Bersama-sama melewati seumur hidup.
Walaupun hanya menemani satu sama lain melewati seumur hidup.
Ada atau tidaknya cinta diantara mereka tidaklah penting.
Atau dengan absennya cinta bisa menjadi lebih baik, dengan begitu juga bisa mengurangi maslah-masalah yang tidak penting.
Ini adalah apa yang dipikirkan Carlson saat menikah dengannya.
Tetapi sampai sekarang, Carlson tidak berpikir begitu lagi.
Apa yang dia inginkan juga bertambah dari awalnya pernikahan ini, dia tidak hanya ingin mempunyai Ariella secara fisik, dia pun ingin mendapatkannya secara pikiran.
Dan karena hatinya yang pernah dilukai oleh orang lain, apakah dia rela untuk membuka hatinya lagi?
Dikarenakan Carlson tidak bisa menebak apa yang dipikirkan Ariella, Carlson selalu merasakan hubungan antara mereka berdua sangatlah rapuh, ataupun cuman dengan cobaan yang kecil, bisa dengan mudahnya hancur tak bersisa.
“Kenapa tidak berkata apa-apa? Kamu lagi memikirkan apa?” Ariella menarik lengan bajunya sambil bertanya lembut.
“Aku lagi berpikir, bolehkah kamu membuka hatimu sekali lagi dan berpacaran denganku?” tetapi kata-kata selembut seperti ini, Carlson sangat sulit untuk mengatakannya, hanya bisa diam-diam melihatnya.
“Melihat kamu tidak ingin jalan lagi, ayo kita pulang ke rumah saja.” melihat Carlson tidak ingin berkata banyak lagi, Ariella juga malas untuk jalan-jalan lagi.
“Bukan tidak ingin jalan.” Carlson pun langsung menarik tangannya, menariknya kembali ke sisinya, menundukkan kepala dan menciumnya dengan sangat bergairah.
Tidak bisa dengan kata untuk mendeskripsikan pemikirannya, maka dia langsung menggunakan perbuatannya untuk memberitahunya.
Ariella dengan kuat memukul dadanya, dari pelukannya berusaha untuk keluar, mendesah-desah dan berkata: “Carlson, jangan begitu, dirumah masih ada senior kita.”
Kalau perlakuan kita terlihat oleh senior kita yang ada di rumah, itu sangat memalukan.
“Maaf!” dia berkata.
“Bukan. Kita boleh melakukan apapun tapi harus di dalam kamar.” setelah kata ini keluar, Ariella langsung malu dan mukanya memerah.
Dan masalah yang ada di hati Carlson juga langsung hilang setelah mendengar perkataan Ariella, dengan nada yang rendah tertawa.
Dia jelas sangat pemalu, kenapa kata-kata yang disampaikan dia bisa sebegitu berani.
Beberapa hari setelahnya, Carlson mulai sibuk, semua orang di keluarga Carlson juga ikut sibuk.
Keluarga Carlson sudah imigrasi ke Amerika untuk jangka waktu yang lama, famili dan teman yang ada di dalam negeri juga tidaklah banyak, kalau ada itupun hanya sekedar kenal, bukanlah hubungan yang sangat dekat.
3 hari sebelum merayakan imlek, keluarga Carlson mengadakan pesta kecil, yang diundang adalah teman dekat dan famili.
Dan diantara tamu yang diundang, hubungan yang paling baik dengan keluarga Carlson adalah keluarga pihak ibu Carlson – Keluarga Sutedjo.
Keluarga Sutedjo merupakan keluarga tentara paling terkenal di Kota Pasirbumi.
Nama asli ibu Carlson adalah Yenny Sutedjo, kakeknya pernah menjadi salah satu pendiri Negara, dulu pernah menjadi jendral yang sangat sukses.
Bapaknya, dari kecil memang sudah menampilkan kepintaran yang lebih dari orang lain, pertama bekerja di bagian pusat, selanjutnya ditransfer ke bagian kontrol di Kota Pasirbumi.
Setelah beberapa dekade, keluarga Sutedjo juga mempunyai kedudukan yang stabil di Kota Pasirbumi, kedudukan mereka tidak bisa diganggu oleh siapapun, boleh dibilang kekuasaannya sangat besar.
Dan Yenny Sutedjo mempunyai seorang adik yang lebih muda 20 tahun darinya dan bernama Darwin.
Dia sekarang sangat sukses, dan menjadi incaran semua orang.
Darwin hanya berumur 30 tahun, pun bisa dengan kemampuannya sendiri mencapai posisi yang tidak mungkin dicapai, peringkat senior di militer.
Darwin yang sekarang, menguasai seluruh bagian militer di Kota Pasirbumi, menikmati identitas sendiri yang terkenal ini.
Orang tua keluarga Sutedjo di 2 tahun yang lalu sudah meninggal, Yenny Sutedjo adalah anak perempuan yang sudah menikah dan masuk ke keluarga lain bak air yang sudah dibuang keluar, sekarang keluarga Sutedjo hanya tersisa Darwin seorang saja.
Umur 30 tahun, sampai sekarang belum mempunyai istri, janganlah membahas masalah tentang memberikan keturunan buat keluarga Sutedjo.
Sekarang dilihat keluarga Sutedjo hanyalah sisa Darwin seorang, ibu Carlson sangat cemas, tetapi apa gunanya dia cemas?
Adiknya itu mempunyai pendapat sendiri, menurutnya menikah dan mempunyai anak yang bisa meneruskan keturunan keluarga Sutedjo tidak sepenting teman baiknya yang berada di militer.
Setiap tahun saat imlek, ibu Carlson selalu menggoyangkan kepala dan menghembuskan nafas yang panjang, dan ayah Carlson pun ikut cemas akan istrinya. Kesehatan istrinya tidaklah baik, paling tidak boleh memikirkan hal yang berat seperti ini.
Hari ini, Carlson dan Ariella berdandan dengan sangat formal.
Carlson memakai jas dengan bahan kulit, kelihatannya lebih ganteng dan tinggi.
Ariella memakai dress sweater yang panjang, memakai sepatu bot tinggi, dan dilengkapi dengan pakaian luar berwarna merah cerah, rambutnya diikat tinggi, kelihatannya lebih cantik dan memikat.
Carlson membawanya untuk menyambut kedatangan tamu di depan pintu, ini juga seperti mengenalkan Ariella kepada semua orang.
Setiap ada tamu yang tiba, Carlson dengan serius mengenalkan: “Ini adalah istri aku, dan ini adalah…..”
Dalam setengah hari ini kata yang diucapkan kurang lebih pun sama, dan dia juga tidak ada sedikit tidakk sabar, dan anehnya di antara alis mata Carlson ada sedikit bayangan kebahagiaan.
Sambil melihatnya, Ariella berpikir, selama siang ini kata yang diucapkannya bisa melebihi kata yang diucapkan dia selama setahun.
Carlson yang begini, lebih mudah didekati, bukan seperti orang yang dingin dan susah didekati.
Ariella sangat menyukai Carlson yang begini, dengan tidak sengaja menyandarkan tubuhnya ke arah Carlson.
“Apakah kakimu pegal?” memanfaatkan waktu luang, Carlson melihat ke arah Ariella dengan hangat dan bertanya.
“Tidak pegal.” dia goyang-goyang kepala, dan menyerahkan tangannya ke Carlson sambil berkata: “Hari ini aku sangat senang.”
Ariella dengan identitas istri sah dari Carlson menyambut tamu yang berdatangan, bagaimana dia bisa tidak merasakan kebahagiaan, bagaimana dia sempat memikirkan kakinya yang akan pegal atau tidak.
“Kalau kamu capek, istirahatlah dulu, disini masih ada aku.” Bagaimanapun nanti siang sewaktu pesta Ariella akan dikenalkan dengan seluruh tamu secara formal, Ariella tidak harus bersamanya berdiri menahan hembusan angin dingin.
“Aku tak lelah.”Ariella menggelengkan kepala, dengan suara yang ringan berkata,”Aku ingin menemanimu disini, ingin bersamamu disini.”
“Ya.” Dia pun berkata.
Walaupun hanya satu kata ya, tetapi kata tersebut terdengar sangat kuat.
Ariella pun tersenyum lebih lebar lagi.
Efa mengubah sifatnya yang ceria dan aktif seperti biasanya menjadi lebih kalem dan anggun, dari pagi dia sudah dandan dengan sangat cantik, dari waktu ke waktu asyik mondar-mandir di dekat pintu.
Kira-kira setelah setengah hari Efa mondar-mandir dekat pintu, semua tamu yang diundang juga sudah sampai, dia tak sabar lagi, orang yang ditunggu-tunggunya pun tidak datang.
Efa paling menyukai hari raya imlek, tetapi kesukaan dia berbeda dengan kesukaan anak kecil seperti umumnya.
Anak-anak lain mengharapkan kedatangan imlek yang bisa memberikan mereka uang saku dengan jumlah yang sangat banyak, tetapi Efa malah mendambakan kedatangan imlek hanya untuk menghabiskan waktu selama 2 hari dengan seseorang.
Imlek tahun lalu, dia berjanji kepadanya, imlek tahun ini akan sampai lebih awal, tetapi kenapa acara sudah mau mulai orangnya masih belum sampai, belum melihat ada bayangan tubuhnya?
Setelah tunggu beberapa saat lagi, orang tuanya, abang dan kakak iparnya yang menyambut kedatangan tamu tadi pun sudah masuk ke dalam ruangan, itu membuktikan bahwa tamu yang diundang sudah sampai semuanya.
Yaitu orang yang ditunggunya tidak akan datang lagi.
“Ibu, apakah tahun ini Darwin tidak datang lagi?” Efa sambil memegang erat pergelangan tangan ibunya dan bertanya manja.
“Bocah bodoh, itu kan pamanmu, mengapa kamu langsung memanggil namanya, tidak sopan.” ibu Carlson sambil mencubit hidung Efa, walaupun apa yang diucapkan ibu Carlson seperti lagi menegurnya, tetapi dengan nada suara yang lembut, sama sekali tidak terlihat seperti itu.
“Dia sebenarnya datang tidak bu?”
“Bagian militer ada urusan penting, hari ini dia tidak datang lagi.” ibu Carlson berkata.
Adiknya itu disetiap hal selalu luar biasa, tetapi terhadap pekerjaannya terkadang terlalu bertanggung jawab, hari besar apapun jarang meliburkan dirinya sendiri.