Saat makan, adalah suasana kebahagiaan mulai berakhir.
Ketika berpisah Yaya memberi Oriella sebuah pelukan, “Aku tidak menyembunyikan darimu, aku pergi ke perusahaan Aces Group demi mengejar abangmu. Tapi entah hubungan aku dan abangmu seperti apa, aku berharap kita akan menjadi teman selamanya.”
Oriella tertawa dan berkata, “Kak Yaya, tentu saja, asal kau tak menyalahkanku, selamanya kamu akan menjadi temanku.”
Sebelumnya, Oriella masih sedikit khawatir, khawatir apabila Yaya terlalu gegabah tak ada hasil akhir dan menyalahkannya. Saat ini Yaya sudah berkata deikian, berarti sudah hilanglah khawatiran Oriella.
Ketika di perjalanan balik, Oriella berteriak, ketika ia datang ke negara A sesuatu penghargaan adalah bisa mengenal Yaya dan tiga orang itu.
Sekarang di dunia yang penuh dengan kegelapan, bisa berteman dengan 3 orang yang polos seperti itu sangat susah di dapat.
“Oriella??.”
Mendengar suara tersebut yang memanggil .namanya, Oriella mengangkat kepala, ia melihat di depan lift ada Keluarga Sutedjo, Diego.
Melihat anak umur 7 tahun berada di sini, Oriella sedikit aneh, ia mencubit pipinya, “Anak kecil, aku lebih tua dari kamu, kamu harus panggil aku kakak, tak boleh lansung panggil aku nama.”
Diego sedikit bimbang, “Oriella, secara garis keturunan, aku lebih tua.”
Oriella dengan tenaga kuat mencubitnya, “Dasar anak kecil, kamu adalah anaknya tanteku, jadi kamu adik iparku, apa yang di maksud garis keturunan lebih tua atau tidak, minta di tabok.”
Diego menjawab, “Ayahku adalah pamanmu, menurutmu, aku lebih tua atau tidak?”
Oriella, “????.”
Anak ini masih 7tahun, tapi logikanya sangat kuat, sungguh tak bisa dengan mudah mengabaikannya.
Oriella mengelus kepalanya dan berkata , “Hubungan yang terlalu komplikasi. Sudahlah, aku lihat kamu masih anak kecil, aku tak perhitungan denganmu.”
“Apa yang dimaksud dengan tidak perhitungan?” Diego tak bersedia dia membiarkannya, memaksanya untuk berargumen satu sama lain.
“Makanya kamu anak laki-laki yang perkasa, boleh tidak untuk tidak perhitungan ku, panggil aku kakak ya?” dia tak ingin Oriella mengalah, tapi Oriella sangat senang utnuk mengalah.
Diego menjawab, “Ayahku tidak salah, anak dari keluarga Tanjaya suka sekali meremehkan Keluarga Sutedjo.”
Dia suka berebut permen dengan Ibunya, keluarga Tanjaya kurang lebih sama dengan Ibunya, sepertinya masih Oriella yang terlihat sangat manis.
Mereka melindungi diri dari muka yang polos tak berdosa dan melenyapkan laki-laki Keluarga Sutedjo.
“Heh, anak kecil, ternyata Ayahmu begini ngajarin kamu.” Efa tiba-tiba keluar, ia menepuk otak anak itu, wajahnya sangat kesal.
Diego menggosok kepalanya dan mencoba menghindar dari Ibunya,”Ibu, main kabur dari rumah lagi ya, kamu gak merasa bosan kah, aku saja sudah merasa bosan. Aku rasa Ayah sudah bosan, hati-hati aja suatu saat Ayah akan dengan jahat tidak memperdulikanmu lagi.”
Efa menaruh kedua tangannya di pinggang pura-pura marah dan berkata, “Dasar anak kecil, kalo kamu bosan silahkan pulang duluan, jangan ikut-ikut aku terus melawan ku, kalau kamu melawanku sekali lagi, aku akan menjualmu.”
Diego berkata dengan pelan, “Ibu yang tidak punya perasaan. Tapi tak bisa salahkan kamu, karena aku masuk rahim mu terlalu cepat, tidak bisa membedakan.”
Efa, “Dasar anak kecil, kamu benci Ibumu yah.”
Diego, “Aku mana berani membencimu.”
Efa, “Yah, boleh juga.”
Diego mengeluarkan senjata tambahan, “Kalau boleh, ingin mengganti Ibu yang lemah lembut, penuh kasih sayang seperti Oriella besar.”
Efa marah, “Dasar, kamu??.. kamu jangan ikut aku lagi, aku tak akan mau mengakui kamu sebagai anakku.”
Diego menambahkan, “Bagus, aku juga tak ingin orang tau kamu Ibuku.”
Efa, “????.”
Di marahi oleh anak sendiri rasanya????..
Perbedaan umur 30 tahun lebih, yang satu baru 7 tahun ternyata bisa berkelahi hingga segitu lama, Oriella sangat kagum sekali dengan mereka.
Kira-kira ibu anak tersebut menghabiskan 1 jam setengah untuk berkelahi tapi belum juga selesai, akhirnya Oriella berdehem, “Tante, Diego, kalian kelahi saja, aku pulang dulu.”
“Oriella, kamu tak boleh pergi, kamu harus jadi wasit kami.” Kali ini mereka sangat kompak sekali.
“Ok, aku tak pergi.” Oriella tau akhirnya akan seperti ini dan berkata, “Karena ibu dan anak sudah kabur dari rumah dan sampai d sini, ayok ikut bersamaku ke rumahku.”
“Masih Oriella yang paling baik.” Efa memeluk Oriella dan mencubit pipinya, “Yuk kita ke rumahmu.”
Sesampainya di rumah,Oriella memberikan mereka minum dan bertanya, “Tante, kali ini paman kenapa marah denganmu?”
“Efa minum air dan menjawab, “Tebak deh.”
Oriella berfikir dan menjawab, “Kamu mengira dia punya selingkuhan lain?”
Efa menatapnya dengan kesal, “Tebak lagi.”
Oriella berfikir lagi dan menjawab, “Tante, Kamu pikir dia tidak semesra dulu lagi?”
“Tebak lagi.”
“Dia gak suka karna kamu emosian?”
“Semuanya bukan.”
“Itu apa?” Oriella tidak bisa menebak, karena setelah ia lihat, tantenya keluar dari rumah alasannya sangat aneh, tentu saja diluar dugaan dia.
Efa menaruh gelas dan berkata, “Dia berbohong.”
Oriella sedikit meragukan, “Om kenapa menipumu, menipu apaan?”
Efa menutup mukanya dan menjawab, “Darwin laki-laki itu bilang kulitku dibandingkan ketika umur 18 tahun jauh lebih bagus.”
Efa mengatakan demikian, ia duduk di samping Diego yang kesal, Ibunya itu adalah makhluk paling aneh.
Ayahnya berkata demikia tentu ingin memuji diri sendiri kulit istri nya sangat bagus, tak tau kenapa di otak ibunya seperti kemasukan air danau, sampai marah terus kabur dari rumah.
Ayahnya itu sungguh memendam seorang wanita yang suka ngajak ribut kalau ia menikah dengan istri yang lebih???? tidak, dia tak mungkin menikahi istri yang tak bernorma seperti itu, dia butuh seorang istri yang lemah lembut, baik hati yang bisa menyokong rumah dengan baik.
Sama juga, respon Oriella dengan si kecil Diego kurang lebih kaget dan berkata, “Tante, Paman sedang memujimu loh, kamu ingin pergi ke mana?”
“Bukannya aku ingin pergi ke mana, tapi Darwin si tua itu sedang kehilangan aku.” Efa menggandeng Oriella dan meletakkannya di mukanya dan berkata, “Oriella, kamu harus mengelus mukaku, mukaku gimana?”