Carlson bahkan tidak berpikir lalu dia berkata: “Di kantor, yang menjadi pelindungmu adalah Presdir, hanya kamu yang boleh menindas, tidak boleh orang lain yang menindasmu.”
“Terima kasih!” Kata Ariella dengan lembut.
Terima kasih karena tidak bertanya lebih lanjut, tapi berdiri di belakangnya untuk mendukungnya.
“Terima kasih untuk apa?” Carlson mengangkat alisnya kemudian berkata, “Bukankah di antara suami istri memang harus saling percaya dan saling membantu?”
Ariella tersenyum, perasaan dipercaya dan diam-diam didukung ini benar-benar sangat baik, membuatnya merasakan sentuhan kehangatan di hari-hari yang dingin ini.
Melihat senyum Ariella, Carlson kemudian berkata: “Kalau begitu bagaimana kalau menemaniku pergi jalan-jalan?”
Ariella benar-benar tidak ingin kembali untuk berpartisipasi dalam kegiatan apa pun, tapi juga khawatir akan terlihat oleh orang lain, seketika tidak tahu apakah harus menyetujuinya atau tidak.
Carlson tidak memberinya waktu untuk berpikir, menggandeng tangan Ariella: “Ikut denganku.”
Tangan Ariella sangat dingin, bahkan meskipun saat ini tidak begitu dingin, tetapi tangannya hampir tidak memiliki suhu.
Tiba-tiba dia dipenuhi oleh kehangatan Carlson, panasnya sedikit menjalar padanya, membuat gerakannya yang ingin menarik tangannya sendiri berhenti.
Sekian lama, Ariella kembali mendengar Carlson berkata dengan suara rendah: “Jika lain kali kamu menemui masalah seperti ini, cari aku.”
Kata-katanya membuatnya langkah Ariella berhenti, dia mendongak menatapnya, menjilat bibirnya, dengan hati-hati bertanya: “Carlson, tidakkah kamu penasaran orang seperti apa aku dulu?”
Carlson menarik tangannya kembali, hati Ariella seketika sedih, ketika dia ingin mengatakan sesuatu, kedua tangan besar itu jatuh di punggungnya dan dengan lembut menariknya masuk ke dalam pelukannya.
Dia mendongak, menatapnya dengan terkejut, hanya mendengarnya berkata: “Ariella, masa lalumu tidak ada hubungannya denganku, aku hanya peduli dengan masa depanmu.”
Bersandar pada dada Carlson yang kuat, mendengar detak jantungnya yang stabil, kemudian mendengar kata-katanya, tanpa sadar, pandangan mata Ariella menjadi sedikit buram.
Dia meringkuk masuk ke dalam pelukannya bagai anak kucing, Carlson secara reflek memeluk Ariella dengan lebih bertenaga.
Sekian lama, Ariella akhirnya mendongak dari dalam pelukannya: “Aku…”
Dia memotongnya: “Aku akan membawamu ke suatu tempat.”
Ariella mengangguk, Carlson menggandeng tangannya dan terus melangkah maju.
Berjalan dan berjalan, laut bunga mawar berwarna-warni muncul di sebelah kiri hamparan rumput hijau.
Bunga mawar itu sangat banyak dan wangi. Bunganya dalam berbagai bentuk dan berbagai warna.
Ariella bukannya tidak pernah melihat bunga mawar sebelumnya, tetapi dia belum pernah melihat yang banyak seperti ini, melihat jauh kedepan seakan tidak berbatas.
“Indahnya! Benar-benar ingin tinggal di sini selama sepuluh hari hingga setengah bulan.” Ariella tidak berhenti memuji, ingin terjun ke lautan bunga dan tidak ingin keluar.
Carlson menatapnya, bibir tipisnya yang seksi dan sedikit terangkat, keseluruhan Blue Sea Village adalah bisnisnya, jangankan sepuluh hari atau setengah bulan, jika dia ingin seumur hidup pun tidak jadi masalah.
Ariella bertanya: “Bukankah bunga mawar mekar di awal musim panas, mengapa ini juga mekar di musim sekarang?”
Carlson berkata: “Orang dahulu juga tidak pernah berpikir bahwa pesawat bisa terbang ke langit.”
“Benar juga, sekarang ilmu pengetahuan berkembang, tidak usah heran jika ada sesuatu yang terjadi.” Ariella tersenyum, “Apa aku boleh masuk dan melihat-lihat?”
Carlson mengangguk.
Ariella tersenyum padanya.
Pakaian Ariella hari ini adalah kemeja putih dengan overall denim, di luarnya memakai sweter putih bersulam beruang, rambut hitam panjangnya diikat menjadi kuncir kuda, tampilannya sangat alami, seperti gadis berusia 17 tahun, sangat jauh berbeda dengan tampilannya yang serius ketika bekerja dan mengenakan pakaian kerja.
