Sejak kapan kamu menjadi begitu pandai berbicara?
Tiba-tiba mendengar Ariella berkata, Carlson pun merasa senang, ucapannya lagi-lagi membuktikan bahwa dia sudah mengingat masa lalu.
Walaupun Ariella tidak memberitahukannya kalau ingatannya sudah kembali, tapi Carlson bisa merasakannya, terutama dari percakapannya dengan Zeesha.
Jika Ariella hanya pergi bernegosiasi dengan Zeesha sesuai dengan jebakan yang sudah mereka bicarakan duluan waktu itu, dia masih belum teringat masa lalunya, emosinya tidak akan begitu tidak stabil.
Ariella begitu marah pasti karena ada perasaan di dalamnya. Jika hanya dari mendengar masa lalu yang dia katakan padanya, bagaimana mungkin Ariella terlihat begitu menghayati.
Carlson tahu ingatan Ariella sudah kembali, dalam hatinya sangat senang, namun dia pura-pura tidak mengetahuinya.
Jika Ariella tidak ingin memberitahunya, maka dia akan menunggu lagi, menunggu sampai saat Ariella ingin mengatakan padanya, dan dia juga percaya kalau dirinya tidak akan menunggu lama.
Carlson duduk di sisi Ariella, menunduk dan mencium dahinya, berkata: “Ariella, seumur hidup ini kamu jangan memikirkan untuk melarikan diri, seumur hidup ini kamu adalah Ariella milikku.”
“Aku bukan milikmu.” Wajah Ariella tanpa sadar memerah, menyodorkan tangan dan mencubit pinggang Carlson.
“Bukan milikku, jadi kamu ingin menjadi milik siapa?” Carlon tersenyum dan mencium bibirnya, perlahan berkata: “Beritahu aku, apakah ada pria lain yang pernah menciummu seperti ini?”
Padahal Carlson tahu tidak ada, dia hanya ingin bercanda dengan Ariella, dia mana mungkin tahu setelah Ariella mendengar ini pun berkata: “Ada. Serigala yang lebih hebat berciuman dari pada kamu.”
“Bajingan mana itu!” Carlson langsung terlihat marah, memikirkan istrinya berciuman dengan orang lain, dalam hati ingin membacok orang itu.
Ariella tersenyum, “Kebetulan dia juga bermarga Tanjaya, tampangnya juga ganteng, tubuhnya juga sangat seksi, hanya saja dia tidak begitu cerewet sepertimu.”
Anak ini padahal sedang memujinya, memikirkan dirinya begitu sempurna dimata Ariella, Carlson pun merasa sangat senang, mendekati telinga Ariella berkata dengan halus: “Sijahat, kamu sudah menjadi jahat.”
Nafasnya yang hangat mengenai telinga Ariella, dia pun merasa geli dan memasukkan lehernya, dengan suara kecil: “Hanya memperbolehkanmu menjadi jahat, aku tidak boleh?”
“Tentu saja boleh, kamu ingin menjadi betapa jahat juga boleh. Kalau tidak tahu bagaimana menjadi jahat, aku bisa menjadi gurumu, mengajarimu bagaimana menjadi jahat.” Carlson semakin dengan serius mengatakan hal yang tidak benar.
Setelah mendengar ucapan Carlson, Ariella pun tidak tahan dan tertawa.
Carlson tetap adalah Carlson yang dia kenal, dihadapan orang-orang dia sangat jarang berbicara, hanya dihadapan mereka ibu dan anak dia akan menjadi lembut, sudah bisa mengatakan ucapan gombal yang dulunya walaupun dipukul sampai mati dia juga tidak akan mengatakannya.
“Riella kecil sudah 3 tahun lebih, sudah seharusnya membiarkannya belajar tidur sendiri. Tidak mungkin selalu membiarkannya menjadi penghalang kita.” Carlson tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.
Ariella pun menyindirnya, dengan tidak puas berkata: “Dimana Riella kecil tidur maka aku akan tidur dimana.”
Dia barusan saling mengenal dengan anaknya, dia bahkan ingin memasukkkannya ke perutnya dan bersama setiap hati, mana mungkin dia tega membiarkan Riella kecil tidur sendiri.
Tidak tega pada putrinya, jadi hanya bisa menyulitkan tuan Carlson untuk menahannya.
Tuan Carlson yang menyedihkan, malam hari hanya bisa memeluknya namun dipaksa melewati kehidupan biksu.
Ariella menahan tangan Carlson yang mulai bergerak di perutnya, dan mengangkat tangan Carlson, berkata: “Carlson, apakah kamu tidak merasa cincin di tanganmu ini sangat jelek?”
Dia harus memikirkan cara mengambil kembali cincin ini dan memeriksanya, kelihatannya barang yang diinginkan kakek Tanjaya ada di cincin ini.
“Tidak.” Barang yang diberikan Ariella padanya, Carlson mana mungkin merasa jelek.
Ariella lalu berkata: “Aku lihat kamu selalu memakainya, sudah kusam. Bukalah, besok aku bawa untuk di cuci, dengan begitu mungkin akan lebih bagus.”
“Baiklah, kalau begitu aku serahkan urusan yang penting ini padamu. Istriku.” Carlson sama sekali tidak curiga padanya, dia pun melepaskan cincin dan memberikannya pada Ariella.
Masalah Zeesha untuk sementara sudah berakhir, belakangan ini Ariella juga sangat bosan, membiarkannya sedikit sibuk, dia juga tidak akan selalu berpikir yang tidak-tidak.
……
Musim panas benar-benar adalah musim yang selalu berubah-ubah.
Sebelum mengganti pakaian Ariella pun memakai sunblock, saat ini dia sedang mengganti baju dan bersiap-siap untuk keluar, sekarang sedang ada petir dan juga hujan.
Tapi dibalik angin dan hujan, tidak bisa menghalanginya menyelidiki kenyataan akan kecelakaan ayahnya, dia ingin pergi menemui Ferdian, kakak kandungnya.
Masalah ayah, Ferdian seharusnya lebih jelas darinya, jadi dia pun mengajaknya bertemu, mereka kakak beradik sama-sama berusaha pasti bisa mendapatkan petunjuknya.
Asalkan bisa mendapatkan petunjuk yang bisa membuktikan bahwa tuan besar Tanjaya yang membunuh ayahnya, tidak peduli menggunaka cara apa, dia akan membawanya ke jalan hukum.
Tempat dia mengajak Ferdian bertemu ada di luar kota kota Pasirbumi, disebuah komplek dekat mewah dekat Aces Real Estate.
Dia sama sekali tidak menghabiskan uang untuk rumah ini, ini adalah pemberian dari Carlson, Ferdian juga benar-benar polos, Carlson mengatakan ini untuknya, dia pun dengan berani menerimanya.
Ferdian tahu Ariella akan datang, dia pun mencari petugas pembersih untuk membersihkan rumahnya yang kacau ini, dia selalu merasa harus memberikan kesan baik pada adiknya.
Setelah selesai dibersihkan, dia pun menunggu Ariella di sekitaran komplek.
Melihat mobil mereka sudah tiba, Ferdian pun menyambut Ariella dengan membuka pintu mobilnya, dengan tersenyum berkata: “Sekarang aku seharusnya memanggikan nona Ariellla atau nyonya Carlson?”
Ariella membuka mata dengan besar: “Hanya ada kita berdua, kamu tidak perlu berpura-pura lagi.”
Ferdian pun memeluk Ariella, memeluknya dengan erat, berkata: “Adik kandungku, selamat datang.”
“En, terima kasih kamu selalu mencariku.” Ariella pun menarik nafas dari hidung, berkata, “Kak, aku benar-benar harus berterima kasih padamu.”
“Kalau tahu aku adalah kakakmu, maka jangan sungkan padaku.” Ferdian pun menarik Ariella, kakak beradik kandung mana perlu begitu sungkan.
Ferdian pun membawanya pulang ke rumah, dengan senang berkata: “Ariella, ini adalah rumahku di kota Pasirbumi, tentunya adalah rumahmu juga. Ingat, lain kali jika Carlson menyakitimu, lari ke sini, biar kakak yang menghabisinya. Lihat kamar itu, itu disiapkan khusus untukmu.”
Ariella membuka mata dengan besar berkata: “Mana ada kakak sepertimu, apakah kamu berharap aku dan adik iparmu tidak cocok.”
“Anak ini.” Ferdian pun sangat disalah pahami, dia mana mungkin berharap hal tidak baik terjadi pada adiknya, dia ingin memberitahukan adiknya, dibelakangnya masih ada kakaknya yang bisa dia harapkan.
“Aku tahu kamu demi kebaikanku, aku hanya bercanda denganmu.” Ariella menarik lengan Ferdian, tersenyum padanya, “Kamu adalah kakakku, tentu harus lebih mengalah padaku.”
“Ucapan ini kakak sangat suka, lain kali aku akan lebih mengalah padamu.” Saat berbicara, Ferdian pun sambil menuangkan air untuknya, lalu berkata, “Apakah kamu ingin melihat-lihat rumahku atau ingin langsung mengatakan masalah penting?”
Rumah cepat atau lambat pasti harus di lihat, tapi masalah tuan Tanjaya lebih penting, Ariella tahu waktunya tidak banyak, jadi berkata: “Katakan masalah penting dulu.”