Setelah selesai berbicara dengan Henry, Carlson kembali menelepon nomor lainnya, orang tersebut dengan cepat mengangkat telepon:”presiden Carlson.”
Albi berada dimana?” Carlson tidak ingin berkata satu katapun yang tidak penting, dan langsung berbicara kepada intinya.
Albi menyuruh seseorang untuk mengalahkan dia, tetapi dia sama sekali tidak merasa khawatir, karena orang-orang itu sama sekali tidak bisa berbuat sesuatu kepadanya.
Jika Albi hanya ingin mengalahkan dia, dia mungkin akan bermain permainan kucing menangkap tikus denganya, tetapi dia sekarang bukan hanya seorang, dia memiliki Riella dan Ariella.
Dia bukan hanya harus melindungi Riella besar dan kecilnya, dia masih harus menjamis bahwa dia aman 100%, dia tidak ingin membuat Riella besar dan kecil merasa khawatir, terlebih lagi dia tidak ingin melihat mereka berdua meneteskan air mata.
“Presiden Carlson, kami sudah mengetahui pergerakan Albi dengan sangat jelas. Dua hari yang lalu dia pergi menuju New York, dan memakai identitasnya yang lain, maka dari itu Henry dan orang kita disini tidak bisa mengecek keberadaannya.” Orang yang berada di seberang telepon sana adalah Zach, juga merupakan seseorang yang sudah lama mengikuti Carlson.
Hanya saja pada saat Carlson kembali ke kota Pasirbumi untuk melakukan pengembangan, Zach masih berada di Amerika untuk mengurusi masalah yang berada disana, orang yang bisa memerintahnya secara langsung juga hanyalah Carlson seorang.
Carlson tidak mengeluarkan suara apapun, Zach tahu jika Carlson sedang menunggunya melanjutkan laporannya, lalu dia kembali melanjutkan laporannya:”orang kami sudah menentukan lokasi dari Albi, pergerakan dia sudah diketahui dengan sangat jelas oleh kami. Hanya dengan kamu memberi perintah, kami akan segera mengangkapnya, dia tidak akan bisa kabur lagi.”
Pasukannya yang telah dibersihkan, maka Albi sudah merupakan orang yang tidak berguna bagi Carlson, sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menekannya.
Sebelah tangan Carlson memegang handphone, sebelah tangannya lagi mengetuk meja dengan ringan, sekali dua kali, terdapat ritme yang pasti.
Setelah beberapa lama, dia berbicara dengan lambat:”berikan alamatnya kepadaku, aku akan menemuinya sendiri.”
“Tidak??.” Kamu tidak memiliki keharusan untuk menemui orang seperti ini secara langsung.
Zach ingin berbicara seperti ini, tetapi dia juga tidak mengatakannya, karena mau bagaimanapun itu adalah urusan presiden Carlson mereka.
“Apakah masih ada pertanyaan?” Carlson berkata dengan dingin.
“Tidak ada.” Zach berkata,”aku akan menyuruh orang untuk mengawasi dia, memastikan agar dia tidak bisa keluar dari rumahnya setengah langkahpun, presiden Carlson bisa menemukannya kapanpun.”
“Sekarang.” Kembali mengatakan dua kata yang sangat sederhana, yang juga merupakan kebiasaan dari Carlson dalam mengurusi masalah.
“Aku akan segera mengurusnya.” Carlson hanya mengatakan satu kalimat yang sangat sederhana, tetapi Zach sudah pasti mengerti apa maksud dari ucapan tersebut, mengatakan jika dia ingin sekarang juga bertemu dengan Albi.
Pergerakan Albi sudah diketahui, dia juga sudah didesak oleh mereka, sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melawan.
Kali ini Carlson pergi menemuinya, agar membuat dia mengerti, jika wanitanya, bukanlah seseorang yang begitu mudahnya dia sentuh.
Terlebih lagi, Carlson ingin mengambil pisau dan memotong mulut Albi, lalu ingin memutuskan kedua tangannya, karena mulutnya dan kedua tangannya sudah menyentuh Ariella.
Ariella adalah miliknya, seumur hidup adalah miliknya seorang!
Dahulu Carlson tidak pernah mengetahui, jika dirinya seberapa keras dan egois!
Carlson berjalan keluar dari arah ruang buku, melihat Riella kecil dan Mian Mian berlarian di dalam ruang tamu, masing-masing sedang memperebutkan bola kecil, siapapun tidak ada yang ingin mengalah.
“Ayah, adik tidak menurut!” melihat Carlson, Riella kecil seperti melihat gunung besar yang sangat bisa diandalkannya, dengan segera memberitahukannya kepada ayahnya.
“Guk guk guk??.”Mian Mian tidak bisa berbicara, dan kemudian menggunakan suara guk guk guk nya untuk menandakan jika dirinya tidak setuju, seperti mengatakan jika kakaknya lah yang tidak menurut.
“Sudah sudah, nantinya ayah akan menyuruh orang untuk membeli beberapa bola lagi, satu orang memiliki dua bola, maka tidak perlu berebut lagi.” Melihat Riella kecil dan Mian Mian yang hanya sebuah bola menjadi berkelahi, Carlson tidak bisa menahan tawanya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, kedua anak ini biasanya memiliki hubungan yang begitu baik, tetapi jika sudah saling merebut barang maka mereka berdua sudah tidak saling mengenal.
“Riella sayang ayah!” didalam hati Riella masih lah ayahnya yang paling baik, tidak peduli seberapa besar halnya, ayahnya pasti akan selalu bisa menemukan cara untuk menyelesaikannya.
“Guk guk guk??.” Mian Mian mengitari Carlson, dan diatas kakinya bergulung, menggunakan ciri khasnya yang menandakan jika dia juga menyayangi ayahnya.
“Sudahlah, kalian berdua pergilah bermain, ayah ingin pergi keluar mengurusi beberapa masalah.” Pandangan Carlson mengarah kearah satu kamar lainnya, melihat Ariella yang sedang sibuk menggambar sketsanya.
Barusan saja dia menerima sebuah pesanan, costumer memeberikan beberapa permintaan jika cheongsam cina harus sedikit lebih terang, dan draft terakhir harus sudah diberikan kepada pelanggan sebelum festival musim semi.
Festival musim semi sudah berada didepan mata, Ariella terus bekerja tanpa henti, dia harus menyelesaikannya tepat waktu dan memberikan draftnya kepada pelangannya.
Kemarin Ariella sangatlah sibuk hingga sangat malam dia baru bisa beristirahat, hari ini dia sudah bangun sepagi ini, Carlson ingin memberi tahunya, tetapi dia juga tidak bisa mengatakannya.
Ariella sangat menyukai pekerjaannya ini, hanya dengan pekerjaan ini bisa membuat dia menjadi merasa lebih memiliki harga, bukan hanya seseorang yang bisa bersandar kepada seseorang, maka dari itu dia tidak memiliki alasan apapun untuk menyerah dari pekerjaan ini.
Carlson sangat khawatir jika Ariella akan merasa sangat letih, maka dari itu pada saat dia sangat sibuk, Carlson akan menemaninya, memberitahukannya, dia pasti akan selalu mendukung pekerjaannya, tetapi tidak mengambil alih pekerjaan Ariella, hanya menyemangatinya.
Carlson memasuki ruang baca, memeluk Ariella dari belakang, meletakkan dagunya diatas kepala Ariella, dengan perlahan berkata:”Ariella??.”
“Iya?” Ariella menjawab dengan ringan, semua perhatiannya berada diatas draft gambarnya, tidak terlalu memperdulikan Carlson.
“Ariella!” Carlson menekankan gaya bahasanya.
“Carlson, kenapa?” Ariella masih tidak juga melihat dia.
“Lihat aku!” Carlson merasa tidak puas, mengambil pensil dari tangan Ariella dan menaruhnya, memutarkan badannya, membuat Ariella melihatnya.
“Jangan ribut!” Ariella tersenyum kepadanya, tangannya mengelus wajah Carlson,”aku baru saja mendapatkan inspirasi, tetapi sudah diputuskan oleh mu, aku tidak tahu kapan lagi aku bisa menyambungkannya.”
“Apakah aku tidak lebih penting dari sketsa gambarmu?” wajah Carlson berubah menjadi lebih buram, dia bahkan bisa merasa cemburu dengan sebuah gambar.
“Tentu saja??..” Ariella merangkul leher Carlson, dan mencium bibir Carlson,”tentu saja sketsa ku tidak lah lebih penting dari mu, tetapi mau bagaimanapun aku mengandalkan dia untuk hidup.”
“Kamu juga bisa mengandalkanku untuk hidup??.” perkataan ini, Carlson sudah ingin mengucapkannya, tetapi kembali lagi dia masukkan.
Ariella tidak ingin bergantung dengannya, dia ingin berusaha sendiri, dia adalah istrinya, bukanlah sebuah serangga yang selalu menghinggapinya.
Pembicaraan ini tidak bisa dia bicarakan, tetapi hal lain bisa dilakukan oleh Carlson.
Carlson memegang kepala Ariella dan membalas ciuman Ariella yang lembut dengan sebuah ciuman yang panas.
Mencium hingga Ariella kesulitan untuk bernafas, tetapi Carlson tetap merasa tidak rela melepaskannya, Carlson menggunakan tangannya dengan perlahan menghapus bekas ciuman yang berada diatas bibir Ariella:”Apakah kamu menyukainya?”
Menyukai bagaimana dia menciummnya?
Carlson ingin menanyakan hal ini, Ariella mengerti dia, dengan wajah yang memerah menganggukkan kepalanya:”Suka!”