Carlson berjalan maju, bergegas memengang Ariella, dengan khawatir bertanya : “Ariella, kenapa? Ayok kita periksa ke rumah sakit.”
“Jangan khawatir, aku tidak apa-apa……” Baru saja berbicara, lambung Ariella terasa mual, menutup mulutnya ingin muntah, muntah sekian lama, tetapi malah tidak ada yang bisa dimuntahkan.
“Minum sedikit air.” Carlson membuka tutup botol air mineral, berikan ke Ariella.
Setelah Ariella minum sedikit air, lambungnya terasa sedikit nyaman, tetapi rasa mualnya masih belum hilang. Tidak lama kemudian, dia ingin muntah lagi.
“Aku tidak apa-apa.” Melihat tatapan khawatir Carlson, dia berusaha menahan, dan memberikan senyuman kepadanya, tidak ingin membuatnya khawatir.
Tetapi dia tidak bisa menahan rasa mual ini, terasa ingin muntah lagi, makin muntah raut wajahnya makin tidak enak dilihat, sekujur tubuh keringat dingin.
“Kita ke rumah sakit sekarang.” Carlson tidak perduli Ariella setuju atau tidak, menggendongnya, naik ke mobil dan meminta sopir bergegas menuju rumah sakit.
Di dalam mobil buka AC, tidak tercium bau bensin, kondisi Ariella membaik, tetapi karena tadi muntah terlalu menguras tenaga, sekarang tidak bertenaga, dengan lemas bersandar ke Carlson.
Dia mendengus di lengan Arlson seperti anak kecil, berbisik : “Tadi itu hanya mual, sekarang jauh lebih baik, tidak harus pergi ke rumah sakit, menjadi begitu merepotkan.”
“Ada apa-apa atau tidak, kita tetap harus periksa ke rumah sakit.” Carlson mengecup keningnya, mengangkat wajahnya, membiarkannya memandangnya.
Dia berkata lagi : “Ariella, aku tahu kamu khawatir dengan Riella, tetapi mengadopsi seorang abang untuknya, bukan hal yang gampang. Untuk hal ini harus lihat jodoh, dan tidak boleh sembarangan memilih orang.”
Tangannya menyentuh dalam ke hatinya, tetap dengan suara lembut berkata : “Jangan lagi khawatir, konsentrasi pada pekerjaan desain mu.”
“Aku tahu.” Berpinsip, Ariella mengerti, tetapi Riella adalah anaknya, adalah darah dagingnya, bagaimana mungkin dia tidak mengkhawatirkan Riella.
“Lain kali tidak boleh banyak berpikir, kamu hanya perlu memikirkan pekerjaaanmu, hal lain aku saja yang urusm.” suara Carlson terdengar lembut tetapi cukup keras menentang Ariella membantah.
“Lain kali aku akan berusaha untuk tidak banyak berpikir.” Ariella kembali masuk kedalam pelukannya, telinga menempel tepat pada posisi jantungnya, mendengar degup jantungnya.
Ada dia yang menemaninya, di peluk erat olehnya, solah-olah frekuensi detak jantung mereka berdua sama.
Perasaan ini sungguh baik!
……
Mobilnya melaju cepat hampir sampai Rumah Sakit Aces.
Rumah sakit adalah industri yang dimiliki oleh Aces, dalam perjalanan, Carlson sudah menghubungi pihak rumah sakit, setelah menerima panggilan, staf medis sudah siap menunggu kedatangan mereka.
Mereka mendapatkan informasi, mangatakan Ariella kondisi muntah-muntah, lalu membawanya ke ruang pemeriksaan gastroenterologi untuk pemeriksaan, tetapi setelah periksa, tidak ada masalah.
Dokter memberi tahu Carlson bahwa Ariella baik-baik saja, dan Ariella tidak tahu mencium bau aneh apa, tidak nyaman dan ingin muntah lagi.
Carlson buru-buru menepuk punggung Ariella, pada saat yang sama, mereka saling memandang dan hati mereka bersamaan terpikiran.
Ariella sedang hamil!
Dulu Ariella memiliki gejala muntah ketika dia mengandung Riella, kondisinya tampak mirip dengan hari ini, tapi waktu berlalu sudah terlalu lama sehingga mereka tidak ingat.
Hari ini, melihat Ariella, reaksi pertama Carlson adalah bahwa Ariella terlalu khawatir dan terlalu lelah sehingga menyebabkan mual.
Saat ini dokter mengatakan lambungnya baik-baik saja, maka itu ada hal yang aneh.
Jika karena faktor lain, Carlson dan Ariella hanya terpikirkan karena hamil.
Setelah Carlson janji kepada Ariella akan memberikan adik laki-laki kepada Riella, mereka sudah tidak pernah persiapan keamanan, sehingga tingkat persentase kehamilan sangat tinggi.
Mereka berdua mata besar menatap mata kecil, mata kecil menatap mata besar, empat mata saling memandang, sesaat siapapun tidak bersuara, dalam hati tidak dapat mengungkapkan perasaan yang rumit itu.
Ariella selalu menginginkan melahirkan seorang anak lagi dengan Carlson, dia ingin menyaksikan anak itu lahir, melihat anaknya tumbuh besar, dan membesarkan anak-anak mereka hingga sukses dengan Carlson, tidak lagi absen dari momen apa pun dalam kehidupan anak-anaknya.
Ketika dia berpikir dia mungkin hamil, hatinya bersemangat, sangkin bersemangat hingga tidak dapat menggambarkannya dengan kata-kata.
Dia hanya diam menatap Carlson, berharap Carlson dapat memberitahunya bahwa dia benar-benar mengandung anak mereka berdua lagi.
Tetapi Carlson tidak menjawabnya, Carlson masih memelototinya, matanya menatap dalam dan rumit, dan dia bahkan tidak bisa mengerti apa yang dipikirkannya.
Hati Carlson juga senang dan gembira, tetapi dia berbeda dengan kebahagiaan Ariella, dan dia memiliki beberapa perasaan rumit dalam kebahagiaannya.
Ariella senang hamil lagi, secara alami dia juga bahagia, tetapi dia khawatir dia tidak ingin Ariella menderita, menderita ketika dia mengandung anak, dan dia tidak dapat membantu apapun.
“Aku …” Setelah sedikit lebih baik, Ariella menarik tangan Carlson ke perut bagian bawah dan bertanya dengan hati-hati, “Carlson, apakah itu benar?”
Ariella khawatir ini hanya ilusi tubuhnya sendiri, khawatir mereka hanya berpikir terlalu jauh, dia ingin benar-benar memiliki anak dari mereka berdua, tidak ingin bahagia dalam kekosongan.
“Mari kita pergi ke bagian kebidanan dan ginekologi untuk memeriksanya lagi.” Telapak tangan Carlson dengan lembut membelai perut bagian bawah Ariella, dan menundukkan kepalanya mengecup dahi Ariella.”Tidak masalah apakah itu benar atau tidak.”
Ariella menatapnya, matanya penuh dengan harapan : “Aku berharap itu benar.”
“Walaupun tidak benar, kedepannya akan menjadi benar.” sebelum hasilnya keluar, siapapun tidak tahu kebenarannya, Carlson tidak berani memastikan, hanya bisa menghibur Ariella.
“Aku berharap kali ini benar,” ulang Ariella lagi, tetapi Carlson tidak menjawabnya lagi dan memeluknya erat.
……
Pada tahap awal kehamilan, metode pemeriksaan yang paling sederhana, paling nyaman dan paling akurat adalah tes urin.
Ariella pernah melakukan tes kehamilan seperti itu sebelumnya, kira-kira prosesnya dia masih ingat, tetapi yang lebih spesifiknya sudah tidak jelas.
Tapi itu tidak masalah, untung ada dokter.
Dokter memberi tahu mereka beberapa penjelasan, karena Carlson ada di sebelahnya, Ariella dengar hingga pipinya merah dan tidak memperhatikan apa yang dikatakan dokter.
Tetapi Carlson mendengarkan dengan sangat serius, tidak hanya mengingat setiap detail yang dokter katakan, tetapi juga menemani Ariella pergi ke kamar mandi.
Ariella menggelengkan kepalanya berulang kali: “Masalah sekecil ini, aku akan pergi sendiri, tanpa bantuanmu, aku benar-benar tidak membutuhkan bantuanmu.”
“Aku temani kamu.” Carlson masih menjawab dengan kalimat pendek.
“Tapi ini adalah toilet wanita, bagaimana kamu menemaniku?” Ariella panik dan mencari alasan.
“Tamara, tutup toilet wanita ini, larang siapa pun masuk dan keluar,” Carlson menoleh ke asistennya.
Hal sekecil itu, tidak akan menyulitkan bagi direktur dari Aces.