Mendengar teriakan Efa, Darwin menebalkan alisnya: “Efa, cepat balik ke kamar, tidak ada urusan dengan kamu di sini.””Apa maksudnya tidak ada urusan dengan aku?” Efa pun datang untuk melindungi Rico, dia melihat ke Darwin, “Kamu mau menjahati tunangan aku, kamu bilang tidak ada urusan dengan aku?”
“Orang ini sejak kapan jadi tunangan kamu.” Raut muka Darwin menjadi dalam, matanya yang dingin itu menatap Rico yang ada di belakang Efa, “Bocah, cepat pergi, jangan membuat keributan di sini.”
Jangan berbuat apa-apa ke Efa yang belum sembuh, Darwin memberi peringatan ke Rico, meminta dia pintar sedikit, jangan mencari keributan.
Efa menghalangi di depan Rico, dan memberi peringatan: “Darwin, dia itu orang aku, jika kamu berani berbuat sesuatu dengan dia, kita lihat saja nanti.”
Darwin dengan marahnya berkata: “Bocah yang terlihat miskin seperti ini, dia apa cocoknya dengan kamu, mata kamu juga sehat, jangan aneh-aneh, cepat kembali istirahat, urusan di sini biar aku yang urus.”
“Mata aku memang ada masalah, tapi itu dulu. Sekarang, mata aku sangat sehat, bisa melihat dengan jelas.” Efa malas ribut aneh-aneh dengan Darwin, dia pun menarik Rico masuk ke dalam ruang pasien.
Rico memberikan tatapan provokasinya ke Darwin, seperti berbicara: sudah lihat kan pak kepala, dia bicara dengan mulutnya sendiri kalau aku itu tunangannya dia.
Darwin marah, tapi juga tidak dapat berbuat apa-apa, siapa suruh dia selalu menyuruhnya mencari pacar.
Sekarang dia sudah mendengar kata-kata dia, mencari seorang pacar, dan pacarnya juga sudah datang, ini sebenarnya apa!
Ada seorang penjaga yang bertanya: “Pak kepala, apa mau kita menarik keluar Rico?”
Darwin dengan marahnya berkata: “Sana! Coba kalian bawa dia keluar! Kalian semua sudah saya suruh untuk diperhatikan tapi kalian tidak perhatikan, cari masalah saja.”
Di saat ini membawa keluar Rico, Efa pasti akan mencarinya, luka dia belum sembuh, dia tidak mungkin berani untuk mencari masalah dengannya.
Di dalam ruang pasien, suasananya tidak mencekam seperti di luar tadi, sekarang suasananya menjadi sangat hangat.
Efa setengah menyenderkan badannya di ranjang, Rico duduk di sebelahnya, sambil memotong apel sambil berkata: “Efa, tunggu kamu sembuh, kita kembali ke negara A ya.”
Efa membuka mulutnya makan apel yang disuapi Rico, menganggukkan kepalanya, dan bicara dengan tidak jelas: “Aku semuanya dengar kamu, kamu mau bagaimana ya bagaimana.”
Rico mengulurkan tangannya mengelus kepalanya: “Baik, sekarang kamu fokus istirahat, hal lainnya biar aku yang urus, nanti kamu sudah sembuh keluar dari rumah sakit, kita kembali ke negara kita.”
Efa melihat dia dengan senyuman manisnya: “Sayang, walaupun aku lahir di negara A, tapi aku tidak pernah hidup di sana, aku khawatir aku tidak terbiasa.
Rico menepuk dadanya, dan berjanji kepadanya: “Tenang saja, ada aku, aku akan pelan-pelan mengajari kamu, kamu tidak perlu khawatir.”
Efa tersenyum: “Ya, ada kamu, aku tidak perlu khawatir.”
Di seberang ranjang ada sofa untuk istirahat, Darwin masuk dan duduk di sofa, sepasang tatapan yang gelap itu menatap mereka berdua, dan pura-pura tidak terjadi apa-apa dia menelepon orang lain: “ini aku, Darwin, nanti kita bikin janji main CS versi nyata. Sudah lama tidak pegang pistol, para bajingan itu mengira kita ini lemah.”
Ucapan Darwin ini sebenarnya diucapkan ke Rico, agar dia mengerti dia sedang di wilayah siapa, saat Efa tidak ada untuk melindungi dia, dia pasti akan membuatnya menderita.
Tapi Rico dan Efa tetap mengobrol dengan seru, mereka berdua seperti dari awal tidak melihat Darwin masuk.
Rico bicara dengan lembut: “Efa, aku sudah telepon beri tahu Ayah Ibu aku. Mereka sudah mendengar kalau aku sudah menemukan kamu, mereka sangat senang. Kalau saja aku tidak menghalangi, mereka mungkin sudah terbang ke sini mencari kamu.”
“Kamu bilang ke mereka terima kasih, tunggu aku sembuh aku akan kembali bertemu dengan mereka.” Setelah bicara Efa memberikan tatapannya yang manja.
“Efa…..”
“Ya…..?”
“Aku boleh mencium kamu tidak?”Efa menganggukkan kepalanya dengan malu, dan pelan-pelan menutup matanya.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Efa, Rico mengulurkan tangannya dan memegang pinggangnya, dia memiringkan badannya untuk menciumnya.
Setelah melihat sampai sini, jika Darwin bisa menahan dirinya, maka dia itu bukan Darwin.
Dia bangun dari duduknya, lalu dia secepat angin menghalangi mereka berdua dan dia menggunakan tenaganya untuk mendorong Rico: “Kalian berdua menganggap aku mati ya?”
“Darwin, kamu kapan datangnya?” Efa mengedipkan matanya, tatapan matanya juga seperti tidak berdosa, sepertinya mereka benar-benar tidak melihat Darwin daritadi duduk di sebelahnya.
“Pak kepala, kamu masih punya hobi untuk mengintip orang lain ya.” ucap Rico.
“Rico, jangan bermain-main denganku ya.” Teriak Darwin, “Hercel, cepat antar Rico, harus hati-hati jangan sampai dia tertabrak mobil.”
“Darwin, kita lihat nanti saja, suatu hari kamu pasti akan jatuh di tangan aku.” Rico beberapa waktu ini di Pasirbumi merasakan rasanya dibuli.Dipikir-pikir identitas dia di negara A, walaupun tidak terhormat seperti tuannya, tapi dia juga berasal dari keluarga kerajaan, siapa yang berani menyentuh dia.
Tapi di tempat seperti Pasirbumi, Darwin mau mengusir orang dapat dilakukan dengan mudah, dia benar-benar tidak bisa menolak.
Melihat Rico ditarik keluar, kecepatannya itu membuat Efa tidak sadar, dia seharusnya melindungi dia, setelah dia tersadar, Rico sudah ditarik keluar.
Ditarik ya ditarik saja, lagipula mereka berdua hanya sedang bermain, tujuan permainannya sudah tercapai, dan permainan utamanya baru saja akan dimulai.
Efa meregangkan pinggangnya, tanpa melihat Darwin: “Darwin, kamu juga mundur dulu aku mau istirahat.”
Darwin dengan wajahnya yang gelap duduk di sampingnya dan tersenyum: “Istirahat? Barusan bukannya mau dicium orang, belum juga dicium sudah mau tidur, kamu bisa tidur?”
“Kamu sudah mengusir tunangan aku, tidak ada yang bisa menemani aku main cium-ciuman, aku sekarang cuma bisa tidur, kalau sudah tidur aku tidak perlu memikirkan apa-apa.”
Suara Efa belum terdengar, Darwin langsung mendorong punggung Efa ke arahnya, lalu dia menciumnya dengan ganas…..
Oh, no……
Dia bukan menciumnya, tapi menggigitnya.
Tenaga Darwin memang sudah besar, dia langsung menggigit bibirnya Efa seperti singa memangsa yang sangat ingin menelan Efa ke perutnya.