Berbaring di atas tempat tidur besar yang empuk kualitas tidur Ariella sangat terjamin malam ini. Di kepalanya masih terngiang-ngiang ucapan yang Efa katakan padanya, mengingat ekspresi wajah Efa saat mengatakannya, seorang gadis yang begitu ceria bisa juga berlinangan air mata saat mengungkit masa lalu Carlson kakaknya. Ariella dibuatnya sangat penasaran. Carlson begitu mencintai istrinya akan tetapi kenapa istrinya memutuskan untuk meniggalkan suami dan anaknya? Tentu saja dia hanya penasaran akan semua ini. Ariella sama sekali tidak memiliki pemikiran lain pada Carlson, dia sudah berjanji pada Riella untuk datang ke rumahnya dan hanya karena kesukaannya pada Riella. Mengingat Riella hatinya merasasedikit khawatir, anak yang masih begitu kecil tidur sendiri di kamar utama tanpa ada orang yang menemaninya, bagaimakan kalau selimutnya tertendang, bisa-bisa dia flu. Bagaimana kalau nanti dia berbalik dan terjatuh dari atas tempat tidur? Setelah dipikir-pikir Ariella menghela nafas tidak berdaya, dia bukan seorang mama akan tetapi dia sekarang memiliki hati seorang mama, entah kenapa dia bisa seperti ini seakan terikat pada Riella padahal dia baru bertemu beberapa kali saja dengannya. Ariella merasa asalkan Riella membuka mulut dia pasti bersedia melakukan apapun yang Riella pinta, Ariella rasa ini tidak baik.
“Uaaaa….waaaaa…. papa, Riella mau papa….”
Tiba di luar di koridor terdengar suara seorang anak menangis, Ariella segera bangkit duduk dan mendengar jelas suara tangis itu, dia yakin dia tidak sedang salah dengar. Ariella turun dari tempat tidur dan dengan tergesa-gesa berlari keluar tanpa memakai alas kaki. Ariella membuka pintu dan melihat Riella telanjang kaki berjalan di koridor, dia menangis sambil berteriak mencari papanya. Melihat Riella yang seperti ini Ariella merasa kasihan, dia merasa nafasnya terhenti dan tidak tahu harus berbuat apa.
Lorong di malam itu kosong tidak ada seorang pun yang menjawabnya, dia semakin menangis menjadi-jadi,”Papa, Riella mau papa….”
“Riella….” Ariella segera menuju ke arah Riella dan menggendongnya erat, Ariella menciumi wajah Riella dan berkata,”Riella jangan menangis lagi ya, kakak ada di sini menemani Riella, jangan takut ya.”
“Papa, Riella mau papa….” Riella menangis keras dia sama sekali tidak mendengar perkataan yang diucapkan oleh Ariella. Riella hanya mengingat ketika dia terbjaga tadi di sampingnya tidak ada papa dan tidak ada siapapun, dia merasa sangat takut.
“Riella, kakak temani Riella kembali ke kamar ya, kita tunggu papa pulang bersama-sama ya?” Ariella menepuk pelan punggung Riella sambil berjalan menggendongnya menuju ke kamar. Akan tetapi tidak peduli bagaimana Ariella menghiburnya Riella tetap saja menangis sampai badannya menegang dan bergetar karena isak tangisnya.
“Riella, papa sekarang tidak ada di rumah, mama temani Riella ya?” Ariella tidak memiliki cara lain lagi untuk menghiburnya kemudian dia berpikir mungkin menggunakan cara ini bisa menghiburnya.
“Mama, Riella mau mama….” mendengar kata mama terucap Riella mulai merasa aman dan tidak takut lagi, tangisnya pun mereda.
“Riella, mama di sini menemani Riella,” ucap Ariella sambil menepuk-nepuk pelan punggung Riella, dia menggendongnya masuk ke dalam kamar, Ariella mondar mandir di dalam kamar sambil berusaha menenangkan Riella, tidak lama kemudian Riella mulai tenang dan tidak menangis lagi.
“Kakak….” setelah menangis begitu lama Riella masih sedikit terisak dan berkata,”Papa juga tidak mau Riella? Apakah papa juga sama dengan mama pergi terbang ke langit?”
Dulu, ketika Carlson pergi dinas ke luar kota dia pasti akan pergi membawa Riella bersamanya, oleh karena itu bisa dibilang selama 3 tahun lebih ini satu hari pun dia tidak pernah meninggalkan sisi Carlson sekalipun. Setiap hari dia pasti akan tidur bersama papanya, tidak peduli kapanpun dia terjaga dia pasti bisa melihat papanya di sisinya. Akan tetapi hari ini ketika terjaga dia tidak meihat papanya, orang lain juga tidak ada di sisinya dan Riella merasa terkejut dan takut.
