Carlson mengulurkan tangan dan dengan lembut mengelys kepalanya: “Tidak peduli melalukan apapun harus ada khayalan terlebih dahulu. Jika tidak ada ide khayalan, mana mungkin bisa terwujud. Ketika perusahaan merekrut karyawan, aku sangat memperhatikan Imajinasi mereka. ”
Ketika dia mengatakan ini, dicampur dengan nada kepemimpinan, membuat Ariella benar-benar merasa bahwa dia sedang berjalan dengan direktur perusahaan, bukan dengan suaminya sendiri.
Namun, Ariella benar-benar sama sekali tidak keberatan dengan identitas seperti apa Carlson berada disisinya.
Merupakan hal yang sangat bahagia baginya ada orang yang bersedia mendengarkan pikirannya yang tidak realistis ini.
Dia menambahkan: “Jangan bilanh seumur hidup aku belum tentu bisa mendapatkan banyak uang. Bahkan jika aku suatu hari sangat beruntung, aku memenangkan hadiah utama dalam lotre, juga tidak akan mendapatkan persetujuan dari pemerintah.”
Ariella sangat jelas bahwa ini ditakdirkan untuk menjadi sebuah khayalan saja, mimpi indah yang telah ia buat untuk dirinya sendiri. Tidak hanya dalam kehidupan ini, tetapi juga mimpi yang di kehidupan selanjutnya pun tidak dapat diwujudkan.
Mendengar nada suaranya yang kecewa, Carlson tidak mengatakan apa pun untuk menghiburnya, tetapi kekuatan memegang tangannya sedikit lebih erat.
Pada saat yang sama, Carlson juga memperhatikan bahwa ketika Ariella mengatakan semua ini, dalam rencananya, dalam fantasinya dia selalu sendirian, dia tidak pernah berencana untuk memasukan suaminya kedalam khayalannya.
Ariella akhirnya tidak kuat dengan kantuk dari efek alkohol, tidak berjalan-jalan untuk waktu yang lama terus menguap, berusaha membuka mata pun tak bisa.
Dalam keadaan setengah sadar, dia samar-samar merasa bahwa Carlson melepas mantelnya dan menaruhnya di tubuhnya, membawanya kedalam lengannya dan dengan telapak tangannya yang tebal menepuk punggungnya.
Mungkin ini hanya halusinasi dari efek alkohol, tetapi Ariella sangat optimis, bersedia untuk percaya bahwa keindahan pada saat ini adalah nyata, percaya bahwa dirinya masih dapat memiliki kebahagiaan setelah ditinggalkan oleh begitu banyak orang.
Ya, dia berusaha keras untuk hidup, sangat bekerja keras bekerja, bukankah dia ingin membiarkan dirinya hidup lebih sedikit bahagia?
Sekarang kebahagiaan melambai padanya, dia tampaknya semakin dekat dengan kebahagiaan, dipikir-pikir itu hampir menjadi mimpi yang indah!
Kemudian, Ariella sudah tidak tahu apa-apa, tidak tahu bagaimana caranya dia kembali ke rumah, tidak tahu bagaimana dia bisa tidur diatas tempat tidur. Yang pasti ketika sadarkan diri, seperti disaat Villa yang terakhir kali hanya memakai satu det baju tidur.
Kali ini dia tidak terkejut seperti yang terakhir kali dia nampaknya tahu bahwa Carlson tidak akan melakukan apa-apa bahkan jika disaat dia tidak sadarkan diri.
Sedikit mengangkat kepalanya, dia melihat seorang lelaki berjas perak abu-abu sendirian duduk di atas sofa disamping jendela sambil membaca koran.
Namun hanya dalam waktu satu bulan saja, sosok yang ada disamping jendela sudah menjadi kebiasaan Ariella dan pemandangan setiap paginya.
“Sudah bangun.” Mendengar suara di sisinya, Carlson mendongak dan melihatnya, matanya jernih dan dingin, seolah-olah pria yang tadi malam menciumnya dan berjalan bersamanya bukanlah dia.
Namun dibandingkan dengan reaksi dingin Carlson biasanya, bahkan yang membuat Ariella lebih mengejutkan adalah Mianmian yang duduk nurut di bawah kaki Carlson.
Kemarin Mianmian masih ingin mengusir pihak ketiga yang membobol hubungan “ibu anak” mereka. Hari ini malah dengan lembut duduk disamping kaki Carlson, Dari waktu ke waktu juga menggosok kepala kecilnya di atas kaki Carlson, tidak bisa di ekspresikan seberapa nurutnya itu.
Satu malam dapat mengubah hubungan antara satu orang dan satu anjing itu. Apa yang terjadi diantara mereka apakah ada sesuatu yang tidak dia ketahui?
“Pagi!” Melihat hubungan antara Carlson dan Mianmian menjadi baik, nada suara Ariella menjadi sedikit lebih ringan.
