“Elisa, jika kamu berani melakukan hal yang tidak termaafkan dibelakangku……” Tuan Xu meraih dagu Elisa, mengangkat tinggi kepalanya, biarkan dia menatapnya, kata perkata perlahan dia lontarkan, “Aku akan menarikmu masuk neraka bersama.”
“Kalau begitu aku harus mengucapkan terima kasih terlebih dahulu, terima kasih kamu tidak meninggalkanku!” Elisa menepuk kedua tangannya diatas pundak Tuan Xu, sedikit tersenyum, “Masih saja kamu yang paling baik terhadapku, matipun tidak lupa membawaku, tidak seperti Ivander si pria mati itu.”
Mengingat Ivander, Elisa dengan sedih menggelengkan kepalanya : “Dalam sekejap mata, dia sudah mati selama bertahun-tahun.”
Seiring berbicara, mata sedih Elisa menjadi cerah : “Aku selalu berpikir, disaat aku membunuh dia, detik terakhir, apa yang dia pikirkan? Akankah dia berpikir untuk membawaku mati bersamanya? Jika dia ingin membawaku mati bersamanya, asalkan dia mengatakan itu, aku pasti akan menemaninya.”
Telapak tangan besar Tuan Xu tiba-tiba menarik dan mengangkat rok pendek Elisa, kuat dan dengan ganas masuk, sebelum Elisa berteriak dan memanggilnya, dia menundukkan kepalanya dan menutup bibirnya agar tidak terdengar suara teriakannya.
Setelah sekian lama, dia melepaskannya dan berbisik di telinganya: “Elisa, kamu bukankah seorang pelacur, atas dasar apa kamu angkuh di hadapanku?”
“Tuan Xu, kamu terlalu memandang tinggi aku, aku tidak berani angkuh di hadapanmu.” Elisa menahan rasa sakit dan tidak nyaman, berusaha membuat dirinya tetap tersenyum.
Hal seperti ini tidak terjadi pertama kali baginya, tidak ada yang bisa disalahkan, tidak perlu bersedih……
Yang di katakan si Tuan Xu, dia hanya seorang pelacur.
Perbedaan dia dan pelacur, dia menjual dirinya tanpa label harga.
Melihat Elisa tidak ada reaksi, Tuan Xu menambah kekuatannya, setiap kali selalu ingin yang paling dalam, sampai dia merasakan sakit, ingin dia menangis……
Tetapi bagaimanapun dia menyiksanya, Elisa selalu menunjukkan muka dengan senyum datarnya, seperti tidak ada seorangpun yang dapat melukainya.
Tuan Xu meluruskan wajahnya dan memintanya untuk menatapnya. Dia mengertakkan giginya dan berkata : “Kamu begitu cinta pada Ivander, orang yang sudah mati itu?”
“Cinta?” Elisa tertawa bahagia, “Apa itu cinta? Kamu tidak mengerti, aku tidak mengerti, kita sama tidak mengerti, jadi janganmembuat dirimu begitu mulia.”
Bagi Elisa, Ivander adalah orang yang dia harap bisa dekat sejak kecil, tetapi tidak peduli seberapa berusaha dia selama bertahun-tahun, matanya tidak pernah melihatnya, jadi dia mencoba segala cara untuk mendapatkan perhatiannya dan ingin mendapatkannya.
Mengenai mengapa Tuan Xu ingin melakukan ini padanya, mungkin karena dia pikir dia harus jatuh cinta padanya dan terobsesi dengannya, tetapi dia tidak terobsesi dengannya, jadi harga diri lelaki itu terhina.
Beginilah manusia, semakin tidak bisa mendapatkannya, semakin ingin mendapatkannya, cenderung mengabaikan orang-orang atau barang-barang miliknya sendiri.
……
Benar saja, seperti yang dipikirkan Ariella, baru saja mengetahui bahwa dia hamil, Carlson tidak membiarkannya melakukan apa pun.
Dia berjalan lebih cepat, dia akan muncul dihadapannya menghadangnya, seolah-olah dia telah melakukan sesuatu yang tak termaafkan.
Makanan di atas meja juga menggunakan resep khusus untuk wanita hamil, setiap makanan terlihat indah dan lezat, hambar tetapi terlihat sangat menggugah selera.
Kecepatan Carlson selalu mengejutkan, Ariella sangat jelas, tetapi kecepatan ini benar-benar terlalu cepat, dan hanya dalam beberapa jam semua persiapan sudah siap.
