“Besok adalah hari anak, tapi ayah dan ibumu meninggalkan kamu sendiri di rumah, apakah itu baik?”Ini sudah ke sekian kalinya Efa berkata itu di depan Riella kecil, setelah berkata seperti itu, dia menghela nafas, seperti merasa sangat buruk.Efa tadinya sedang berpikir cara mengalahkan Darwin, tapi tiba-tiba menerima telfon dari kakak patung, menyuruh dia pulang dan menjaga Riella.
Walaupun dia menyukai Riella, tapi kalau menganggu dia mengejar Darwin siapapun yang dia harus temani, dia tidak aka senang.
Kakak dan kakak ipar sudah punya anak, waktu untuk bersama pasti sangat banyak, mengapa harus menyusahkan dia yang jomblo ini.
“Bibi, Riella tidak suka medengar itu.” Bibi sudah mengoceh begitu lama, Riella merasa telinga dia sudah mau tumbuh kutu.
Dia akhirnya memutuskan untuk mencari abang Hansel, menyuruh abang Hansel menemani dia tidur, dia tidak mau ditemani bibi.
Riella meluncur turun dari sofa, jalan dengan langkah yang kecil, seperti orang dewasa dan pergi mencari abang Hansel.
“Riella, apakah kamu juga menganggapku tidak baik?” Efa mengejar dan menggendong Riella, lalu berkata lagi: “Riella, kamu temani bibi, kalau tidak pasti aku bisa berjamur.”
“Baiklah bibi, Riella memaafkan kamu.” Riella memutuskan untuk memaafkan dia, bibi tidak mengerti, dan dia tidak boleh ikutan.
Efa menggendong Riella dan mencium dia: “Terima kasih sayang, memang kamu yang paling baik kepadaku, nanti kalau tidak ada yang suka kamu saat kamu dewasa, bibi juga akan menemani kamu.””Bibi, Riella tidak mau.” Riella memutuskan mau mengabaikan bibi, bagaimana boleh dia bicara seperti itu.
Dia begitu lucu, tidak mungkin tidak ada yang suka dia. Perkataan bibi sama sekali tidak enak didengar, Riella tidak mau ada bibi lagi.
Efa mencubit wajah Riella, dengan tertawa berkata: “Bibi hanya bercanda, kamu begitu lucu dan cantik, pasti banyak yang menyukaimu saat kamu dewasa, tidak mungkin tidak ada yang suka.””Bibi, sepuluh ribu sebanyak puluhan ratus.” Riella mengulurkan tangan, dengan manis tersenyum: “Bibi, berikan uang.””Sepuluh ribu sebanyak puluhan ratus itu berapa?” Efa menghitung dan masih tidak mengerti, lalu menusuk jidat Riella: “Pecinta uang, kamu catat dulu utangnya, saat kamu dewasa bibi pasti membayar kamu.””Nyonya, tuan besar sudah datang.” Nurmala penjaga rumah buru-buru melapor.
Mendengar Kakek datang, Efa sangat senang berkata: “Kakek sudah sampai mana?””Efa.” Suara kakek terdengar jelas dari depan pintu.
“Kakek, kamu sudah datang.” Efa melompat, lari ke kakek dan memeluknya, “Kakek, Efa sangat merindukan kamu.”
Kakek mengelus kepala Efa dan berkata: “Sudah beberapa bulan tidak bertemu Efa-ku, kamu tambah cantik saja.”
Efa tertawa: “Kakek, Efa juga tahu kalau diriku cantik, tapi kamu tidak usah memujiku seperti itu. Kalau kamu puji lagi aku bisa sombong.”Kakek tertawa terbahak-bahak: “Kamu adalah kesayangan kita semua, memangnya kenapa kalau kamu sombong?”Efa juga orang yang lumayan tidak mudah malu, tapi setelah dipuji kakek seperti itu dia jadi sedikit malu, dia cepat-cepat mengalihkan pembicaraan: “Kakek, kamu jangan hanya melihatku, masih ada Riella.”Efa pergi menggendong Riella: “Kakek, kamu cepat lihat, dia lebih mirip kakak atau kakak ipar?”Kakek melihat Riella ingin mengulurkan tangan dan pegang dia. Tapi sebelum tersentuh, Riella sudah menangis dengan keras.
“Sayang, kamu kenapa? Ini adalah kakek buyut, bukan orang jahat, jangan takut.” Efa cepat menenangkan Riella.
Riella sudah banyak bertemu orang asing, tapi tidak pernah lihat dia takut akan asing. Efa tidak sangka Riella bisa menangis begitu parah saat melihat kakek .
“Riella mau papa, mau kakak Ariella, tidak mau kakek buyut…” Riella menangis dengan sangat sedih, sambil menangis sambil panggil papa, dia tidak mau kakek buyut.
“Kakek kamu jangan sedih ya.” Efa sambil menenangkan Riella sambil berkata ke kakek : “Anak kecil mudah lupa, saat imlek dia pernah bertemu denganmu, setelah beberapa bulan mungkin dia sudah lupa.”Kakek tertawa dan berkata: “Efa, apakah kakek orang yang seperti itu? Kakek sudah berumur 80 lebih, mana mungkin marah dengan cucu buyut sendiri.”
“Riella mau papa…” Riella masih nangis dengan sepenuh tenaga, sampai senja pun masih menangis.
Efa mencium Riella. Dan menasehati dia: “Riella sayang, papa pergi kerja, setelah selesai papa akan pulang temani Riella.”
Kakek berkata: “Efa, kamu bawa dia naik dulu saja, biarkan dia tidur, nanti kakek ingin bicarakan sesuatu dengan kamu.”Efa merasa bingung lalu berkata lagi: “Kakek, kamu belum makan malam kan. Aku suruh Nurmala siapkan.”
Efa menggendong Riella ke lantai atas, setelah tidak melihat kakek , Riella langsung berhenti menangis, dia mengusap air mata dengan tangan kecil dia, dengan kasihan berkata: “Riella tidak mau kakek buyut.”
“Riella, itu adalah kakek dari ayahmu dan bibi, dia adalah orang yang sangat baik, dan dia juga menyukai kamu, kamu mengapa tidak suka dia?”Efa benar-benar tidak mengerti apa yang dipikirkan bocah itu, mengapa bisa tidak menyukai kakek yang begitu baik?
Tapi benar juga, dia masih kecil Efa tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, dan hari sudah malam, lebih baik dia suruh Riella tidur dulu.
….
Di ruang tamu lantai satu, menuangkan teh untuk kakek.
Kakek menyuruh mereka pergi, setelah mereka pergi asisten kakek maju 2 langkah, dan berkata kepada kakek dengan pelan: “Tuan, agar tuan muda tidak terus mencari tahu, cara ini adalah yang paling baik dan juga paling mudah.”
Kakek melirik asistennya, dengan dingin berkata: “Dolvin, tidak peduli anak itu dekat denganku atau tidak, dia tetap anak keluargaku. Kamu berani sentuh anak keluarga ?”
“Saya yang tidak tahu batas.” Asistennya mengepalkan tangan dan mundur.
Tiba-tiba dia tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran pria tua ini, mengapa tidak selesaikan masalah dengan cara dia?