Katanya sih tidak apa-apa, tapi mengetahui ayahnya sendiri dibunuh seperti itu, siapa yang bisa diam saja.
Untung saja Ariella memiiliki Carlson.
Disaat dia sedih, Carlson terus menemani di sisinya, menjadi sandarannya.
Walaupun Ariella sedih, tapi dia sangat menggunakan akal sehat.
Karena dia tahu kalau dirinya bersedih, Carlson akan mengkhawatirkannya.
Ayahnya juga pasti tidak ingin melihatnya bersedih, jadi dia memberitahukan pada dirinya sendiri untuk kuat, harus baik-baik saja.
Dalam perjalanan pulang, Ariella yang sudah lelah menangis pun bersandar pada Carlson dan tertidur.
Tidurnya tidak tenang, saat tidur tubuhnya terkadang akan gemetaran, terlihat jelas kalau dia sangat sedih, bahkan di dalam mimpi saja begitu tidak tenang.
Carlson menepuk punggungnya, seperti menenangkan anak kecil menenangkannya.
Dia berusaha keras untuk menyembunyikan hal ini darinya, namun tidak menduga Ariella mendengar kabar kematian Fernando darinya.
Dulu Ariella tidak pernah menunggunya pulang kerja, dia sama sekali tidak menduga Ariella akan tiba-tiba datang ke kantornya untuk menunggunya pulang kerja.
Jadi, masalah dibunuhnya Fernando pun diketahui olehnya.
Ariella sama sekali tidak ada persiapan diri, kabar ayahnya yang tidak mati tapi dicelakai orang itu pun begitu melukainya.
Saat itu, hatinya pasti begitu sakit, Carlson bisa mengerti.
Tapi apa gunanya dia mengerti, dia juga tidak bisa menggantinya merasakan rasa sakit ini.
Dia pernah mengatakan, akan melindunginya dan tidak akan membiarakannya terluka sedikit pun, tapi dia tetap membiarkannya terluka.
Memikirkan ini, tenaga Carlson memeluk Ariella tanpa sadar semakin kuat, dia bahkan berharap bisa membuat Fernando kembali hidup dan kembali ke sisi Ariella,
Saat sampai di rumah, Ariella masih belum bangun, Carlson duluan turun dari mobil, lalu dengan pelan menggendongnya turun dari mobil, barusan berjalan beberapa langkah, Ferdian menghalangi jalan mereka.
“Apa yang kamu lakukan padanya?” Ferdian menatap mata Ariella yang ada di pelukan Carlson merah dan bengkak, mengangkat kepala melihat Carlson dan dengan marah bertanya.
“Dia sudah tahu.” Carlson dengan dingin menjawab, lalu melewati Ferdian dan terus berjalan.
“Apa yang dia ketahui?” Ferdian membalikkan kepala, langsung menahan bahu Carlson bertanya, “Carlson, katakan dengan jelas.”
Ingin melepaskan tubuhnya dari Ferdian, Carlson dengan mudah bisa melakukannya, tapi dia sedang menggendong Ariella yang tertidur nyenyak, dia tidak ingin membangunkannya.
“Lepaskan tanganmu!” Carlson menatapnya dengan dingin.
“Carlson, kalau kamu berani menyakitinya, aku akan membunuhmu.” Ferdian mengepalkan tangan dan terus menahan Carlson.
Tebakan terhadap Carlson sudah menutupi sepasang mata Ferdian, dia yang sekarang selalu merasa Carlson adalah orang jahat.
2 hari ini dia terus berpikir, sebenarnya apa yang ada di balik topeng Carlson?
Begitu topengnya dilepaskan, dia yang berada di belakang topeng itu sebenarnya sekeji apa?
“Ferdian!” Carlson dengan nada rendah menjeritnya.
“Carlson, serahkan dia padaku.” Ferdian dengan marah berkata.
Ferdian tidak tahu kenapa Ariella menangis, sebagai kakak Ariella, dia ingin melindungi adiknya. Dan dia ingat dengan ucapan ayahnya sebelum meninggal, menyuruhnya untuk menyelamatkan Ariella dari tangan Carlson.
Dia yang sekarang menganggap Carlson adalah orang jahat, jadi begitu melihat Ariella bersedih, dia pun akan menganggap kalau Carlson pasti menyakitinya.
Pertengkaran mereka membuat Ariella yang ada dipelukan Carlson menggerutkan dahi, perlahan membuka mata dan sadar, “Ada apa dengan kalian berdua? Apakah kalian ingin bertengkar?”
Melihat Ferdian, dia pun teringat dengan masalah ayahnya yang meninggal, dan juga mengerti kenapa semalam saat Ferdian demam tinggi menangis memanggil ayahnya.
Ayah ada di rumah, namun malah ditanggkap dan dibunuh orang, dia pasti sangat merasa bersalah, Ariella dapat mengerti perasaannya.
Memikirkan itu, mata Ariella pun memerah: “Kak…..”
“Ariella, kamu tidak apa-apa kan? Apakah Carlson menyakitimu?” Melihat mata Ariella yang merah, Ferdian pun marah, menyodorkan tangan dan ingin merebut Ariella.
Gerakan Carlson lebih cepat, dia memiringkan tubuh dan menghindari tangan yang disodorjan Ferdian, dengan stabil menurunkan Ariella di lantai.
“Kak, aku tidak apa-apa.” Ariella menggelengkn kepala, lalu berkata, “Masalah ayah, aku sudah tahu.”
“Kamu sudah mengetahuinya?” Ferdian menatap Ariella, lalu melihat ke arah Carlson, “Carlson yang mengatakannya padamu?”
Dia yakin, Carlson pasti mengarang sebuah kebohongan pada Ariella.
Pembohong itu, menyuruhnya untuk jangan memberitahukan hal ini pada Ariella, tapi dia sendiri malah mengatakannya duluan.
Kalau begitu tujuan Carlson melakukan ini kemungkinan besar karena ingin menggunakan kesempatan ini untuk membuat Ariella percaya dengan kenyataan yang dia karang dan tidak alan percaya dengan kenyataan sebenarnya lagi.
Cara ini Carlson memang melakukannya dengan baik.
Ariella berjalan ke arah Ferdian, memegang tangannya: “Kak, lain kalau ada masalah apa, kamu harus mengatakannya padaku, tidak boleh menyembunyikannya dariku, tidak boleh memendam penderitaan itu sendiri. Aku adalah adik kandungmu, kalau kamu tidak mengatakannya padaku, kamu bisa mengatakannya pada siapa lagi?”
Ferdian memeluk Ariella: “Saat ayah hidup, dia paling tidak tenang dengan mu. Besok kita sama-sama pergi melihatnya yah.”
“Aku barusan pergi melihatnya.” Ariella mengedipkan matanya yang berlinang air mata, “Kak, tidak peduli bagaimanapun, kita harus mengubur ayah”
Ferdian adalah kakak yang sangat menjaga adiknya, apapun yang dikatakan Ariella, dia pasti akan mendengarnya dan juga merasa harus duluan mengubur ayahnya.
Saat Fernando masih hidup, dia pernah mengatakan pada Ferdian kalau dia ingin pulang ke Kyoto, jadi mereka berdua pun membawa kotak abu Fernando terbang ke Kyoto.
Dan Ferdian juga mengajukan untuk mengubur Fernando di samping makam ibu Ariella, selama hidup mereka berdua tidak bisa bersama, setelah mati mereka bisa saling menemani.
Mengenai ibunya sendiri, dia membiarkan mayat yang awalnya mereka kira adalah Fernando menemaninya.
Melihat 2 batu nisan yang dibangun, melihat 2 nama yang terukir di sana??ayah-Fernando.
Hati Ariella tetap begitu sakit.
Bukan rasa sakit yang mengerikan, tapi rasa yang dipikirkan saat ulat menggigit mereka, rasa sakit yang dengan perlahan masuk ke dalam tulang.
“Ayah, ibu….” Ariella sudah menahan begitu lama, tapi saat memsnggil atag dan ibunya, dia tetap tidak bisa menahan dan menangis.
Ibunya, sudah berharap seumur hidup, nama pria yang tidak berani dia ungkit sampai mati, akhirnya sudah kembali ke sisinya.
Tapi siapapun tidak menduga adalah dengan cara seperti ini.
Pasangan kekasih yang tumbuh besar bersama, karena Zeesha si binatang itu merusak segalanya, dan mulai dari saat itu kehidupan mereka pun mengalami perubahan besar.
Saat mengetahui identitas dirinya tang sebenarnya, Ariella pun terus berimajinasi.
Kalau Zeesha tidak melakukan hal yang begitu keji pada ibunya, mungkin takdir ayah dan ibunya akan berbeda.
Ibunya akan menikah dengan pria yang dia cintai, melahirkan anak demi pris yang dia cintai, hidup dengan bahagia seumur hidup, bukan setiap hari dipukul oleh suami dan melewati hari-hari dengan menangis.
Tapi sekarang semuanya sudah berakhir, semuanya sudah menjadi masa lalu, ibu dan ayahnya akhirnya sudah bersama.
Dan juga bersama selamanya, siapapun tidak bisa memisahkan mereka lagi.