“Tuan Tanjaya, hanya hamil, kamu tidak perlu gugup.” ini adalah yang kelima kalinya Ariella mengatakan ini kepada Carlson.
Setiap kali, Carlson dengan sabar menjawab : “Hamil tidak penting, apa lagi yang penting?”
Dia tidak khawatir dengan anak, tetapi khawatir dengan tubuh Ariella.
Riella dipaksa dengan operasi caesar, sampai saat ini belum lima tahun, yang berarti bahwa anak kali ini Ariella hanya bisa dilahirkan secara normal.
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, Carlson sudah menyiapkan segala hal.
Baiklah.
Apa yang dikatakan Tuan Tanjaya semuanya benar, dia tidak dapat menyangkal.
Untung saja Carlson tidak melarang Ariella bekerja, kalau tidak dia akan mati kebosanan dirumah.
Carlson masih seperti biasa, mengantarnya sampai dibawah perusahan PM, melihat dia sampai masuk kedalam lift, dia baru pergi.
Hari ini Ariella sedikit terlambat, sudah tidak ada orang yang menunggu lift, tidak seperti biasanya lebih cepat beberapa menit akan berhimpitan didalam lift.
Dia berjalan masuk kedalam lift, menekan tombol lift yang dituju, melihat pintu lift yang akan tutup, diluar lift tiba-tiba terdengar suara seorang pria : “Tunggu sebentar!”
Ariella secara naluriah menekan tombol buka pintu, pintu yang akan tertutup terbuka kembali, seorang pria gagah yang tampan muncul di hadapan Ariella.
Sejak mengenal Carlson, “Gagah dan Tampan” kosa kata ini sudah hampir tidak dia gunakan untuk mendeskripsikan pria lain lagi.
Bukan pria lain terlihat jelek, tetapi Carlson nya terlihat sungguh menawan, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan pria lain.
Ketika melihat pria ini, “Gagah dan Tampan” kosa kata ini tiba-tiba muncul dalam benak Ariella.
Pria itu memakai kacamata hitam, hanya dapat melihat hidung mancungnya, bibirnya yang enak dipandang……
Ketika Ariella meliriknya, pria itu juga sedang menatapnya, meskipun dia memakai kacamata hitam, Ariella dapat merasakan tatapan matanya sedang menatapnya.
Melihat orang asing, melirik orang itu adalah suatu kebiasaan, terus-menerus menatap orang juga tidak sopan, Ariella tidak berkata, hanya mengerutkan alisnya.
“Ariella?”
Tiba-tiba terdengar suara dari atas kepalanya, dengan tepat memanggil nama Ariella.
Ariella berbalik, dengan canggung tersenyum : “Halo!”
Dalam ingatan, Ariella sama sekali tidak mengenal pria ini, tidak ada kesan sama sekali, dia tiba-tiba memanggil namanya, atau mungkin dia mengenalnya.
“Ini aku.” Pria itu melepaskan kacamata hitamnya, memperlihatkan sepasang mata persiknya, dan mengedipkan mata kepada Ariella.
Ariella menjadi canggung, karena dia telah melihat keseluruhan wajah pria itu, dia tetap tidak ada kesan terhadapnya.
Secara logis, pria setampan dia, akan ada kesan dengan satu tatapan, apalagi ketika orang tersebut dapat memanggil namanya dengan tepat, maka harusnya dia mengingatnya.
Tetapi sekuat apapun Ariella berpikir dan mencari tahu ingatan dalam otaknya mengenai wajah itu, juga tidak tahu apakah sistem otaknya sedang bermasalah, dia mencari lagi, tetap saja tidak ada hasil.
“Sekolah Menengah Mitra Harapan, tingkat dua kelas satu dari kelompok sekolah menengah.” Pria itu dengan akurat melaporkan informasi, mata persik yang menarik perhatian, tersenyum pada Ariella.
Sekolah Menengah Mitra Harapan didirikan oleh beberapa perusahaan besar Grup Primedia dan Kyoto pada waktu itu, itu adalah sekolah bangsawan kelas atas, saat itu banyak orang bangga bisa bersekolah di sekolah menengah Mitra Harapan.
Dengan latar belakang keluarga Situmorang, tidak akan memenuhi syarat untuk bisa masuk Sekolah Menengah Mitra Harapan, tetapi karena hubungannya dengan Ivander, secara tidak langsung Elisa dan Ariella dapat bersekolah di Sekolah Menengah Mitra Harapan.