Ariella tertawa sambil berkata: “Riella sudah umur empat tahun lebih, anak kamu masih belum lahir, anakmu bagaimana bisa pesan Riella keluargaku jadi pacar anakmu?”
Puspita mendekati Ariella dan berkata: “Dasar kamu ini, aku ini serius, aku enggak bercanda denganmu. Aku pikir-pikir sendiri, aku tidak mungkin bisa ngelahirin putri secantik dan seimut Riella kecil, jadi biarkan dia menjadi menatu aku saja juga boleh.”
Ariella melototi Puspita: “Siapa bilang dia bukan putrimu, bukannya sudah bilang dia jadi anak angkatmu.”
“Itu beda.” Puspita sedikit gegabah, “Dasar kamu ini, kamu bilang dulu, mau gak biarkan Riella kecil jadi istri anakku?”
“Enggak mau!” Ariella tahu apa yang dikatakan Puspita itu beneran, jadi dia juga menolaknya dengan serius, “Puspita, hidup anak-anak, biarkan mereka sendiri yang putuskan, kita jadi orang tua bagaimana bisa sesuka hati memilihkan calon pendamping hidupnya seperti ini. Apa yang kita suka, kedepannya kita juga tidak tahu mereka suka atau tidak.”
Ariella memangku Riella kecil diatas kakinya, sambil membantunya mengepangkan rambutnya, sambil berkata: “Hidup Riella, hanya dia sendiri yang boleh menentukan, siapa pun tidak boleh menggantikannya. Nanti setelah dia tumbuh dewasa, dia suka laki-laki yang bagaimana, asalkan dia menyukainya, aku tidak akan menghalanginya.”
Puspita bertanya: “Jadi kalau Riella suka dengan pria yang tidak punya pekerjaan tetap, pria yang kalian sama sekali tidak suka?”
“Aku pikir-pikir, Riella keluarga kita juga tidak bodoh, laki-laki yang bisa membuatnya jatuh hati pasti juga tidak mungkin separah itu.” Untuk Riella kecil, Ariella begitu percaya diri.
“Aku suka sekali dengan Riella.” Puspita benar-benar sangat suka dengan Riella kecil, pas sekali yang ada didalam kandungannya adalah anak laki-laki, jadi dia berpikir untuk menggunakan kesempatan ini untuk membawa Riella pulang kerumahnya.
“Seteleh Riella besar, Riella mau cari Abang Hansel.” Dua orang dewasa itu sudah berbicara banyak, Riella kecil mendengarkannya dengan serius, walaupun umurnya masih kecil dan ia tidak mengerti semua apa yang dibicarakan mereka, tapi ia mengingat janji dia dengan Abang Hansel, jadi setelah dia besar, dia pasti akan mencari Abang Hansel.
“Iya, Riella keluarga kita besar nanti mau cari Abang Hansel.” Ariella melihat kearah Puspita dan tersenyum, “Lihat saja, baru sebesar ini dia sudah ada orang yang dia suka didalam hatinya, nanti sudah besar, siapa yang bisa mengurusnya.”
“Kita lihat saja putra yang ada didalam kandunganmu, nanti aku lahirnya seorang putri lagi, kita pasti bisa jadi satu keluarga.” Puspita ini ciri-ciri orang yang suka mengatur keturunan keluarganya, melihat anak keluarga orang cantik-cantik, ia pun ingin membawanya pulang dan menjadikan mereka keluarganya sendiri, dengan begitu gen keluarga mereka pun bisa menjadi semakin bagus.
“Aku bilang Nona Besar, kamu belakangan ini gak ada kerjaan yah? Seharian kepala kamu diisi hal-hal yang enggak penting seperti ini? Ariella memukul-mukul kelapanya, “Kamu suka sama Riella, hari ini aku serahkan dia sama kamu, kalian pergi jalan-jalan, aku istirahat dirumah.”
Semalam aku tidak bisa tidur, Ariella benar-benar tidak punya energi untuk keluar jalan-jalan, kalau ia memaksa dirinya untuk keluar jalan-jalan, kalau saja mengganggu janinnya, itu akan repot sekali, jadi dia memilih untuk istirahat dirumah.
Puspita langsung memeluk Riella kecil didalam pelukannya: “Riella kecil kamu serahkan padaku pasti tidak ada masalah, tapi kamu ngerasa enggak enakan dimana?”
Ariella menggeleng-gelengkan kepalanya, berkata: “Enggak ada, cuman masih belum terbiasa sama perbedaan waktunya jadi pengen tidur terus.”
“Waktu baru hamil kamu selalu seperti ini. Hari ini kamu istirahat dulu dirumah, dua anak ini biar aku yang urus hari ini, jangan biarkan mereka merepotkanmu.”Didalam kata-kata yang diucapkannya, ia bermaksud untuk menggantikan Ariella untuk menyelesaikan semua pekerjaannya.
