Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 240 Keras Kepala Sekali Saja





Riella keluar dari gedungnya.





Bertepatan dengan kalender cina tanggal 15, bulannya yang sangat bulat dan terang menerangi seluruh dunia ini, seperti yang tertutup di bawah satu lapisan juga sangat jelas dan terang.





Carlson berdiri di bawah cahaya bulan, satu tangannya berada di kantong celana, dengan tegap berdiri. Pandangan matanya melihat ke tempat yang jauh, dan tidak segera melihat ke arah Riella— sehingga, Riella mempunyai kesempatan untuk mengaguminya.





Riella yang beberapa tahun belakangan ini berada di lingkaran fashion, sudah pernah melihat beragam model yang indah….tetapi malah satupun tidak bisa mengalahkan aura yang ada di tubuh Carlson, bangga dan tertutup, anggun dan polos.





Walaupun tidak bersedia, tetapi Riella harus mengakui lelaki ini adalah lelaki paling sempurna yang pernah dijumpainya selama hidup ini.





Setelah berpikir begini, dia ada sedikit cemburu terhadap istrinya yang telah meninggal itu.





Riella sedang melamun, disaat Carlson berbalik dan melihatnya.





Lelaki yang berada di bawah cahaya bulan, di saat itu, dia pun tersenyum, seperti es yang membeku ikut meleleh, menghangatkan satu dunia ini.





Dia berkata lembut:”Kamu sudah datang.”





Hati Riella yang berdetak kencang, di dalam pikirannya seperti sedang mengaum, sebelumnya wajahnya yang memerah dan sudah mereda kembali lagi bermunculan di wajahnya.





Riella dengan cepat mengedipkan matanya, memalingkan kepalanya, berharap sinar malam bisa menutupinya dan menyembunyikannya dari Carlson.





Tetapi, bulan malam ini sangat terang, cahayanya seperti tidak bisa menyembunyikan rahasianya.





Carlson yang menahan senyumannya, juga berjalan ke samping Riella.





Cahaya malam ini sangat indah, membuatnya bisa melihat jelas bulu mata Riella yang bergetar sedikit, pipinya yang memerah, dan cahaya yang bermunculan di mata Riella—-cahaya seperti ini, adalah cahaya yang bermunculan saat Riella sedang malu, seperti tahun sebelumnya.





Sejenak waktu juga sudah lewat, seperti kembali ke tahun sebelumnya.





Dia bersamanya, di tengah kerumunan orang mereka bertemu, berkenal, saling mencintai, bergantung dengan satu sama lain, hidup bersama seumur hidup.





Carlson tidak bisa menahan dan memegang tangan Riella.





Begitu lembutnya, begitu……dinginnya. Betapa berharap bisa memegangnya terus, selamanya.





Tangannya—tiba-tiba dipegang Carlson, Riella berbalik dan berusaha untuk menariknya keluar, tetapi Carlson tidak mengizinkannya untuk menariknya keluar.





Riella sedikit kesal, dan memelototi Carlson. Tetapi malah berpas-pasan dengan tatapan Carlson yang begitu lembut dan tegas.





Tatapan seperti ini, mempunyai efek menipu, membuat orang tenggelam dalamnya, dan tidak bisa keluar lagi.





Riella sejenak tidak jelas, lelaki ini sebenarnya sedang melihat istrinya yang telah meninggal itu, atau sedang melihat…dirinya sendiri.





Dia sepertinya terlalu kelewatan bukan? Dia kenapa harus memeberi tahunya tentang masalah istrinya? Dia yang sekarang, hatinya berdetak kencang, betapa inginnya memegang tangan hangat lelaki itu, dan tidak melepasnya lagi.





Tetapi…..yang disukainya adalah Riella yang istrinya itu? Bukan dirinya.





Tetapi sekarang, tangannya sendiri, berada di dalam genggamannya, sangat hangat, menghangatkan hatinya yang dingin ini, Riella tidak bisa menahan dirinya dan menunduk melihati tangan mereka.





Sebelumnya tidak pernah dipegang seperti ini oleh orang lain, perasaan seperti ini sangat aneh, tetapi perasaan ini juga sangat akrab, seperti pernah dipegangnya di waktu dulu.





Atau, dulunya dia juga seperti ini memegang tangan istrinya.





Riella tidak ingin berpikir banyak lagi, walaupun Carlson hanya menganggapnya sebagai pengganti istrinya yang telah meninggal itu, dia juga mengakuinya.





Bagaimanapun, di saat ini yang menemaninya adalah dia, dialah yang dipegang tangannya. Walaupun langit sudah mulai terang, semuanya akan kembali ke tempat semula.





Dia juga merelakan dirinya tenggelam dalam pandangannya selama sehari.





Carlson menggandengnya, Riella membiarkannya, mereka berdua juga tidak mengucapkan apapun.





Dia juga tidak bertanya kepadanya akan membawanya kemana, hanya tahu mengikutinya saja.





Betapa indahnya, malam yang sudah larut, sekitaran juga sangat tenang, dunia ini serasa milik berdua, angin berhembus dikit, dan cahaya bulan yang menemani mereka.





