Kebetulan Carlson lewat, “Ada apa?”
Ariella menggigit bibirnya, menatap Carlson sembari berpikir, lalu memutuskan memberitahunya, “Lagi-lagi penelepon tak dikenal yang misterius itu, orang itu merubah suaranya, aku tidak bisa menebak siapa dia? Juga tidak paham mengapa ia terus menerus meneleponku?”
“Di hari ulang tahun Riella kecil, kita menerima sepasang sepatu kaca yang sama. Hari ini dia mengirimkan benda yang sama sekali lagi, ” Ariella menunjuk paket di depannya.
Carlson mengambil sepatu kaca itu dan menimbang-nimbang, pasti diperlukan usaha yang tidak sedikit untuk membuat sepatu seteliti dan secantik ini.
Orang misterius menghabiskan tenaganya, untuk mengirimkan dua pasang sepatu kaca untuk Riella kecil.
Tempat-tempat dimana orang misterius pernah tinggal, semuanya ada dalam foto Ariella dan Riella kecil, bahkan hobi juga ada ?C catatan.
Begitu perhatiannya kepada Ariella dan anaknya, selain Fernando, sebenarnya Carlson tidak dapat menemukan kemungkinan lain.
Ia memeluk Ariella, menepuk-nepuk punggungnya, menenangkannya, “Beri aku waktu dua hari lagi, setelah lewat dua hari, aku akan menemukan orang misterius itu.”
Henry sudah mendapatkan posisi tepat orang misterius ini, mengawasinya selama dua puluh empat jam, hanya tinggal mengajaknya bertemu.
“Siapa sebenarnya orang misterius ini?” Ariella tidak menemukan jawabannya.
“Dia hanya seseorang yang misterius,” Carlson memberinya jawaban abstrak, tidak seratus persen yakin itu adalah Fernando, ia tidak akan memberikan harapan kosong pada Ariella.
Melihat Carlson yang menganggap remeh, Ariella sangat marah, memelototinya sambil berkata, “Aku sangat khawatir.”
“Tidak apa-apa.”
“Carlson!”
Ariella sangat ingin memukulnya, bagaimana ini?
Ingin memukulnya hingga anaknya sendiri, Riella kecil tidak mengenalinya.
“Sudah, aku menidurkan anak kita dahulu, kembalilah ke kamar dan tunggu aku.”
“Tidak usah, matamu baru saja membaik, istirahatlah, biarkan aku yang menidurkannya.”
“Mataku tidak apa-apa,” sudah lama sekali ia tidak menidurkan Riella kecil, hari ini gilirannya menjaga anak, sebenarnya masih ada hal lain yang ia pikirkan.
Malam ini, Riella kecil dibiarkan tidur di kamarnya sendiri, sudah lama mereka tidak melakukan hal besar yang biasa dilakukan pasangan suami-istri.
Riella kecil juga sangat pengertian, setelah ayahnya memberitahu ada hal penting yang harus dilakukan, ia justru kembali ke kamarnya sendiri dengan patuh.
Sebelum memejamkan matanya, Riella kecil menggumam, “Selamat tidur, Ayah!”
“Selamat tidur, Riella!” Carlson mengecup pipi Riella kecil, menemaninya hingga tertidur baru pergi.
Sembari berjalan keluar, Carlson mematikan seluruh lampu kamar, hanya meninggalkan sebuah lampu tidur untuk Riella kecil.
Sekembalinya Carlson ke kamar, Ariella sudah selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya.
Carlson berjalan ke arahnya, mengambil pengering rambut yang dipegang Ariella, menyuruhnya duduk di kursi meja riasnya, “Biar aku saja.”
“Kau tiduran saja dulu,” mata Carlson baru saja membaik, Ariella tidak tega melihatnya sibuk.
Carlson memaksa ingin mengeringkan rambut Ariella, pastinya Ariella tidak bisa menolak.
Tangan Carlson yang lentik bekerja sebagai sisir, menyisir lembut rambut Ariella sambil mengeringkannya.
Ia pernah mendengar seseorang berbicara, hubungan yang seperti ini tidak akan terpisahkan.
Sambil mengeringkan, perhatian Carlson bukanlah pada rambut Ariella, melainkan sosok Ariella yang memantul dari kaca, dengan wajahnya yang kemerahan.
Carlson tidak bisa menahannya dan menundukkan kepalanya, diam-diam menciumnya sambil memanggil namanya dengan dalam, “Ariella????”
“Hm?” Ariella menyahut dengan lembut. Hanya dengan mendengar suara lembut seksi milik Carlson, tanpa disadari wajah Ariella memerah kembali.
Carlson meletakkan pengering rambut, menggendongnya ke ranjang ????
Kamar ini sungguh panas, Carlson sedang menikmati kelembutan cinta yang telah lama tidak dirasakan, namun tidak tahu bahwa tidak jauh dari pintu kamarnya, Riella kecil terbangun.
Kamarnya hanya tersisa lampu tidur yang remang-remang, mungkin karena tidak ada siapapun yang menemani, Riella kecil tiba-tiba terkejut.
Ia membuka matanya, melihat segala di hadapannya hitam, trauma masa lalunya tiba-tiba saja menghantui pikirannya.
Ia pernah melihat begitu banyak orang jahat, mereka memasukkannya ke dalam tong dan menutupnya, Riella kecil tidak dapat melihat apa-apa, yang dirasakannya hanyalah ketakutan.
Ia terkejut hingga tubuhnya tidak berhenti gemetar, bahkan lupa untuk menangis, ia merangkak menuruni ranjang, membuka lebar matanya mengukur sekelilingnya sambil ketakutan.
Ia sangat sangat takut, takut orang-orang jahat datang dan menangkapnya lagi, memasukannya lagi kedalam tong, lalu membuangnya ketanah sampai terguling-guling.
Lalu di saat-saat yang paling ia takuti, ia melihat bayangan yang dikenalnya, yaitu abang Hansel yang begitu menyayanginya.
abang Hansel memukul mereka semua hingga lari ketakutan, menyelamatkan Riella kecil dari tangan orang jahat, membawanya pulang ke rumah, kembali ke sisi Ayah dan Ibunya.
Hansel menyalakan lampu kamar, sekejap menemukan Riella kecil yang bersembunyi di pojokan sambil bergetar, ia melangkahkan kakinya lebar-lebar menghampiri Riella kecil lalu memeluknya, “Riella, abang Hansel disini, jangan takut.”
“Abang Hansel ????” Riella kecil langsung tenang seketika abang Hansel memeluknya erat, lalu mulai menangis kencang.
“Riella, tidak apa, tidak apa, abang Hansel sudah disini,” Hansel mengelus kepala Riella kecil, menghiburnya perlahan.
Orang suruhan Sandoro menculik Riella kecil, mengurungnya didalam tong kayu, sejak saat itu gadis kecil ini sangat takut pada gelap. Ketika Ayah Ibunya belum pulang, pernah sekali ia sembunyi di sudut rumah, butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukannya.
Kala itu abang Hansel langsung menyadari Riella kecil takut kegelapan, jika lampu belum menyala dan tidak ada orang di sampingnya, Riella kecil akan ketakutan dan bersembunyi.
Abang Hansel tidak pernah menceritakan masalah ini kepada Carlson ataupun Ariella, karena setelah mereka kembali, mereka begitu memperhatikan Riella kecil, bersama Ayah Ibunya, Riella kecil tidak pernah lagi bersembunyi.
Malam ini ketika tahu Riella kecil tidur sendiri di kamarnya, Hansel diam-diam menjaga di luar pintu kamar Riella kecil, tadi ia menyadari sesuatu yang janggal, barulah masuk dan memeriksa.
Begitu masuk, ia mendapati Riella kecil tidak ada di ranjangnya, hatinya sedikit berat, anak ini pasti ketakutan sampai bersembunyi.
Benar saja, matanya mendapati Riella kecil bersembunyi di sudut kamar
Riella kecil menghapus air matanya, cemberut dengan sedih, “Abang Hansel, Riella takut, takut orang jahat!”
Hansel menghiburnya dengan lembut, “Abang Hansel menemani Riella, kalau orang jahat datang, abang Hansel akan memukulnya hingga lari, Riella bisa tidur dengan tenang.”
Riella kecil mengedipkan matanya, “Abang Hansel akan menemani Riella?”
Hansel mengangguk, “Pasti, abang Hansel akan terus menemani di sisi Riella, menjaga Riella, tidak akan membiarkan orang jahat datang lagi menyakiti Riella.”
“Riella tidak takut lagi.” Mendengar janji abang Hansel, Riella kecil tiba-tiba tidak merasa begitu takut lagi.
Hansel meletakkannya di atas tempat tidur, menarik selimut menutupi Riella kecil, “Riella tidurlah dengan tenang.”
Riella kecil memegang erat tangan abang Hansel, tertidur sekalipun tetap harus memegangnya erat, dengan begitu barulah ia bisa tidur dengan tenang.