Carlson melihat wajah bulat Oriella, tidak tahan untuk menjentik tangannya itu: “Oriella, ayo bangun!”
“Ayah, tidak…” Riella membalikkan badannya, badan kecilnya berada didekapan Carlson, berkata lalu kembali menutup matanya dan tertidur lagi.
Carlson mengoyangkan wajah kecil itu dengan lembut berkata: “Oriella, jika kamu tidak bangun lagi maka tidak bisa makan strawbery lagi.”
Oriella lalu membuka matanya, lalu membuka bibir kecilnya, dengan wajah seperti ingin menangis: “Ayah jahat…”
“Ayah jahat, maka Riella harus baik, maka ada strawbery dan cokelat.” Melihat wajah sedih putrinya itu, dia memberikan sebuah kecupan.
“Riella bangun.” Oriella mengeluarkan tangannya seperti ingin dipeluk ayahnya.
“Iya, Ayah akan memelukmu, Oriella aku begitu imut.” Carlson memeluknya, lalu berkata dengannya, “Jika begitu ayo kita sikat gigi.”
Carlson tidak tega agar anak ini tidur di kamarnya sendiri, maka tiga tahun ini dia selalu membawa anaknya untuk tidur bersama, dengan seorang diri dirinya menjadi ayah dan ibu.
Setiap pagi harus membangunkan Oriella, ini adalah waktu terbahagia dia, mendengar dia memanggil ayah, melihat dia dalam pelukannya, hatinya yang dingin ini pun menghangat.
Carlson memegang wajah Oriella, dengan serius mengosokkan giginya, dia pria yang begitu besar, tetapi ketika melakukan hal ini dengan begitu lembut, hanya takut melukai anak ini.
Oriella mengedipkan matanya lalu melihat dirinya tersenyum dari kaca: “Riella baik, ayah baik.”
“Tentu saja, Riella adalah anak dari ayah, pasti baik.” Walapun Riella tidak berkata dengan jelas, tetapi Carlson
Anak ini sedang berkata jika Riella dan ayah sangat bagus.
Begitu kecil, tetapi begitu pamer.
Dia dan Ariella bukanlah seseorang yang suka pamer, tidak tahu anak kecil ini belajar darimana.
Jika mengingat Ariella, Carlson tidak tahu apa yang terjadi padanya.
Hati Carlson seketika merasa sedih, rasa sakit hati ini muncul, merasa ingin menelan semua ini.
“Ayah——” Tangan kecil Oriella, dengan pelan memegang tangan ayahnya itu, berkedip seperti sebuah permata.
Dipegang oleh tangan kecil dan lembut ini, kelembutan ini mengalir kedirinya, Carlson kembali fokus, lalu memeluk Oriella kedalam pelukannya dengan keras.
“Ayah senyum” Oriella yang kecil, tetapi sangat peka dengan perasaan, dia dapat melihat kesedihan ayahnya.
“Ada Riella, ayah sangat bahagia.”
“Riella ingin ayah tersenyum.”
“Baik, tersenyum tersenyum, jadi apakah Riella rela memberikan setengah strawbery kepada ayah, apakah rela?”
“Riella rela.” Walaupun Riella menyukai strawbery, tetapi ayah lebih penting dari strawbery itu, yang penting ayah senang, dia tentu saja akan memberikan strawbery itu pada ayah.
“Baik! Jika begitu ayo kita makan strawbery.” Carlson membawa Oriella turun kebawah.
Karena anak ini sangat menyukai strawbery, maka koki selalu memikirkan cara, membuat makanan dari strawbery, membuat putri ini bahagia.
Ketika mereka berada ditempat makan, dimeja makan telah dihidangkan strawbery kesukaan Oriella.
Carlson meletakkan Oriella di kursi bayinya itu, lalu memberikan handuk kecil untuknya, lalu memberikan sendok, membuat dia untuk makan dengan sendirinya.
Oriella mengambil sendok itu dan memasukkan kedalam mulutnya, lalu mengambil sesendok lagi : “Ayah, makan.”
Carlson membuka mulutnya, dengan puas menganggukkan kepalanya : “Iya, karena Riella yang menyuapi ayah tentu saja enak.”
Lalu menyendoki lagi : “Adik makan.”
Ketika makan, Riella tidak pernah lupa dengan Mianmian yang hidup bersamanya.
“Guk guk guk…” Mianmian yang berada dikursi satu lagi menyambut panggilan Riella.
Carlson mengambil kain dan mengusap bibir Oriella yang masih ada bekas strawbery itu, berkata: “Riella makanlah sendiri, adik tidak bisa makan ini, jika makan memakan ini perutnya akan sakit.”
Medengar adik akan sakit perut ketika makan ini, Riella segera memakan strawbery itu, lalu dengan lembut berkata: “Riella tidak ingin adik sakit perut.”
Carlson mengelus kepala Riella : “Iya, ayo Riella segera dimakan.”
Sering sekali, Carlson melihat bayangan Ariella di tubuh Oriella, terlebih lagi kedua bola mata itu, begitu mirip dengan Ariella.
“Riella——”
Mendengar suara wanita itu, Oriella segera memutarkan kepalanya, melihat bibi yang cantik, dia dengan bahagia mengerakkan tubuhnya : “Bibi.”
Efa melepaskan kacamata hitamnya itu dan diberikan pada orang disebelahnya, lalu berlari memeluk Riella sambil memutar dua kali : “Apakah Riella merindukan bibi?”
Oriella mengeluarkan tangannya lalu memegang wajah Efa dengan serius berkata : “Riella merindukan bibi, sungguh merindukan bibi.”
“Huhu——” Efa meniup wajah kecil itu dengan lembut, “Oriella, bibi merasa kamu semakin cantik, semakin mirip dengan bibi.”
Oriella berkata : “Riella lebih cantik dari bibi.”
Efa mengecilkan bibirnya, memberikan wajah sedih : “Bagaimana bisa Oriella lebih cantik dari bibi, bibi akan merasa sedih.”
“Bibi jangan menangis, kamu dan Riella sama cantiknya.” Hanya perlu orang itu baik padanya, Oriella tidak ingin membuat mereka sedih.
Efa tersenyum, lalu dengan lembut menempelkan wajah itu : “Tidak, dirumah ini yang paling cantik itu Oriella, jika dibandingkan bibi tidak secantik itu.”
Orang tua Oriella begitu tampan dan cantik, Oriella sekaligus mengambil kelebihan mereka, bagaimana mungkin dia tidak cantik.
“Bibi, karena mencubit wajah lima ratus ribu, berikan uang uang.” Oriella denga serius berkata.
“Lima ratus ribu saja tidak cukup, paling tidak harus berikan lima juta, jika ayahmu mencubitmu sekali, maka kamu harus meminta lima juta.” Efa berkata.
“Lima juta…” Oriella memikirkan ini, lima ratus itu lima, lima juta juga lima, apakah semua ini berbeda?
“Kenapa kamu kesini?” Setelah makan, dia meletakkan sumpitnya lalu mengusap bibirnya itu.
“Baru saja selesai bermain film, lalu datang menemani tuan putri dirumah.” Efa berkata.
Tiga tahun lalu ketika Ariella terjadi kecelakaan, selain Oriella, Carlson begitu dingin terhadap orang lain.
Didepan orang rumahnya itu, dia sekarang lebih sedikit berbicara, dan semakin menjauh, semakin mirip dengan orang yang tidak makan dan hanya dikelilingi dengan rokok.
Orang tua Carlson berada di Amerika, setelah Efa tamat dia sering bermain film didalam negeri, hubungan dia dengan Oriella semakin lebih dekat.
“Ayah, Riella akan bermain dengan bibi.” Efa seperti anak kecil menemani Oriella bermain, tentu saja Oriella menyukai bibinya itu.
Carlson berjalan kemari, lalu memberikan kecupan dipipi Oriella : “Riella berada dirumah dan bermainlah bersama bibi. Ayah berangkat kerja dulu, jika merindukan ayah berikan telepon untuk ayah.”
“Ayah, sampai jumpa!”
“Riella, sampai jumpa!”