Berjalan keluar dari perumahannya, Carlson berhenti, menundukkan kepala menghadapnya:”Adakah tempat yang ingin kamu datangi?”





Riella menggelengkan kepala:”Aku tidak terlalu tahu daerah kota Pasirbumi.”





“Kalau begitu ikuti saya saja.” dia membawanya sampai sebelah mobilnya, satu mobil sedan merek Bentley yang harganya miliaran juta rupiah.





Dia membuka pintu mobil depan membiarkannya masuk, Riella memasuki mobilnya, mengulurkan tangannya memakai seat belt, tetapi ditahan oleh tangan Carlson.





Dia berkata:”Biarkan aku yang memasangnya.”





Dia membungkuk dan membantunya memasang seat belt, sewaktu berdiri, mukanya bersentuhan dengan bibirnya yang kemerahan.





Seperti mengalami kontak, Riella hanya merasakan bibirnya seperti terbakar, hatinya yang berdetak kencang seperti akan loncat keluar dari tenggorokannya.





Tetapi wajah Carlson tidak berubah.





Carlson melihatnya, tersenyum kepadanya, dan setelah itu, mendekatinya, seperti akan menciumnya, tetapi sesaat sebelum bersentuhan, dia berhenti.





Wangi rokok di tubuhnya juga tercium ke hidungnya, ujung hidung bersentuhan dengan ujung hidungnya, sangat gatal.





Riella melihat di dalam matanya ada kegugupan seperti apa yang dirasakannya, perasaan seperti tidak bisa bernafas lagi.





Tetapi……Carlson tidak mendekat lagi, jarak diantara mereka, terakhir berhenti di jarak yang sangat dekat.





Riella sejenak melihat keraguan yang berada di mata Carlson, dan seperti yang diprediksinya, sesaat setelah bayangan keraguan itu melewatinya, Carlson juga mundur.





Tidak tahu mengapa, hatinya merasakan kekecewaan yang datang terus-menerus.





Mungkin, dia tiba-tiba menyadari dia bukanlah istrinya yang telah meninggal itu.





Bibirnya yang masih panas, tetapi hatinya ada sedikit dingin.





Dia tidak akan tahu, keraguan Carlson, hanya takut akan menimbulkan konflik dengannya. Atau karena dia memikirkannya, walaupun dia harus dengan susah menahannya, dia tetap tidak ingin melanggar keinginan Riella.





Carlson yang sudah duduk di tempat pengemudi, mengulurkan tangan menangkapnya lagi, menekan-nekan tangan yang berada di genggamannya:”pergilah ke suatu tempat denganku.”





Riella menganggukan kepala.





Walaupun masih ada perasaan kecewa, tetapi dia tidak ingin mengakhiri malam ini dengan cepat.





Carlson berkata:”Kamu berbaring dan tidur sejenak dulu, kalau sudah sampai aku akan memanggilmu.”





Riella berkata:”Masih ada 2-3 jam langit sudah mulai terang, jangan pergi terlalu jauh, paginya masih mau ke kerja di kantor.”





Carlson tidak menjawab, mengeluarkan teleponnya dan mematikannya, dan melemparkan teleponnya ke bagian belakang:”Apakah bersedia menemaniku bolos kerja 1 hari?”





Dari dia mulai mengurus Grup Aces, dia tidak pernah secara formal memberikan waktu luang untuk sendiri dan berlibur, hari ini biarkanlah dia tidak patuh akan aturan, demi Riella berbuat sesuatu yang tidak patuh akan aturan.





Riella melihatnya dan di dalam matanya, dia bisa melihat pandangannya yang penuh kelembutan, kecuali kelembutan hanyalah kelembutan.





Dia seorang CEO di Grup Aces bersedia menemaninya berbuat begitu, dan mengapa dia yang hanyalah seorang designer tidak bernama, tidak bersedia untuk menemaninya.





Riella mengeluarkan teleponnya dan mematikannya, belajar mengikutinya, sangat santai, dan melemparkan teleponnya ke belakang:”Tuan , telepon sudah kulempar ke belakang, ayo jalanlah.”





2-3 tahun ini, dia selalu mengikuti peraturan yang diterapkan oleh Ayahnya, setelah menahan begitu lama, dia akan berbuat sesuatu hanya sekali yang melawan aturannya.





Carlson menghidupkan mobilnya, berjalan berputar, dengan cepat memasuki daerah utama kota.





Riella saat malam tidurnya sangat larut, belum tidur lama dia juga sudah mulai mimpi buruk, semalaman hampir tidak beristirahat, mobil berlaju hanya sebentar, dia juga sudah mulai tidur.





Tetapi itu pun aneh, sebelumnya setiap dia tidur pasti selalu mimpi buruk, tapi yang kali ini dia tidur dengan sangat nyenyak.





Hampir 2 jam perjalanannya, Carlson juga telah sampai di resort paling ternama se-Pasirbumi—-Blue Sea Villa milik Grup Aces.





Tempat ini memiliki banyak kenangan indah milik mereka berdua!

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK