Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 321 Orang Yang Menemaninya Seumur Hidup





Setelah menidurkan Riella, Ariella masih menunggu lumayan lama, melihat sudah hampir subuh, tapi Carlson masih belum pulang dan tidak menghubunginya.





Sebelumnya Carlson tidak pernah begini, hanya telat pulang rumah dua jam saja ia pasti sudah meneleponnya dan memberinya kabar.





Hari ini ada apa?





Jangan-jangan dia dalam masalah?





Setelah berpikir mungkin terjadi sesuatu pada Carlson, Ariella tidak bisa tenang lagi, dia langsung mengambil handphonenya dan menelepon ke nomornya lagi.





Kali ini dia telepon, hanya berbunyi beberapa kali, akhirnya ada yang mengangkatnya, masih belum mendengar suara Carlson, Ariella sudah langsung berbicara dengan gugup: Carlson, kamu dimana?”





“Nona, saya Henry.” suara Henry yang tenang itu pun terdengar melalui handphonenya.





Ariella langsung terkejut, dan langsung mengubah suaranya menjadi lebih sopan: “Halo, Carlson ada? Handphonenya kok bisa ada di kamu?”





Henry berkata: “Makan malam tadi, Tuan Carlson minum terlalu banyak dan sekarang ia mabuk tapi kita sudah mengantarnya ke hotel.”





“Dia benar tidak apa-apa?”Ariella masih merasa tidak tenang, tapi ia juga berpikir Carlson tidak mungkin kenapa-kenapa.





Disampingnya ada begitu banyak orang bersamanya, harusnya tidak mungkin terjadi apa-apa.





Henry berkata: “Tuan Carlson hanya minum terlalu banyak, tidak apa-apa, Nona tidak usah khawatir.”





“Kalau begitu maaf merepotkan kamu untuk menyiapkan teh penghilang mabuk untuknya…….” Hati Ariella masih tidak bisa tenang, terdiam sejenak, lalu berkata “Henry, bisakah kamu beri tahu aku di hotel mana, saya mau pergi manjaganya.”





Ariella bukan tidak mempercayai Henry, tapi ia belum pernah melihat Carlson minum arak.





Orang yang sama sekali tidak pernah minum arak, tiba-tiba minum sampai mabuk, mabuk sampai tidak bisa pulang ke rumah, pasti sangat menderita, saat seperti ini tidak ada orang yang merawatnya mana bisa.





“Nona, Tuan Carlson tidak apa-apa, kamu lebih baik istirahat lebih awal.” Selesai bicara, Henry langsung menutup teleponnya.





Mendengar suara sibuk dari handphonenya, Ariella mengigit-gigit bibirnya, kekhawatiran dalam hatinya semakin lama semakin keras, sangat khawatir apa terjadi apa-apa pada Carlson.





Setelah berpikir sana sini, dia menghubungi nomor Ferdian, informasi yang ia tahu pasti lebih cepat darinya, kalau saja Carlson benar-benar ada apa-apa, dia seharusnya pasti tahu.





Tetapi setelah mengbuhungi nomornya, handphonenya malah sudah dimatikan.





Sekarang sudah hampir jam satu, semua orang harusnya sudah tidur, handphone Ferdian sudah dimatikan juga sangat wajar.





Mungkin hal yang terjadi belakangan ini terlalu banyak, dia memang selalu tergesa-gesa. Sebenarnya Carlson hanya minum terlalu banyak, dia sendiri yang berpikir terlalu banyak.





Ariella terus menenangkan dirinya sendiri, tapi bagaimana pun juga dia tetap masih tidak bisa tenang, ia terus berdoa dalam hatinya, berharap kalau Carlson benar-benar hanya mabuk.





Pada saat yang bersamaan, yang khawatir bukan hanya Ariella, Henry yang ada disamping Carlson juga tidak bisa tenang.





Dia telah bersma Carlson selama bertahun-tahun, dan ini adalah pertama kalinya terjadi hal seperti ini. Saat ini dia juga sedikit panik.





Namun, untungnya dia sudah lama bersama dengan Carlson, biasanya jika terjadi masalah, dia dengan cepat dan tenang bisa mengatur segalanya dengan sangat baik.





Berita Carlson tidak sadarkan diri seperti ini jangan sampai tersebar keluar. Kalau sudah tersebar keluar, keluarganya sana pasti tidak bisa tahan, proyek-proyek besar Aces semua bisa terpengaruh.





Namun, setiap langkah Carlson akan mendapatkan perhatian, dan untuk bertahan satu atau dua hari tidak akan ada masalah.





Dalam satu atau dua hari, dokter masih belum menemukan cara untuk membuatnya siuman, masih mau menutupinya seperti ini, seperti akan sedikit sulit.