“Papa Riella hanya pergi untuk bekerja, dia pasti dengan cepat akan pulang ke rumah,” ucap Ariella sambil mengecup pelan wajah Riella kemudian dengan suara lembut lanjut berkata,”Riella begitu lucu dan menggemaskan bagaimana mungkin papa Riella rela meninggalkan Riella?”
“Kakak, apa kakak bisa menemani Riella tidur?” Ariella sudah berjanji untuk menemaninya akan tetapi ketika terjaga dia melihat Ariella tidak berada di sisinya, Riella merasa apakah semua orang dewasa suka membohongi anak kecil?
Ariella mengangguk dan berkata,”Bisa. Kali ini kakak tidak akan pergi kemana-mana dan tidak akan membiarkan Riella sendiri lagi.”
“Kakak ayo kita saling berjanji, janji ya tidak akan pernah berubah,” ucap Riella sambil mengulurkan jari kelingkingnya. Ariella juga mengeulurkan jari kelingkingnya, membuat janji dengan Riella kemudian mendengar Riella lanjut berkata,”Kakak temani Riella tidur ya, sama-sama menunggu papa pulang.”
Ketika mereka berdua membuat janji, air mata yang masih tergenang di mata Riella, Ariella tidak tega dan merasa kasihan pada Riella, dia tidak peduli lagi apakah kamar ini kamar utama atau bukan. Ariella memeluk Riella dan berbaring bersama di atas tempat tidur, Ariella terus memeluk erat tubuh kecil yang masih terisak-isak sehabis menangis itu dan berkata,”Riella, mau tidak dengar kakak menyanyi untuk Riella?”
“Mau,” ucap Riella sambil bersandar pada tubuh Ariella, kedua tagannya mencengkram erat pakaian Ariella seakan dia takur kalau-kalau Ariella akan meninggalkannya sendirian lagi nanti.
Melihat Riella seperti ini Ariella tidak tahan lagi, dia merasa sakit hati, kemudian dia tidak tahan lagi untuk tidak mengecup kening Riella dan berkata,”tidurlah, sayang….”
Ariella bersenandung pelan, Riella perlahan terlelap di dalam pelukan Arella, di dalam tidurnya bahkan dia masih terisak, ternyata tadi dia menangis dengan sangat sedih.
Tangan Ariella memeluk Riella dan tangan satunya menarik selimut menyelimuti tubuh mereka berdua kemudian mengecup pelan wajah Riella dan berkata,”Selamat tidur, sayang.”
……
Lampu tidur kecil menyala di dalam kamar tidur, cahayanya kekuningan dan terlihat hangat dan lembut. Carlson kembali dan masuk ke dalam kamar dan dia melihat pemandangan yang sangat indah di hadapan matanya. Istrinya sedang memeluk putrinya tidur, keduanya tertidur pulas, pemandangan ini terasa sangat hangat dan manis. Selama 3 tahun lebih ini Carlson pernah mambayangkan pemandangan ini akan tetapi kenyataan selalu membuatnya kecewa. Akan tetapi kali ini tidak sama, kali ini semua ini nyata dan bukan hanya imajinasinya, di atas tempat tidur terdapat istri dan anaknya. Carlson berjalan pelan mendekati mereka berdua, dia duduk di tepi tempat tidur dan melihat ke arah istri dan anaknya dan dia mengulurkan tangannya. Carlson ingin sekali membelai wajah Ariella, ingin merasakan hangat tubuh Ariella, dia ingin memastikan ini semua nyata. Akan tetapi ketika tangannya sudah berjarak sangat dekat dari wajah Ariella dia menghentikannya. Dia jelas-jelas tahu Ariella yang ada di hadapannya sekarang ini nyata akan tetapi dia masih tidak mempercayai apa yang dilihatnya, dia takut sekalinya dia menyentuh wajah Ariella dia akan menghilang dari hadapannya sama seperti halusinasi yang Carson lihat seama 3 tahun terakhir ini.
Sebenarnya malam ini dia tidak seharusnya pulang ke rumah akan tetapi setelah bergumul dengan dirinya sendiri dia tidak bisa lagi menahan dirinya dan pulang ke rumah. Sebenarnya dia hanya ingin melihat keduanya dari jauh akan tetapi sekali dia melihat Ariella dia ingin menyentuhnya. Setelah berpikir lama akhirnya tangan Carlson jatuh pelan di atas wajah Ariella, dia hanya menyentuh pelan dan ringan wajah Ariella kemudian menarik kembali tangannya. Sebenarnya Carlson juga ingin menciumnya, akan tetapi dia tidak boleh….
Ketika Carlson menarik tangannya dari wajah Ariella dia bergerak dan kemudian membuka matanya. Keduanya saling bertatapan mata dan suasana saat itu sangatlah canggung, udara di sekitar terasa membeku.