“Carlson, kamu kira aku datang ke kantor cari kamu, karena takut kamu lari dengan perempuan lain?” Tanpa perlu Carlson menjawab, Ariella sudah tahu jawabannya dari ekspresi Carlson.
Pria ini memberikan ekspresi yang menggambarkan seakan kedatangannya seakan karena takut dia kabur dengan wanita lain, Ariella kesal hingga ingin sekali memukulnya, membuat wajahnya babak belur!
Bagaimana mungkin ada pria yang sebegitu tidak jelas ini?
Salah!
Bagaimana mungkin ada pria yang sepede ini?
Apakah dia merasa didunia ini dia yang paling ganteng dan seluruh wanita mengejarnya?
Ia ingin sekali memberitahunya ?C Bukan!
Tetapi sepertinya benar juga.
Pria ini memang disukai banyak wanita, walaupun sok cool bagai es, seakan bisa membeku ketika mendekatinya, tetapi masih banyak orang yang menggelilinginya.
Ia melihat dia, semakin melihat semakin merasa pria ini memang betul sangat ganteng, kemampuan membuat orang kesal memang nomor satu.
Sudahlah!
Ia tahu bahwa dia tak pintar dalam berbicara, ia juga malas untuk meladeninya, Ariella berusaha untuk menarik nafas panjang dan mengontrol diri tidak emosi pada Carlson.
Tok Tok ?C
Terdengar suara ketuk pintu, Carlson belum sempat meminta orang tersebut masuk, tetapi orang tersebut sudah dengan tidak sopan langsung masuk.
Tentu saja, yang berani melakukan itu selain Oriella, tak ada lagi yang lain.
Melihat ibunya juga ada didalam kantor, Oriella tertegun, lalu dengan cepat berjalan mundur: “Ayah, Ibu, kalian lanjutin aja pacarannya, anggap aja ngga lihat aku.”
“Lari kemana kamu, aku bukan datang untuk melihat Ayah mu, aku datang untuk melihat gimana kerjaan kamu.” Untung saja Oriella datang, kalau tidak mungkin ia sudah akan menghajar Carlson.
“Ibu, tadi yang datang itu adalah Oriella yang palsu, jadi anggap aja ngga lihat.” Tanpa memikirkan omongan ibunya, Oriella dengan cepat berjalan kearah luar, ketika akan menutup pintu, tiba-tiba ia teringat untuk berkata: “Ayah, nanti sore aku ada janji, jadi datang untuk minta izin setengah hari, mohon untuk di approved.”
“Kalau aku ngga approve kamu ngga pergi kencan?” Putri dia ini tidak pernah demi ayahnya dan tidak memperdulikan pacarnya.
“Ayah. Kamu yakin ngga approve?” Oriella mengedipkan kedua mata, melihat Ariella yang ada disamping Carlson, memasang bola mata yang berbinar-binar.
Dia memasang muka kasihan, tanpa perlu ia berkata apapun, hanya perlu ibunya yang memberikan tatapan pada ayahnya maka semua akan teratasi.
Hanya saja, ntah hari ini hanya perasaan dia saja atau memang benar, dia merasa ibunya sedang marah pada ayahnya, tetapi ayah masih tidak merasa.
Ternyata meskipun ibunya sedang marah dengan ayahnya tetapi dia tetap membantunya, dengan satu tatapan, ayahnya langsung menganggukan kepala dan memberikannya izin setengah hari.
“Makasih Ayah Ibu! Aku sayang kalian!” Mendapatkan persetujuan dari ayah, Oriella langsung berlari pergi tanpa menghadapkan kepala lagi.
Oriella lari semakin cepat, Carlson semakin tidak senang dengan pria yang merebut dia, susah payah dia membesarkan putrinya puluhan tahun, kenapa harus membiarkan orang lain merebut anaknya.
Dia menghadap samping melihat Ariella, seakan ingin mencari sedikit hiburan darinya, tetapi Ariella menatap dengan mata sinis, tanpa bersuara dan pergi meninggalkan Carlson sendiri.
Apakah dia hari ini mengatakan sesuatu yang salah hingga membuat Ariella marah?
Dia terus memikirkannya, tetapi tidak terpikirkan olehnya, jadi dia menyimpannya dalam hati.
Yang pada akhirnya menyebabkan Direktur Carlson memasang muka yang tidak senang saat rapat dan para karyawan tegang selama rapat dimulai.
……
Setelah mendapatkan izin, Oriella dengan cepat mengganti baju kerjanya, lalu mengenakan gaun cantik hitam putih.
Bentuk badan dia yang kecil membuat gaun yang ia kenakan sangatlah indah, seperti gadis kecil yang menawan.
Dia berjalan keluar dari gedung Aces, selama perjalanan semua orang melihat kearah dia, tentu saja dia sudah terbiasa karena sejak kecil hingga dewasa semua orang suka menatap dia dengan tatapan tertarik, jadi dia tidak pernah menghiraukannya.
Tetapi pria yang menunggunya cukup lama didepan, langsung menariknya kedalam pelukan, dengan kuat memeluknya dan seakan memberitahu semua orang bahwa wanita ini miliknya, siapapun dilarang untuk melihatnya.
Dia memeluknya dengan sangat erat, membuat ia kesulitan untuk bernafas, lalu ia berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan: “Tuan Ravindra, apakah kamu sudah menunggu lama?”
Dia seharusnya sudah menunggu lama, bahkan sudah tak sabaran makanya ketika ia keluar dia langsung memeluknya dengan sangat erat dengan tenagannya yang kuat itu.
Tanpa menjawabnya, dia langsung membawa Riella masuk ke dalam mobil lalu melihatnya: “Lain kali ngga boleh pakai baju kaya gini.”
“Ah, aku pakai kayak gini jelek ya?” Dua hari yang lalu ia masih sengaja mencoba mengenakannya dan memperlihatkan pada Bibi kecil, Bibi kecil setelah melihatnya terus-terus memujinya hingga ia merasa malu sendiri, apakah selera Abang Hansel dan Bibi kecil berbeda?
“Bukan jelek.” Terlalu bagus, sampai dirinya ingin memakannya, tidak tahu apakah orang-orang yang melihatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya.
“Abang Hansel, kalau ngga jelek berarti bagus dong?” Melihat Abang Hansel menganggukkan kepala, Oriella senang bukan main, lalu mencium bibir dia dan segera melepaskannya, “Abang Hansel, seumur hidupku, aku sudah memastikanmu sebagai pendamping hidupku, jadi jangan sembarang cemburuan lagi sama orang lain ya?”
Dulu Abang Hansel adalah orang yang memiliki kekuasaan terbesar di negara A, sekarang dia seperti laki-laki muda yang sedang cemburu dengannya, tentu saja senang bukan main.
“Apa maksudnya sembarang cemburuan, aku ini benar-benar cemburu.” Ravindra memeluknya lalu menundukkan kepala menciumnya “Aku demi kencan sama Nona Oriella sudah sengaja mengundur semua kerjaan. Karena ingin melewati dunia kita berdua, masa aku ngga boleh cemburu?”
Mendengar dia mengundur semua kerjaan, Oriella panik: “Abang Hansel, demi aku kamu mengundur semua kerjaanmu? Ngga baik kalau gitu, perusahaanmu baru saja mulai stabil di Kota Pasirbumi, kamu ngga boleh cuma karena aku malah mengundur pekerjaan.”
Ravindra mencubit hidungnya dan berkata: “Riella, walaupun prestasi Serta Arum memang belum seperti Aces, tetapi juga ngga perlu aku tiap hari harus duduk di kantor.”
Oriella menggaruk-garuk kepala: “Aku kan khawatir kamu.”
“Ngga perlu khawatir.” Miguel memegang kepalanya, menundukkan kepala dan menciumnya hingga wajah merah padam baru dia pelan-pelan lepaskan, lalu mencubit pipinya yang merah merona dan bertanya: “Riella, suka?”
“En.” Ia menganggukan kepala, lalu pelan-pelan memasuk kedalam pelukannya, “Abang Hansel, dari dulu aku ngga berani berkhayal ada suatu hari kita bisa kencan seperti pasangan biasa yang lainnya.”
Demi Riella, dia memang sudah berkorban sangat banyak, ia merasa terharu dan bersyukur.
Tapi ia malah tidak tahu, selama ia berada disamping dia, kekuasaan uang kekayaan apapun bagi dia semua tidak berharga.