Mengingat kejadian beberapa saat ini, dan kata-kata yang dikatakan Carlson di masa lalu, Ariella semakin merasa bahwa mungkin saja Carlson tidak menyukai wanita. Sepanjang malam dan dua hari berikutnya, Ariella begitu tidak ada kerjaan pasti akan memikirkan masalah ini, memikirkannya sampai begitu serius sampai ponselnya berdering dalam waktu yang lama pun dia tidak sadar.
Lindsey datang menghampirinya mengetuk mejanya: “Ariella, ponselmu sudah berdering beberapa kali, kengapa kamu tidak mengangkatnya?”
Ariella bereaksi, meraih ponselnya dan melihat tiga panggilan tidak terjawab, semuanya panggilan dari Carlson.
Dia menggigit bibirnya dan menelpon balik, Carlson menjawab telepon tetapi tidak berbicara, Sepertinya dia menunggu Ariella yang bicara duluan.
Ariella menggaruk kepalanya dan dengan hati-hati berkata, “Aku tadi sedang sibuk, tidak mendengar telepon berdering, kenapa kamu mencariku?”
Setelah telepon itu hening dalam waktu yang lama, suara rendah dan seksi Carlson perlahan terdengar: “aku baru saja memiliki waktu luang untuk menelepon istriku.”
Ariella diam-diam tersenyum: “Ya, aku sudah tahu.”
Sebenarnya sekarang Carlson sudah kembali dari perjalanan bisnis, awalnya ingin mengatakan kepadanya bahwa dia sudah kembali. Tiba-tiba dia ingin melihat seperti apa raut wajah Ariella saat dia muncul tiba-tiba, jadi dia tidak memberitahunya.
Daiva mengetuk pintu: “Direktur Carlson, gedung pusat Group Aces di Kota Pasirbumi akan selesai bulan depan. Ini juga akan menjadi pusat baru di Kota Pasirbumi bahkan di Asia. Berita tentang anda berada di Kota Pasirbumi juga telah beredar di luar, orang yang ingin bertemu dengan Anda telah membuat janji temu sampai tiga bulan kedepan, beberapa bulan ini sepertinya Anda sulit untuk memiliki waktu senggang.”
“Beberapa tahun ini kapan aku dapat menghabiskan waktu senggangku?” Carlson melambai mengisyaratkan Daiva untuk keluar, tiba-tiba teringat sesuatu, dan bertanya, “aku tadi baru saja lewat dan mendengar seseorang memicarakan tentang hal satu juta rupiah?”
Carlson tidak peduli dengan gosip ini, tetapi tadi hanya secara tidak sengaja mendengar nama Ariella, itu sebabnya iseng bertanya.
Daiva sambil tersenyum berkata: “Belum lama ini perusahaan mengadakan karyawan untuk berlibur ke Resort, Semua orang bertaruh apakah Anda akan berpartisipasi. Ngomong-ngomong, aku harus berterima kasih kepada Ariella. Dia bertaruh Anda akan pergi dan aku juga ikut bertaruh 1juta, pada akhirnya aku memenangkan beberapa ratus ribu dari mereka. ”
Dari dalam mata Carlson, wajahnya tiba-tiba menjadi berat. Ternyata Ariella berharap dia ikut acara tersebut, hanya karena satu juta rupiah, Carlson dia tidak lebih penting dari uang satu juta rupiah!!
Jelas tahu mimik wajah Carlson sudah tidak baik, Daiva seperti tidak melihatnya, dia menambahkan satu kata: “Direktur Carlson, sebelumnya Anda tidak pernah berpartisipasi kedalam kegiatan semacam ini, kali ini pergi demi Ariella kan.”
Carlson melirik Daiva: “Tidak mau pulang kerja lebih awal?”
Daiva buru-buru ngibrit.
Sepanjang sore wajah Carlson suram, tanpa mengatakan sepatah kata pun, otaknya penuh memikirkan mengapa dia tidak sepenting uang satu juta rupiah.
……
Ariella sama sekali tidak tahu bahwa Carlson sudah kembali, disaat sampai di rumah dia hanya menyiapkan makanan untuk satu orang, dan makanan anjing untuk Mianmian. Mereka sedang makan, Carlson membuka pintu dan masuk kedalam.
Ketika melihat dia jalan kemari, didalam mulut Ariella masih ada sesuap nasi, tangannya memegang tulang yang disuapin untuk Mianmian, adengan satu orang dan satu anjing yang begitu hangat dan harmonis. Carlson dengan dingin melirik mereka dan tidak mengatakan apa-apa.
Ariella menelan makanan didalam mulutnya dan buru-buru menjelaskan: “aku tidak tahu kamu sudah kembali, jadi aku tidak menunggumu.”
Carlson mengganti sendal rumah, masih saja tidak bicara.
Ariella sedang canggung tidak tahu harus berkata apa, Mianmian di sebelahnya tiba-tiba berlari kearah Carlson dan menggonggonginya.
