tiba-tiba berbicara hal ini, Tamara sama sekali tidak tahu apa yang ingin dilakukannya, ia bahkan merasa tidak enak hingga terus mengelap keringatnya.
Sebastian kembali berkata, “Tamara, awalnya Anda adalah asisten dari ayah aku, dua tahun terakhir ini Anda dikirimkan ke sisiku untuk membantuku, benar-benar sudah merepotkanmu.
Tamara yang mendengarnya pun semakin tidak enak hati dan dengan segera berkata: “Dapat dikirimkan bekerja dari Direktur Carlson ke samping Tuan Sebastian adalah sebuah kehormatan bagi saya.”
“Tamara, dua hari ini sudah merepotkan Anda. Pergilah beristirahat dua hari ini, beberapa hari ke depan aku masih ada suatu hal yang perlu minta tolong Anda.” Sebastian berbicara dengan sopan, tetapi ekspresi wajahnya dapat terlihat jelas bahwa ada makna lain yang tak bisa disampaikan.”
Tamara salah tingkah, “Tuan, saya tidak merasa direpotkan, saya……”
Sebastian mengerutkan kepalanya, memutuskan perkataan Tamara: “Tamara, Anda memanggil saya Tuan, kalau begitu perkataan saya, Anda tidak bersedia mendengarnya?”
Tamara hanya merasa punggung merasa dingin, tidak berani berkata-kata lebih banyak lagi dan segera pergi.
Setelah Sebastian lulus kuliah, ia mengambil alih beberapa kerjaan Group Aces, saat bekerja sikap dia ke bawahan selalu sopan, reputasi namanya di Group Aces sangat baik.
Dia seseorang yang pandai, sangat pandai, ia tahu ayahnya mengirimkan Tamara ke sisi nya untuk membantu pekerjaannya, tetapi tak hanya itu, mungkin ia juga meminta Tamara untuk memata-mata dirinya.
Karena bagaimanapun dia adalah orang luar, Group Aces milik keluarga Tanjaya, bisnis yang begitu besar sudah pasti akan diwariskan kepada orang yang memiliki keturunan darah keluarga Tanjaya.
Oriella adalah anak emas ayah, kalau saja ia bersedia kembali, tidak peduli kembali ke Newyork atau Kota Pasirbumi, kembali bekerja di Group Aces……cepat atau lambat Group Aces akan menjadi miliknya semua.