Melihat Ariella yang bersemangat bagai lebah yang berlarian di lautan bunga, tidak tahu dari mana pemikirkannya, Carlson mengeluarkan ponselnya dan memilih sudut yang terbaik, pertama kalinya merekam Ariella dalam ponselnya sendiri.
Tiba-tiba, dering ponsel memecah keheningan, Ariella tersenyum meminta maaf pada Carlson kemudian baru menjawab telepon: “William, ada apa?”
Tidak tahu apa yang dikatakan orang di seberang telepon, mendengar Ariella tiba-tiba berkata: “Aku akan segera kembali.”
Menutup telepon, Ariella menatap Carlson, tersenyum meminta maaf: “Para rekan kerja mencariku, aku harus kembali.”
Carlson mengulurkan tangan mengambil sehelai kelopak bunga yang ada di rambutnya: “Aku akan menyuruh mobil tamasya untuk mengantarmu kembali.”
Ariella mengangguk: “Oke.”
Mengantar Ariella menaiki mobil di bawah matanya, Carlson menarik kembali pandangannya, berkata dengan suara rendah: “Daiva.”
Daiva bergegas datang: “Presdir tenang saja, kontrak pemecatan Madonna sudah disiapkan.”
Carlson mendengus dingin: “Ya.”
Setelah berpisah dari Carlson, Ariella segera kembali ke tim, William berlari ke arahnya ketika melihatnya: “Ariella, ke mana kamu pergi? Aku mencarimu seharian dan tidak menemukanmu, benar-benar membuat orang khawatir.”
Ariella tersenyum: “Aku melihat pemandangan di sini begitu bagus, jadi aku berkeliling.”
William berkata: “Waktu makan malam sudah tiba, perusahaan mengatur semua orang di paviliun, ayo kita bergegas masuk.”
Ariella mengangguk dan melangkah pergi, tapi tidak memperhatikan genangan air di lantai, kakinya tergelincir dan kemudian terjatuh ke belakang.
William reflek dan membantunya.
Ariella segera mendorong lepas, kemudian mundur dua langkah untuk membuka jarak dengannya, dengan sopan berkata: “Terima kasih!”
Tangan William jatuh ke udara, berkata dengan canggung: “Ayo pergi.”
Kemudian Carlson dan Daiva juga kebetulan melihat adegan ini, Daiva berkata dengan bercanda: “Sepertinya Ariella cukup populer?”
Carlson menatap Daiva dengan tatapan cemberut, Daiva berkata dengan tanpa dosa: “Apakah harus menulis kontrak pemecatan untuk William ini?”
“Tidak perlu.” Carlson mengatakan itu dengan dingin, kemudian berbalik dan pergi.
……
Ariella baru kembali pada pukul 8 malam, ketika kembali, Carlson masih sibuk di ruang kerja.
Staf lain semuanya sedang bermain, tetapi hanya Presdir yang masih sibuk bekerja, tidak heran di umurnya yang masih muda dia sudah menjabat di posisi setinggi itu.
Carlson meletakkan pekerjaannya, mendongak menatapnya: “Kamu minum alkohol.”
Wajah Ariella tersipu dan mengangguk: “Minum sedikit.”
Apanya yang minum sedikit, jika bukan karena selama tiga tahun ini sering menemani klien untuk menjamu mereka makan, dan akhirnya dia terlatih minum banyak dan masih tidak mabuk, jika tidak mungkin dia sudah terkapar.
Alis Carlson sedikit berkerut, kemudian berkata: “Minum alkohol tidak baik untuk tubuh, terutama bagi wanita, lain kali sebisa mungkin jangan menyentuh hal semacam ini.”
“Ya, apa yang dikatakan Presdir benar. Di kemudian hari jika bukan karena terpaksa, aku akan mencoba sedikit mengurangi minum alkohol.” Melihat Carlson mengerutkan kening, Ariella berdiri tegak seperti anak kecil yang melakukan kesalahan, “Kalau begitu aku akan kembali ke kamar terlebih dahulu, kamu juga istirahatlah lebih awal. ”
Setelah selesai berbicara, Ariella kabur menyelinap kembali ke kamar.
Mencium bau alkohol di tubuhnya, jangankan Carlson membencinya, bahkan dia juga membencinya, jadi dia memutuskan untuk pergi berendam di sumber air panas di halaman belakang.
Berendam sendirian di kolam air panas membuat tubuh Ariella rileks, sangat nyaman berendam sendirian di kolam dibandingkan dengan sekelompok orang.
Ariella duduk di dalam kolam, mendongak menatap ke atas langit. Hari ini adalah malam bulan purnama, bulan yang ada di langit sangat cerah dan bulat.