“Henry, Tuan Carlson kenapa?” Suara Daiva memecah semua kesunyian itu.





Henry mengangkat kepalanya dan melihat, lalu berbicara: “Kamu hari ini pergi kemana? Saat Carlson dalam kesulitan, aku mencari kamu kemana-mana.”





Dipelototi Henry seperti itu membuat Daiva sedikit canggung, sambil menunduk Daiva berkata: “Hari ini ada urusan pribadi.”





Henry berkata: “Tuan Carlson menjadi seperti ini, sampai saat ini masih belum menemukan penyebabnya. Aces kamu urus baik-baik, masalah ini jangan sampai bocor keluar.”





Daiva bekata: “Kakek sekarang bukannya masih di Kota Pasirbumi? Kalau benar-benar terjadi sesuatu pada Tuan Carlson, bisa menyuruh Kakek untuk menangananinya dulu.”





Henry berkata: “Kamu jangan bilang kamu tidak tahu masalah antara Carlson dan Kakek?”





Daiva berkata: “Perselisihan antara mereka hanya didalam kehidupan biasa, Aces adalah perusahaan milih keluarga Tanjaya. Semarah apa pun Kakek pasti tidak mungkin bermain-main dengan Aces. Terlebih lagi, mereka adalah keluarga sedarah. Saat mereka marah, mungkin perkataan mereka sedikit kasar, tapi setelah masalah itu selesai mereka tetap adalah keluarga.”





“Kakek tidak boleh tahu.” Henry menghalangi Daiva, lalu berkata, “Saya udah memesan orang ahli dari luar negeri, setelah mereka tiba dan mengecek, Carlson pasti akan segera bangun.”





Mereka berdua menjadi seperti ini karena ingin melindungi Ariella, Henry tahu dengan jelas semua yang terjadi diantara mereka.





Apa yang diketahui Daiva tidak sebanyak Henry, tapi apa yang ia tahu juga tidak sedikit.





Hari ini Tuan Carlson menjadi begini, disaat seperti ini ia malah menyuruh Kakek untuk mengantikan Carlson, sebenarnya apa maksud dia ?





Henry terus melototi Daiva.





……………





Setelah semalaman tidak tidur, langit baru mulai cerah, Ariella langsung meneleponi Carlson lagi.





Setelah menghubunginya, hatinya berdebar kencang seperti suara didalam teleponnya, sekali, dua kali, tiga kali, empat kali………..





Sekali lagi, telepon Carlson tidak ada yang angkat.





Sekali tidak ada orang yang angkat, Ariella menelepon lagi, mau menelepon sampai ada orang yang mengangkatnya.





Telepon sampai kelima kali, akhirnya ada orang yang mengangkatnya, Ariella sangat gelisah sambil menelan air liur dan bertanya: “Carlson, ini kamu kan?”





“Nona, Tuan Carlson masih belum bangun.” Dari dalam telepon terdengar suara Henry.





Nomor ini adalah nomor pribadi Carlson, bukan nomor pekerjaannya. Henry mengangkat teleponnya sekali, Ariella masih bisa maklum, yang kedua kalinya, Ariella mulai meragukan apa yang dikatakan Henry, ia tidak sebodoh itu.





Ariella ingat disamping Carlson ia ada sekertaris, jangan-jangan sekertaris itu berbuat apa-apa terhadap Carlson?





Sekertaris pribadinya itu jangan-jangan adalah Henry yang paling dipercayai Carlson?





Setelah memikirkan hal itu, ia menarik nafas dalam-dalam dan memaksa dirinya untuk tenang dan berkata: “Henry, Carlson ada dimana?”





Nada bicaranya terdengar sangat keras, dan tampaknya jika ia bertanya ia harus mendapatkan jawabanya dan jangan lagi menutup teleponnya seperti tadi malam.





“Nyonya, Tuan Carlson……….”





Belum selesai mendengar Henry berbicara, Ariella langsung memotongnya dan berkata: “Dia ada dihotel, kamu beri tahu aku nama dan alamat hotelnya. Kalau dia tidak ada dihotel, kamu tinggal kasih tahu aku dia sebenarnya sekarang ada dimana.”





Ariella bicara dengan sangat cepat dan nada yang dingin, agak mirip dengan gaya kerja Carlson biasanya, sikapnya ini membuat Henry pun terkejut dalam sesaat setelah mendengar suara dari dalam telepon itu.





Ariella berkata: “Henry, kamu tahu aku adalah istrinya Carlson, kamu ngerti arti kata itu?”





Satu kata istri, buat Ariella bukan hanya sekedar status yang dimilikinya, tetapi ia adalah seseorang yang harus menemani kehidupan dan kehormatan Carlson.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK