Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 440 Mencoba Obat Penawar





“Bagaimana aku menyukaimu si lugu ini ketika awal bertemu, ” Carlson menggelengkan kepalanya, berkata sambil bercanda.





Betapa beruntungnya ia menyukai Ariella pada mulanya, hidupnya jadi lebih beragam, membuatnya sadar bahwa selain pekerjaan ternyata ada manusia dan hal lain yang mampu mencuri perhatiannya.





“Kau sudah menaiki kapal penjahat, tidak boleh menyesalinya,” Ariella menyeret Carlson mendekati lemari pakaian, “Tuan Carlson, mari ganti baju kita, dan pergi ke rumah sakit secepatnya.”





Carlson terbiasa mengenakan baju santai ketika di rumah, jika ingin berpergian, tentunya harus mengganti pakaiannya.





Dibukanya lemari, sebagian besar kemeja Carlson berwarna putih disertai celana hitam, sungguh monoton.





Ariella berkali-kali menyuruhnya berganti gaya, tapi melihatnya mengenakan kemeja putih dan celana indahnya sungguh menawan, ia pun menghapuskan keinginannya.





Mengenakan baju gembel pun tidak mampu menutupi karisma jantan dari wajah Carlson.





Ariella mungkin sudah lupa bahwa sepintas kata-katanya yang meminta Carlson untuk mengganti gaya busananya, tetapi Carlson masih mengingatnya dengan jelas. Lewat bertahun-tahun, mengenakan gaya busana sesuai perkataan Ariella, lama kelamaan menjadi sebuah kebiasaan. Carlson tidak akan memakainya jika bukan kemeja putih.





“Aku hanya berencana menaiki perahumu di sisa hidupku,” Carlson memegang wajah Ariella lalu mengecupnya, sembari tertawa kecil, “Tidak ada yang mampu menggantikan mu di dalam hatiku.”





Mendengar kata-kata sederhana ini, tanpa disadari wajah Ariella kembali memerah.





Ia menyentuh dada Carlson, dengan lembut menyahut, “Sejak kapan kau belajar menjadi romantis.”





“Kata orang-orang, wanita suka mendengarkan kata-kata yang indah, jadi aku khusus belajar untukmu,” ujar Carlson dengan tenang.





Pria ini, semakin hari semakin pandai berkata-kata, ucapannya terkesan sederhana, namun setiap kalimatnya membuat hati Ariella hangat.





Ia sedikit menundukkan kepalanya, mengancingkan baju Carlson dengan serius.





Carlson menatapnya, namun karena tidak terlihat jelas, maka tidak terlihat kilauan bulu mata Ariella yang serupa cantiknya seperti sebuah cangkang kerang kecil.





Carlson mampu membayangkannya meski tidak mampu melihat.





Membayangkan ekspresi serius Ariella saat mengancingkan bajunya, membayangkan wajah Ariella memerah, membayangkan bibirnya yang lembut berwarna merah jambu, seakan-akan menunggu Carlson untuk menjamahnya.





Tiba-tiba Carlson meraih pinggang Ariella dan menghentikannya, mendekatkan keduanya dan saling bersentuhan, membungkuk dan menciumnya dengan anggun.





“Jangan????”





Ariella menekankan kedua tangannya pada dada Carlson ingin menolak, namun baru saja satu kata terucap tetapi langsung hanyut dalam paksaan Carlson.





Dengan cumbuan french kiss yang ganas, Carlson menciumnya hingga tidak menyadari apapun, memanjat dengan lembut di dada Carlson, layaknya seekor kucing kecil yang terengah-engah.





Carlson menbasahi bibirnya dengan keraguan, senyum di bibirnya semakin jelas, ia meraih Ariella yang sedang berjongkok lalu menciuminya lagi.





Namun kali ini, Carlson menciumnya dengan lembut, sebagaimana ia mencium wanita kesayangannya, barulah cumbuan manis yang lain dari biasanya ini berakhir.





“Kau menyukainya?” tanya Carlson dengan lembut sembari melepaskannya.





“Hm,” Ariella mengangguk kecil.





“Suka aku menciummu?” jelas-jelas tahu jawaban Ariella yang menyukainya, namun tetap saja Carlson belum puas, memaksa Ariella untuk memberikan jawaban pasti.





“Suka,” meskipun malu hingga wajahnya memerah, Ariella tetap menjawabnya dengan jelas.





Ada kala nya dimana pria ini sangat jahat dan suka menggodanya, namun ia hanya menggoda Ariella seorang, ia tidak ingin menggoda manusia lainnya.





Ariella menyukai ciuman Carlson, ciumannya yang sedikit kasar, membuatnya merasa bahwa ia berharga bagi Carlson.





“Sungguh penurut!” Carlson mencubit pipi Ariella seakan-akan sedang mencubit Riella kecil, tiba-tiba tertawa puas.





Hari ini merupakan hari yang baik, mendapatkan berita baik di pagi hari, belum lagi istrinya yang membantunya mengganti pakaiannya.





Ariella mengancingkan kancing terakhir kemeja Carlson dengan lembut, mendongak memandangnya, “Carlson, tidak peduli bagaimana pun hasil obat ini, sebaiknya kita tidak terburu-buru, mengerti?”





Ariella sedikit khawatir, menghawatirkan obatnya tidak bereaksi lalu membuat Carlson kecewa, itulah mengapa ia memperingatkan Carlson terlebih dahulu agar Carlson mempersiapkan hatinya.





Tidak peduli apakah matanya bisa membaik atau tidak, semua tidak mengapa, Ariella dan Riella kecil akan selalu mendampingi di sisinya.





“Bodoh!” Carlson mengusap wajah Ariella, dengan suara rendahnya yang seksi berkata, “Aku tidak khawatir sedikit pun, jangan berpikir yang tidak-tidak.”





“Hm, tidak ada yang boleh berpikir aneh-aneh, cukup mendengarkan instruksi dokter dengan baik,” Ariella mengangguk dan memeluknya.





Carlson mengelus kepala Ariella, “Sudah, kita akan pergi ke rumah sakit sesudah menemani Riella kecil menghabiskan sarapannya.”





????





Belasan dokter kenamaan dalam dan luar negeri bekerja sama meracik ini, setelah sejumlah malam tanpa tidur, akhirnya mereka mampu meracik obat yang bisa menyembuhkan virus HDR dalam diri Carlson.





Tetapi Carlson tidak berani pasrah begitu saja, baginya, ia sudah mencoba berbagai pengobatan, jika saja tidak bisa membaik, setidaknya jangan sampai penggunaan dosis obat merusak tubuhnya.





Obat jenis ini tidak akan langsung terlihat hasilnya, normalnya dibutuhkan tiga periode pengobatan. Diminum tiga kali sehari, dan satu periode berakhir dalam tiga hari.





Dengan kata lain, apakah obat ini bereaksi baik terhadap Carlson, hasilnya tidak dapat diketahui langsung hari ini, tetapi harus menunggu sembilan hari kedepan.





Mendengar penjelasan kasar dari para dokter, jantung Ariella berdegup kencang, sebaliknya Carlson tidak tampak khawatir, jiwanya terlihat begitu tenang.





Carlson menggenggam tangan Ariella, “Mereka adalah dokter kenamaan dalam dan luar negeri, kalaupun obat ini tidak mampu menetralisir virus, setidaknya tidak akan mengancam diriku, jadi tenanglah.”





“Bolehkah aku mencobanya terlebih dahulu?” tanpa menggubris Carlson, Ariella menyampaikan keinginannya pada dokter untuk mencoba terlebih dahulu.





Carlson marah mendengarnya, “Ariella, apa yang kau katakan?”





Bagaimana bisa Ariella berpikiran untuk mencoba obat ini untuknya? Memikirkannya cukup membuat Carlson terkejut dan ketakutan.





Carlson ingin menjaga Ariella seumur hidupnya, bukan malah membiarkan Ariella melindunginya.





“Kan tidak membahayakan tubuh, mengapa aku tidak boleh mencobanya?” Ariella tahu racikan ini mengandung dua racun berbahaya, bagaimana mungkin ia tenang jika tidak mencobanya sendiri?





“Lain kali, tidak boleh berbicara dengan bodoh, tidak boleh melakukan hal bodoh,” ucap Carlson geram.





Ariella: “????”





“Ibu, tenanglah. Kami sudah meneliti dan mencoba obat ini berulang kali, ini tidak membahayakan bagi tubuh manusia, jadi tenanglah,” ucap dokter.





Siapakah Carlson?





Ia adalah raja di dunia bisnis.





Bagaimana mungkin mereka berani memberikan obat yang tidak sempurna kepada Carlson, jika saja terjadi sesuatu dengannya, jangan harap mereka akan dibebaskan.





Meskipun ini adalah negara hukum, tidak peduli negara hukum manapun, pastinya banyak kebusukkan yang tak tampak di belakangnya.





Berdasarkan potensi Carlson, ingin mengerjakan sesuatu dengan diam-diam saja tidak akan terdengar oleh angin, malahan mampu membuat segelintir orang menghilang tiba-tiba.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK