Tidak tahu sudah menangis untuk waktu berapa lama sebelum akhirnya berhenti, dan baju depan bagian dada Carlson basah karena air matanya. Dia melihat Ariella sebagai perempuan yang kuat dia tidak pernah menduga jika Ariella menangis juga akan seperti ini, dia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Ariella….” Carlson mengulurkan tangannya dan jemarinya menghapus air mata yang berada di pelupuk matanya.
Tubuh Ariela bergetar ketika menangis dan ketika dia mendengar Carlson memanggil namanya tubuhnya semakin bergetar karena isak tangis. Carlson menariknya ke dalam pelukan kemudian dia menepuk halus punggung Ariella dan menghibur pelan Ariella yang menangis seperti anak kecil itu.
Ariella mendongak menatap Carlson kemudian sambil menggigit bibirnya untuk mengontrol emosinya dia berkata,” masalah mama aku ingin mengurusnya sendiri dan aku tidak ingin Zeesha ikut campur.” Zeesha tidak membiarkannya bertemu mama dan semua itu sebenarnya adalah cara Zeesha mengancam Ariella hanya agar dia meenyetujui kesepekatan yang diajukan oleh Zeesha. Akan tetapi Ariella tahu Zeesha tidak akan memberitahukannya secara langsung pada Ariella, dia bahkan berpura-pura baik dan terus menerus mengejek kesalahan Ariella.
Carlson mengangguk dan berkata,”Kebetulan aku mengenal orang yang bertanggung jawab di tempat ini, aku akan temui dia nanti dan Zeesha tidak akan lagi bisa campur tangan.”
Tatapan mata Ariella melembut dan dia memandang Carlson sambil berkata,”Carlson, bagaimana bisa kamu memiliki begitu banyak teman? Dan mereka semua adalah orang-orang yang berpengaruh?”
Mendengar pertanyaan Ariella itu Carlson merasa sedikit terkejut kemudian berkata, “Sebenarnya aku juga bukan terlalu mengenalnya, semua ini hanyalah hal saling menguntungkan satu sama lain.”
Orang seperti Kendric ini sangatlah mudah untuk ditaklukkan, dia bisa demi keuntungannya sendiri melakukan perjanjian dengan Zeesha tidak membiarkan Ariella menemui mamanya. Akan tetapi jika Group Aces yang menghubunginya dia pasti juga akan dengan mudah membatalkan perjanjiannya dengan Zeesha karena Group Aces akan memberikannya keuntungan lebih dan dia akan melaksanakan segala perintah Group Aces.
Mendengar jawaban Carlson itu Ariella juga mnegerti semua ini membutuhkan uang, asalkan memiliki uang semuanya akan dengan mudah untuk diselesaikan. Hanya saja suaminya ini sebenarnya memiliki berapa banyak uang? Kenapa dia sering kali tidak bisa melihat jelas suaminya ini sebenarnya orang seperti apa?
Carlson menatap Ariella dan membelai lembut kepalanya sambil berkata, “Kita pulang beristirahat terlebih dulu dan urusan mama mertua ini biarkan aku yang menyelesaikannya.”
Ariella mengangguk dan berkata, “Terima kasih Carlson.” Kalau bukan karena Carlson yang selalu berada di sisinya dan membantunya, Ariella mungkin tidak akan bisa melihat wajah mamanya untuk yang terakhir kalinya dan mungkin dia juga tidak bisa memberikan upacara pemakaman untuk mamanya.
“Abraham?” Tiba-tiba terdegar suara terkejut Elisa dari belakang mereka.
Ariella dan Carlson bersamaan berbalik badan dan memandang Elisa yang berdiri tidak jauh dari mereka, mata Elisa menatap lurus Carlson.
“Elisa apa lagi yang ingin kamu lakukan?” Ariella segera berjalan dan berdiri di depan Carlson dan tidak membiarkan Elisa memandang laki-laki miliknya dengan tatapan penuh perasaan.
Elisa tidak memperdulikan Ariella dan dia masih memandang lurus Carlson kemudian berkata, “Apakah benar kamu Abraham?”
Carlson mengangguk dan dengan dingin menjawab,”Iya, ini aku.”
Ariella terkejut mendengar jawaban Carlson, kedua orang ini saling mengenal? Kapan? Apakah pernah terjadi sesuatu di antara mereka yang tidak Ariella ketahui?
“Ternyata benar itu kamu,” ucap Elisa sambil tertawa pahit, “Sungguh, aku tidak bisa mempercayainya kamu ternyata melamar adikku.”
Abraham? Ariella mengulang terus nama ini di dalam kepalanya, sepertinya dia pernah mendengar nama ini dan kemudian dia teringat sesuatu. Ariella ingat ketika Elisa baru saja pulang dari Amerika dia pernah memberitahu Ariella dia memiliki pacar di Amerika dan kalau tidak nama laki-laki itu adalah Abraham. Ariella menatap Carlson dan melihat matanya yang dingin seakan tidak terjadi apa-apa, tidak terlihat sediki emosi di dalam matanya, Ariella merasa Carlson tidak akan menjelaskan semuanya ini padanya, kemudian Ariella menarik tangannya dari genggaman tangan Carlson.
Merasakan tangannya yang kosong, Carlson merasa tidak nyaman dan mengkerutkan dahinya kemudian menarik lagi tangan Ariella ke dalam genggaman tangannya. Ketiak Ariella ingin menarik lagi tangannya, Carlson menarik dan menggenggam tangan Ariella lebih erat dan tidak membiarkannya bergerak sedikitpun. Sambil menggandenga tangan Ariella, Carlson memandang kembail Elisa dan berkata dengan sopan,” nona Elisa, jika kamu tidak memiliki keperluan apa-apa lagi, ijinkan aku dan istriku pergi.”
Setelah selesai berkata, Carlson meraih pinggang Ariella dan memeluknya kemudian pergi dari situ tanpa memandang Elisa sedikitpun.
“Kamu kenal laki-laki itu?” tanya Zeesha yang bersembunyi di balik dinding. Dia berjalan ke arah Elisa kemudian memandang ke arah Ariella dan Carlson.
“Aku mengenalnya ketika sekolah di Amerika, kami bertemu dua tiga kali,”jawab Elisa, dia sengaja tidak mengatakan bahwa mereka berdua dulunya adalah sepasang kekasih.
“Bagaiman latar belakang keluarganya?”tanya Zeesha seperti biasanya.
“Sepertinya keluarganya biasa-biasa saja, dia bersekolah di Amerika dengan mengandalkan beasiswa,” jawab Elisa singkat dan jelas
Meskipun dia pernah menjadi kekasih Carlson akan tetapi mereka hanya bertemu dua tiga kali saat berpacaran dan tidak pernah sekalipun mereka saling bergandenga tangan. Sedangkan yang Elisa kejar seumur hidup ini hanyalah Ivander, jadi dia tidak banyak menghabiskan waktu dan pikirannya pada Carlson. Dia hanya mengetahui Carlson adalah orang pintar di Harvard, setiap tahunnya dia yang memenangkan beasiswa, mendengar semua orang mengatakan dia belajar di Harvard hanya mengandalkan beasiswa itu. Mereka tidak tahu kalau keluarga Carlson merupakan keluarga yang tidak biasa, hanya saja mereka memiliki cara tersendiri di dalam mendidik anak mereka terutama penerus keluarga mereka, mereka mendidik anak laki-laki di keluarganya dengan sangat ketat dan disiplin. Carlson dari kecil selalu mengandalkan jerih payahnya sendiri untuk bertahan hidup, semua biaya pendidikan dan sekolah juga mengandalkan jerih payahnya seorang diri.
“Kalau begitu tidak perlu lagi kamu menghabiskan waktumu padanya, lebih baik kamu memperhatikan Ivander lebih ketat lagi,” ucap Zeesha. Mendengar Elisa berkata dia adalah orang biasa, Zeesha tidak lagi tertarik untuk membahas lebih jauh lagi.
Elisa mengangguk dan menjawab, “Baik.”
……
Sesampainya di mobil Carlson akhirnya melepas genggamannya pada Ariella, melihat mata Ariella yang memerah dan bibirnya yang pucat, dia menghela nafas panjang dan berkata, “Duduk yang baik aku akan menjelaskan semuanya padamu.”
Ariella bukanlah seorang yang pelit akan tetapi mengingat Elisa pernah merebut tunangannya Ariella tidak bisa dengan tenang menghadapi perempuan ini, dan sekarang dia mengetahui bahwa Carlson pernah menjalin hubungan asmara dengan Elisa, hati Ariella semakin kacau dibuatnya dan dia merasa sedikit takut dan keberatan. Oleh karena itu dia ingin melepaskan genggaman tangan Carlson dan menghindar akan tetapi Carlson tidak memberinya kesempatan.
Carlson menarik tangan Ariella ke dalam tangannya dan berkata dengan serius, “Aku dulu mengenalnya dan pernah dipacari olehnya.”
“Dipacari? Apa maksudnya?” Ariella yang tidak ingin menghiraukan Carlson tidak kuasa bertanya ketika mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Carlson itu.
Carlson menjawab, “Aku tidak tahu bagaimana bisa menjadi pacarnya dulu, dan aku juga tidak tahu bagaimana kami berdua berakhir.”