Baru beberapa saat Ariella kembali ke kota Pasirbumi, Ariella merasa orang yang mengenalnya jauh lebih banyak dari orang yang dia kenal selama dua tiga taun terakhir. Lagipula orang yang mengenalnya semua terasa sangat ramah padanya seperti mereka sudah saling mengenal dalam waktu yang cukup lama. Seperti Puspita yang dia temui pagi tadi, Puspita memeluk dirinya sambil menangis cukup lama, mungkin orang lain mengira Ariella lah yang membuatnya menangis. Meskipun semua itu terasa sangat aneh akan tetapi ekspresi khawatir di wajah Puspita….Ariella merasa itu sangat membuat hatinya terasa hangat. Carlson? Puspita? Efa? Riella kecil? Ariella menyebut nama-nama orang ini berulang kali di dalam hatinya, dia terus berpikir dan berusaha mengingat nama-nama ini akan tetapi dia tidak menemukan mereka di dalam ingatannya. Ariella menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum tidak berdaya, dia merasa sedikit ragu-ragu mengenai semua ingatan yang hilang itu. Papanya tidak bersedia berbicara padanya tentang masalalunya, jika ingatan itu tidak berarti apa-apa untuk apa papanya menyembunyikan semua itu darinya?
Drrrrrtt
Ketika Ariella sedang memikirkan semuanya ini HP di atas meja bergetar, dia meraih Hpnya dan melihat ke layar, nama Riella kecil muncul. Melihat nama Riella kecil muncul Ariella tidak kuasa menahan tawa di wajahnya kemudian dia mengangkat telpon,”Riella kecil ya?”
“Iya iya betul! Ini Riella kecil,” suara lembut Riella kecil terdengar di seberang telpon, hanya dengan mendengar suaranya Ariella sudah bisa membayangkan ekspresi wajah Riella kecil yang lucu saat berbicara,”Kakak, Riella ingin mengajak kak Riella makan.”
“Riella kecil sekarang kakak masih bekerja, lain hari kita makan bersama ya?” Ariella tidak tega menolak permintaan Riella kecil akan tetapi apa boleh buat saat ini dia sedang bekerja.
“Tapi…tapi…Riella sekarang sudah berada di lantai bawah menunggu kakak,” ucap Riella kecil dengan suara yang sedikit cemas dan takut, kalau Ariella menolaknya lagi dia pasti akan menangis.
“Kamu di lantai bawah mana?”
“Di lantai bawah kantor kakak.”
Ariella melihat jam dan jam segera menunjukkan pukul 12 siang, sudah tiba waktu makan siang, kemudian dia berkata,”Riella kecil, kamu tunggu sebentar ya, kakak segera turun.”
Sesampainya di lantai bawah Ariella bisa langsung melihat Riella kecil. Tubuhnya yang kecil mungil itu sedang berlari mondar mandir di depan pintu kantor. Sinar matanya memperlihatkan dirinya yang pintar dan cerdas, dia melihat ke sana kemari dan dia terlihat sangat lucu. Di sampingnya tidak terlihat papanya hanya terlihat seorang perempuan paruh baya, ketika Riella kecil berlari perempuan itu juga akan mengikutinya berlari sepertinya dia sangat khawatir kalau Riella akan terjatuh.
“Kakak…..!” Melihat Ariella datang, Riella kecil segera berlari Ke dalam pelukan Ariella, kemudian bibirnya yang lembut mungil itu mencium wajah Ariella dan berkata,”Riella kecil bia dengan gratis mencium Riella besar kan.”
Ariella segera menggendong Riella kecil dan juga memberikan kecupan lembut pada wajah Riella kecil sambil berkata,”Riella besar juga bisa dengan gratis mencium Riella kecil.”
Riella kecil menyentuh wajah Ariella kemudian bertanya,”Nah, Riella besar mendapatkan berapa banyak uang jika mencium papa?”
“…..” Ariella tidak menjawab.
“Kakak, kamu akan mendapatkan baaaaaaaa…nyak uang.”
Riella kecil mengira dirinyalah yang paling lucu, jika Riella besar menciumnya dia tidak akan memintanya uang, akan tetapi jika papanya yang menciumnya dia pasti akan meminta banyak uang, tidak apa-apa karena papanya memiliki banyak uang.
Ariella tertawa, dia tidak menganggap serius ucapan Riella kecil, itu semua hanya ucapan seorang anak kecil. Riella kecil mentraktir Ariella makan siang, tempat makan yang mereka tuju tidak jauh dari kantor nama restoran itu adalah Restoran Lily dan mereka memesan ruangan nomor 1808——ruangan 1808 yang penuh dengan kenangan.
Ketika mendorong pintu Ariella baru menyadari bahwa papa Riella kecil sudah ada di dalam ruangan. Dia sedang menerima telpon,melihat mereka berdua datang dia hanya tersenyum kemudian mengucapkan sepatah dua kata di telpon dan menutupnya.