Mendengar suaranya Mianmian segera mengoyangkan ekornya dan melompat dua kali ke atas tempat tidur, melompat ke atas lengan Ariella, menggonggong beberapa kali, dengan makna bermanja-manja.
Ariella menyentuh kepalanya: “Hei pintar, melihatmu dan Paman Carlson bisa rukun, ibu sangat senang.”
Carlson meletakkan korang yang ada didalam tangannya dan datang dengan langkah besar dan dia mengangkat Mianmian: “Kami keluar dulu dan menunggumu untuk keluar sarapan.”
Mianmian: “suara gonggongan …”
Ariella: “…”
Kenapa dia merasa bahwa kedua orang ini …
Tidak, bukan dua orang, Carlson dan Mianmian adalah satu orang dan seekor anjing, hubungan mereka terlihat sangat harmonis, sebenarnya dalam gelap bersaing.
Setelah mandi dan memakai pakaian kerja Ariella keluar, dan melihat sarapan diatas meja yang bervariasi, masih saja makanan ringan yang menarik.
Ariella mau tidak mau harus memuji bahwa bibi yang membantu Carlson memasak sangat perhatian. Setiap hari sarapan berubah, dan tidak pernah diulang.
Di meja makan, Mianmian sudah sedang menikmati sarapannya, dan diatas meja makan Carlson malah masih menunggunya.
Matanya tertuju padanya dan tampak sangat puas dengan pakaian kerja barunya.
Kemarin perusahaan mengubah semua seragam staf wanita. Standar kemeja dan rok pendek sepanjang tahun diubah menjadi setelan jas.
Lindsey dan yang lainnya mengatakan bahwa direktur Carlson perhatian, mereka tidak lagi harus mengenakan rok pendek di musim dingin, indah tapi membeku.
Tentu saja, di samping bantuan khusus Daiva, orang lain tidak akan tahu bahwa Direktur Carlson yang mereka pikir perhatian memerintahkan untuk mengganti pakaian kerja hanya karena tidak ingin istrinya mengenakan rok pendek untuk ditunjukan kepada orang lain.
Carlson menyerahkan bubur kepada Ariella, mengatakan: “Hari ini aku pergi ke pasar untuk membicarakan tentang proyek, dan aku akan kembali besok.”
Ariella meminum bubur hangat dan mengangguk: “Kamu pergi sibuk, jangan khawatir padaku. Ada Mianmian yang menemaniku.”
Mianmian menggonggong dua kali, menunjukan bahwa Carlson tidak adapun tidak masalah, dia bisa menemani maminya di rumah.
Ariella mengulurkan tangan dan menyentuh kepala Mianmian: “hari ini Mianmian jaga rumah ya, malam mami akan membawakanmu makanan enak.”
Mianmian dengan kepala kecil menggosok tangan yang Ariella, ia menggonggong dua kali, dan itu sepertinya menunjukkan bahwa dia menyetujuinya.
Ariella dan Mianmian saling berinteraksi, sepenuhnya mengabaikan Carlson yang duduk disamping.
Carlson diam-diam memakan makanannya, aksinya seanggun sebelumnya, tetapi ketika dlihat dari dekat, bisa melihat ketidakpuasan dari dalam matanya, Dia bahkan dengan sangat naif melototi Mianmian.
Mianmian adalah binatang yang sangat spiritual, disaat Carlson melototinya, ia memahaminya, juga tidak menunjukkan bahwa ia lemah dan menggonggonginya.
Ariella melirik Carlson, dan melihat Mianmian lagi, akhirnya menyimpulkan bahwa Carlson benar-benar perhitungan, tetap saja Mianmian yang pintar dan dewasa.
Direktur Aksa dari PT. Canics hari ini kembali dari Kyoto, dan dia hanya harus menyerahkan perencanaan barunya, dan tidak ada waktu luang.
Kasus perencanaan kali ini Direktur Aksa dari PT. Canics sendiri yang membiarkan Ariella bertanggung jawab, Dia berkata pada dirinya sendiri bahwa dia harus lebih berhati-hati daripada sebelumnya, jadi dia tidak ingin mengecewakan ketegasan Direktur Aksa pada kemampuan kerjanya.
Ariella sibuk seharian di perusahaan, setelah makan siang, dia melaporkan pada Nisha tentang perencanaan awal itu dan bergegas ke perusahaa Canics untuk menemukan Direktur Aksa.
Sekretaris itu membawa ringkasan itu ke dalam ruangan kantor Direktur Aksa dan mengindikasikan bahwa Direktur Aksa telah lama menunggunya dan bisa langsung masuk kedalam.
Ariella tetap mengetuk pintu kantor dan mendengar dua kata “Silakan masuk” barulah mendorong pintu untuk masuk: “Direktur Aksa, Anda …”