Mimik wajah Carlson semakin jelek, dia mengerutkan kening dan menatap anak anjing yang sedang menggonggonginya itu. Melihat wajah Carlson, Ariella merasakan atmosfir yang berbahaya, segera meraih Mianmian kembali ke dalam pelukannya: “Itu Carlson, jangan perhitungan padanya.”
Puspita mau pergi ke Amerika Serikat untuk mencari Gustin, Ariella secara alami membawa Mianmian pulang untuk merawatnya.
Mulut Carlson berkedut, tampaknya dia benar-benar kesal, jika bukannya dia memiliki kultivasi yang baik, dia pasti sudah mengusir anjing itu.
Namun, dia masih saja tidak mengatakan apa-apa, langsung ke kamar mandi dan mandi, lalu pergi ke ruang kerja dan tidak pernah keluar lagi.
Ariella menebak bahwa Carlson seharusnya tidak menyukai Mianmian, tidak bisa menahan diri untuk memeluk Ariella dengan erat-erat: “Mianmian, Paman Carlson sepertinya tidak menyukaimu, apa yang harus mami lakukan?”
Mianmian sepertinya juga merasa dirinya tidak disambut, menggonggong dua kali. Ariella membelai kepala Mianmian: “Mianmian kangan takut, mami tidak akan membuangmu. Besok mama akan membawamu tinggal di rumah bibi Puspita, menunggunya kembali mami baru pulang ke rumah lagi.” Mianmian lagi lagi menggonggong dua kali, kepala bundar itu bergumam dengan wajah Ariella, seperti seorang bayi kecil yang menurut.
Melihat Mianmian, Ariella merasa sangat tertekan.
Itu hanya tiba di Kota Pasirbumi tiga tahun lalu. Pada saat itu, itu terluka dan terluka sangat serius. Hampir mati. Itu hanya dikirim ke rumah sakit hewan pada waktunya untuk menyelamatkan hidup. Kemudian, dia telah menjaga sisinya, dan dia telah dibesarkan selama tiga tahun, perasaannya terhadap hewan peliharaan kecil ini seperti anak-anaknya sendiri.
Sebelum dengan Carlson, Ariella pernah kencan buta X kali, dan setiap kali selalu membawa Mianmian, hanya kali disaat kencan buta dengan Carlson, tetapi malah menikah dengan orang ini.
Jika dia tahu bahwa dia tidak bisa menerimanya, mungkin dia tidak akan setuju untuk menikah dengannya.
Namun, sekarang pernikahan itu sudah menjadi kenyataan, dia tidak bisa berpisah dengan Carlson karena Mianmian.
Setelah memikirkannya, Ariella mengambil ponsel dan mengirim pesan untuk Carlson: “Carlson, sebelum membawa Mianmian pulang aku tidak mendiskusikannya denganmu, aku minta maaf! Tapi, kamu tenanglah, lain kali aku tidak akan membawanya pulang lagi.”
Mengetik kata-kata ini, Ariella membaca beberapa kali, merasa tidak ada masalah, lalu klik Kirim. Setelah informasi itu dikirim, seperti sebuah batu tenggelam kedalam laut, Carlson sama sekali tidak peduli.
Ariella membuatkan semangkuk mie dan mengantar mie untuknya, ingin bicara baik-baik dengannya tentang masalah Mianmian, tetapi dia tidak menoleh sama sekali tidak memandangnya. Ariella menelan kata-kata yang ingin dia ucapkan, dengan canggung tersenyum dan keluar.
Meskipun pernikahan mereka bukan ada dasar cinta, tapi dia juga membawa mentalitas menjalani hidup dengan baik bersamanya makanya setuju untuk jalan bersamanya. Dia tidak ingin karena Mianmian mengakhiri pernikahan dengan Carlson.
Bolak balik selama satu malaman, keesokan harinya Ariella bangun sangat pagi, bersiap pagi-pagi mengirim Mianmian kembali ke kediaman Puspita, setelah dia pulang kerja baru pergi menemaninya.
Ketika dia datang ke ruang makan, Carlson sudah duduk di sana, menoleh menatapnya dan memberi isyarat baginya untuk duduk. Ariella duduk di sisi yang berlawanan, setelah beberapa saat dia mendengar suara beratnya berkata: “Ariella, apakah kamu suka uang?”
Ariella tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba mengajukan pertanyaan ini, mengedipkan matanya, tetap saja dengan jujur mengangguk: “Tentu saja aku menyukainya.”
Carlson mengeluarkan kartu blackcard dan menyerahkan kepadanya: “Kartu ini tidak ada batas pemakaian, kamu ambil boleh sembarangan gesek.”
Tiba-tiba menyadari sesuatu, Ariella memeluk Mianmian dengan lebih erat lagi: “Kamu jangan memikirkan ide yang macam-macam pada Mianmian, uang sebanyak apapun, aku tidak akan menjualnya.”