Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 862 Memberimu Kebahagiaan


Lourdes, “????..”


Lourdes tercengang, ia hanya terdiam menatapinya.


Dia minta maaf untuk apa?


Terlalu terlalu banyak hal.


Kalaupun ia menggunakan sisa hidupnya untuk mengganti rugi, tak bisa menambal segala luka yang ia buat.


“Maaf, maaf??. Kalau maaf saja cukup, masih butuh hukum dan polisi?”


“Apakah para penjahat yang melakukan kejahatan itu hanya mengatakan maaf dan korban bisa memaafkan mereka?”


Vanessa tidak memberikan kesempatan untuk Lourdes berbicara, air matanya keluar dan ia berteriak menangis sepertinya dengan cara ini bisa mengeluarkan rasa sakit hatinya.


Mendengar diri Lourdes disbandingkan dengan penjahat-penjahat itu, tatapan Lourdes menjadi berubah.


Sebenarnya perkataan Vanessa tak salah, beberapa waktu lalu dia tidak memberikannya kebebasan, melarangnya melakukan ini itu, memaksakan kehendaknya, tindakan tersebut seperti binatang buas, maka dari itu Vanessa membandingkan dia dengan penjahat-penjahat.


“Kamu pergi lah! Jangan biarkan aku melihatmu lagi! Aku mohon, aku sangat mohon padamu lepaskan aku boleh? Aku sangat tidak ingin melihat mu lagi, sedikitpun tidak mau.” Dia tak bisa melupakan tindakan baik Lourdes terdahulu, maka dari itu ia lebih tidak bisa menerima kenyataan pahit itu.


Selama berada di Gunung Kabut Cinta, setiap kali ia di bully, dia selalu memanggil nama Lourdes, ia membayangkan di sampingnya ada Lourdes.


Tapi yang tidak pernah ia bayangkan adalah, orang itu benar-benar adalah Lourdes.


Laki-laki berbadan tinggi tegak seperti gunung Taishan berdiiri di depan Vanessa, sekuat apapun ia mendorongnya pun tak bisa berefek apapun.


Beberapa menit kemudian, Lourdes membuka omongan, masih dengan kata-kata yang sederhana itu, “Maafkan aku!”


“Aku tanya kamu maaf atas apa?” Vanessa tak tau kenapa dengan dirinya, sangat ingin memaksa mendapatkan jawaban dari dia.


Lourdes, “????”


Lourdes sekali lagi tidak menjawab, karena ia berhutang banyak banyak sekali dengannya, saking banyaknya tak bisa terucap.


Vanessa menggigit bibir, ia seperti memaksa, “Tak mau jawab kan? Ok, kamu kasi tau aku sekarang, kamu siapa? Kamu ada hubungan apa denganku? Kenapa kamu ingin minta maaf denganku?”


“Dahulu kala, aku juga tak tau aku siapa, aku bahkan tak bisa menemukan alasan kenapa aku bisa bertahan hidup??.. tapi aku selaluingat, aku masih berhutang janji dengan seseorang. Aku pernah bilang aku akan membuatnya bahagia, tapi aku belum bisa melakukan. Aku berharap ia masih memberikan ku kesempatan, untukku menyelesaikan yang belum ku selesaikan.” Kata perkata dari mulutnya terucap, sangat mengetok ke hati Vanessa.


Vanessa sangat ingat hari itu di hujan es, sekitarnya penuh dengan salju putih.


Ada seorang laki-laki seperti orang gila menarik tangannya berlari-lari di tanah penuh dengan es, berlari hingga ke gundukan es, ia menggenggam tangannya dan berteriak, “Di hadapan langit sebagai saksi, aku Lourdes hari ini bersumpah, aku akan mencintai Vanessa selamanya, aku akan membuatnya bahagia, tak akan membiarkan orang lain melukainya.”


Hal terbodoh seperti itu, tidak seperti yang biasanya dilakukan oleh Lourdes, tapi demi Vanessa, dia sungguh-sungguh melakukan hal kekanak-kanakan seperti itu.


Di saat Vanessa tertegun menghadapkan tatapan kepadanya, kebetulan Lourdes membalikkan kepala dan membalas tatapannya, Lourdes tertawa, “Vanessa, kamu adalah wanitaku Lourdes. Aku akan terus menjagamu, aku tak kan membiarkan orang lain melukaimu.”