Carlson menarik tempat duduk dan mempersilahkan Ariella untuk duduk kemudian mendudukkan Riella kecil di kursi khusus balita kemudian berkata,”Riella kecil selalu ribut ingin mengajakmu makan siang, aku sungguh tidak berdaya untuk menahannya jadi aku suruh orang untuk membawanya menemuimu. Nona Ariella apakah anda merasa terganggu?”
“Tentu saja tidak,” jawab Ariella segera sambil menggelengkan kepalanya, sebenarnya dia suka bersama dengan Riella kecil hanya saja dia tidak menduga papanya juga akan makan bersama mereka, hal itu membuat Ariella merasa canggung.
Tatapan mata canggung Ariella jatuh pada mata Carlson, tatapannya sedikit menusuk, akan tetapi dia tetap tersenyum dan dengan pelan berkata,”Mama Riella kecil dari kecil sudah tidak ada di sampingnya, aku selalu ingin memberikan yang terbaik untuknya dan tidak terasa aku memanjakannya sampai dia berlaku egois seperti ini.”
“Seorang ayah memanjakan putrinya itu adalah suatu hal yang baik, lagipula Riella sangat lucu, aku rasa dia wajar egois,” ucap Ariella sambil membelai lembut kepala Riella,”Riella kecil adalah anak yang paling lucu dan paling mengerti.”
Ariella tidak menyadari rasa sakit yang terdapat di dalam suara Carlson saat mengatakan Riella adalah anak yang egois. Ariella juga tidak memiliki mama, 3 tahun ini meskipun papanya selalu berada di sampingnya akan tetapi dia masih berharap dia memiliki seorang mama di sisinya….orang dewasa seperti dirinya pun masih menginginkan hal ini apalagi seorang anak seperti Riella. Mendengar perkataan Carlson sepertinya mama Riella masih ada di dunia ini hanya saja tidak tahu kemana mamanya pergi….sungguh tidak tahu apa yang mama Riella pikirkan. Dia memiliki seorang suami yang begitu baik dan anak yang begitu lucu kenapa dia harus pergi dan tidak kembali lagi?
“Eng, Riella adalah anak yang paling lucu dan papa tidak, papa tidak menurut,” jawab Riella. Tentu saja Riella tidak tahu apa yang dipikirkan Ariella ketika mengatakan hal itu, dia merasa sangat puas mendengar Ariella berkata demikian, Riella tertawa bersamaan dengan Ariella, dia merasa Ariella adalah keluarganya dan Carlson hanyalah orang luar.
“Iya iya, Riella adalah yang paling lucu dan papa sedikitpun tidak baik, tidak menuruti Riella,” ucap Carlson yang kemudian bangkit berdiri dan mencium pipi Riella,”Riella sangat penurut jadi ketika papa pergi keluar kota untuk bekerja Riella tidak boleh lagi menangis ya.”
Mendengar perkataan papanya itu Riella terkejut…. AAA!!! Aku tertipu lagi, batin Riella, seketika itu juga dia merasa kesal pada papanya, dia sangat ingin memiliki kekuatan magic yang bisa menghilangkan papanya sebentar saja dari hadapannya.
Carlson membelai lembut hidup mancung Riella kemudian memandang Ariella dan dengan lembut berkata,”Masih ada urusan di kantor dan aku akan pergi dinas ke luar kota beberapa hari, aku pergi dulu ya, kalian makanlah pelan-pelan.”
“Sayur….”perkataan Ariella terhenti. Sayuran sudah ada di meja, kenapa tidak makan dulu baru pergi? Perkataan ini hanya terucap di dalam hati, Ariella mengira dia tidak pantas mengatakan perkataan ini karena dia dan Carlson hanyalah orang asing. Kemudian Ariella tersenyum dan mengangguk.
Carlson melihat senyum Ariella dan merasa nafasnya memburu, kemudian dia memalingkan wajah dan membungkuk mencium wajah Riella kecil sebagai ucapan perpisahan sebelum dia pergi dinas ke laur kota.
“Papa, papa mencium Riella kecil papa juga harus mencium Riella besar…..,” ucap Riella kecil pelan sambil mengedipkan matanya menatap papanya.
Mendengar perkataan Riella kecil, Carlson dan Ariella secara otomatis saling bertatapan. Ariella bisa melihat kilatan cahaya di mata Carlson yang tidak biasa dan hal itu membuat orang tidak tahan untuk terus memandangnya jadi dia memalingkan wajahnya dan mengedip-kedipkan matanya seolah-olah dia tidak melihat apa-apa.
Melihat Ariella memalingkan wajah Carlson merasa sedikit kecewa. Tempat yang sama, di ruangan yang sama, dan dia masih duduk di tempat yang sama seperti ketika dulu mereka datang ke tempat ini, akan tetapi Ariella tidak lagi seperti dulu lagi dia tidak akan memiliki rona wajah malu saat menatapnya. Tidak apa-apa, semuanya akan segera kembali seperti dulu lagi.