“Puspita, terima kasih!” Untuk Ariella, di masa hidupnya selama ini, ada dua hal yang paling membuatnya bahagia, satu adalah ia bertemu dengan Puspita, kedua adalah ia bertemu dengan Carlson.
Walaupun ia sudah bercerai dengan Carlson, tapi ia sedikitpun tidak merasa menyesal bisa bertemu dengan Carlson, menikah dengannya, dan dikaruniai dua anak.
Selesai makan sarapan, Ferdian sudah keluar dengan temannya, Riella dan Sebastian sudah dijagain oleh Puspita, Ariella sendirian istirahat dirumahnya.
Hari ini diluar mulai turun salju, tidak gampang untuk membawa anak-anak main-main diluar, jadi Puspita pun membatalkan semua rencananya, dan membiarkan Riella dan Sebastian bermain dirumahnya.
Sebastian adalah anak yang sangat pengertian, sambil menjaga adiknya agar tidak terbentur kemana-mana, ia sambil mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Pamannya hari ini membertikahukannya sekolah di Amerika berbeda dengan sekolah di Kota Pasirbumi, jadi dia harus lebih giat belajar, tidak boleh mempermalukan ayah dan ibunya.
Riella kecil sama sekali tidak kepikiran sampai kesana, karena dia masih kecil dan belum sampai waktunya untuk rajin belajar, ditambah dia juga baru mulai belajar berbicara, jadi dia pasti lebih mudah belajar dibandingkan dengan kakaknya.
“Riella kecil, kamu kesini bentar” Gustin baru keluar dari ruang kerjanya dan melambai-lambaikan tangannya pada Riella kecil.
“Paman Gustin, ada apa mencari adik aku?” Sebastian menghalangi Riella kecil, dia tidak membiarkan Riella kecil sendirian masuk ke ruang kerjanya, bisa dilihat kesadarannya dakan pencegahan sangat kuat.
“Paman sedang ngobrol dengan teman Paman, dia ingin melihat Riella kecil.” Walaupun dicurigai anak kecil, tapi Gustin tetap menjawabnya dengan jujur.
“Sebastian, kamu tidak usah khawatir, Tante Puspita akan menemani Riella kecil.” Puspita berkata sambil mengusap-usap kepala Sebastian.
Apa yang dilakukan Sebastian sangat benar, walaupun ia adalah paman yang mereka kenal, tapi ia juga tidak boleh membiarkan dia membawa Riella kecil sendirian kekamarnya.
Ada Puspita yang menemani, Sebastian baru memperbolehkan adiknya pergi.
Gustin mencari Riella kecil dan tidak mempedulikan hal lain, hanya karena Tamara tahu Riella kecil ada dirumah mereka, memohon untuk video call dengan Riella kecil.
Ingin video call dengan Riella kecil, pastinya tidak mungkin Tamara yang ingin bervideo call dengan Riella kecil, mau bohong sampai gimana pun pasti ketahuan, Direktur mereka yang ingin melihat putrinya.
Gustin menggendong Riella kecil dan mendudukkannya di kursi kerjanya, membuka video callnya: “Riella, kamu disini saja yah, Paman dan Tante tunggu kamu diluar.”
“Ayah!” Melihat ayahnya muncul didalam layar komputer, yang ada didalam mata Riella kecil hanya ayahnya, apa yang dikatakan mereka semua sudah tidak kedengaran olehnya.
“Riella, kamu sudah rindu Ayah tidak? Carlson juga menatapi Riella kecil, ingin sekali menjulurkan tangannya dan mencubit-cubit wajahnya, jelas-jelas dia ada didepannya, tetapi ia tidak menyentuhnya.
“Riella sangat sangat merindukan Ayah.” Ketika melihat ayahnya yang ada didalam layar komputer itu, Riella kecil sangat gembira sampai ingin mencium-cium ayahnya yang ada didalam layar komputer.
“Ayah juga sngat-sangat rindu sama Riella.” Suara Carlson keluar dari speaker laptop dan masuk kedalam telingah Riella, suara lembut ayahnya yang sangat familiar.
“Ayah…….” Riella kecil memanggil ayahnya sekali lagi, dan menunjukkan mukanya yang sangat kasihan dan hampir nangis.
Carlson berkata dengan lembut: “Kalau Riella nurut, tidak nangis, tunggu Ayah selesai mengerjakan pekerjaannya, Ayah akan menyusul Riella dan Ibu ke Amerika.”
“Apa yang dikatakan Ayah beneran kan?” Riella kecil mengedip-ngedipkan matanya yang besar itu, seolah-olah tidak begitu percaya dengan perkataan ayahnya.