“Ya.” Meskipun nada bicaranya sangat emosional, tapi Vanessa sama sekali tidak memperhitungkannya, ia tersenyum, “Ada aku kamu tak perlu takut.” Vanessa mengulurkan jari kelingkingnya, “Lourdes, aku akan membuatmu bahagia.”


Mereka saling berjanji akan membuat satu sama lain bahaia, tapi beberapa waktu setelahnya, sebuah kejadian besar terjadi sehingga mereka berpisah.


Vanessa menunggunya, menunggunya kembali; dia sedang menyembuhkan luka dan sedang menanti untuk berjumpa degan Vanessa.


Ketika mereka tak berasama, hati mereka saling merindukan satu sama lain.


Tapi siapapun tak pernah mengira, ketika Lourdes sedang mempersiapkan kembalinya dia, sebuah kejadian terjadi.


Dia menyuruh Stephan mnenyiapkan orang untuk mengecek kejadian kebakaran itu, setelah dicek selama setengah tahun terakhir, dapat di tarik kesimpulan bahwa semua bukti-bukti tersebut mengarah kepada Vanessa yang ikut campur dalam kejadian tersbeut.


Setahun yang lalu, membuatnya menahan kepedihan karena ditinggal keluarganya, seperti dunianya hancur sudah.


“Bisa kasih aku kesempatan sekali lagi?” setelah lama menunggu jawaban Vanessa, Lourdes menggenggam tangannya dan bertanya demikian.


Vanessa menatapnya, raut wajahnya berubah, suaranya juga berubah, tapi tatapan Lourdes tidak berubah, membuat Vanessa merasakan sebuah perasaan yang dalam.


“Boleh kah?” Dia bertanya lagi, nadanya sangat serius, seperti sedang mengkhawatirkan kemudian mengeraskan suaranya lagi, mungkin sedikit mengaggetkannya.


Vanessa tidka menggunakan kata-kata untuk menjawabnya, ia langsung menjulurkan tangannya dan mendekat semakin mendekat,


Setahun lalu, keluarga Handaja terkena masalah, ketika ia menerima informasi tersebut, ia langsung bergegas, rumah keluarga Handaja terbakar hangus, di ruangannya ada belasan mayat tak bisa dibedakan satu sama lain, terakhir tes DNA baru bisa terdeteksi semuanya adalah keluarga Handaja.


Semua adalah keluarga Handaja, tapi tak bisa dibedakan siapa, oleh karena itu Vanessa tak tau Lourdes nya apakah masih hidup atau sudah mati di makan oleh api besar itu.


Karena tidak tau, dia lebih menyiksa dirinya sendiri, Lourdes nya sangat pintar, tak mungkin kenapa-kenapa, tak mungkin ada masalah.


Demikian ia percayai, ia selalu menunggunya pulang menunggu hingga setahun.


Sampai sekarang, dengan sangat susah menunggunya kembali, meskipun dia merubah sikapnya, meskipun ia melakukan hal yang menyakitkannya.


Vanessa tetap tak bisa menyalahkannya.


Tubuhnya lebih bisa jujur di banding perasaan rindunya, dia tidak mengatakannya keluar tangannya sudah terlebih dahulu menyentuh mukanya.


Sakit itu sangat menusuk ke tulang.


“Vanessa??”


“Aku juga akan membuatmu bahagia.” Jawaban inilah yang diberikan Vanessa.


“Oriella?” Melihat Oriella termenung, Miguel menepuk kepalanya, anak ini tidak merespon, masih dengan bergumam.


“Oriella, kenapa?” Miguel mencubit wajahnya dan bertanya lagi.


“Tak ada apa-apa?” Anak ini perasaanya dinampakkan di raut wajahnya, mana mungkin tak ada apa-apa.


“Tiba-tiba merasa tak enak saja, hatiku sakit.” Oriella mengangkat kepala, ia menatap wajah Miguel dengan lembut.


Miguel mengerti dia sedang memikirkan apa, tau ia sedang khawatir tentang apa, ia mengelus kepalnya dan berkata, “Oriella, kasi Abang Hansel sedikit waktu boleh?”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK