Matahari yang berwarna kemerahan, pelan-pelan bermunculan di langit.
Pemandangan di depan matanya sangat terang.
Carlson menundukkan kepalanya, Riella yang berada di dalam pelukannya sudah tertidur pulas.
Nafasnya teratur, mukanya kemerah-merahan, pemandangan tidurnya sangat tenang dan indah.
Sewaktu memandangnya, Carlson tidak bisa menahan diri untuk menelan ludah, dengan perlahan menundukkan kepalanya, bibir yang tipis nan seksi menciumi bibirnya yang kemerahan, dengan ringan mengigitnya sedikit, dan dengan cepat melepaskannya.
Riella bergerak sedikit, berganti posisi menjadi lebih nyaman dan terus tertidur di dalam pelukannya.
Carlson dengan perlahan mengangkatnya, mengangkatnya dan berjalan ke arah villa dengan langkah yang anggun dan stabil.
Sesampai di kamar lantai 2, Carlson meletakkannya di kasur, sewaktu akan melepaskan tangannya, Riella segera menangkap tangannya.
Dia menarik lengan bajunya, dengan erat, seperti seseorang yang sedang meminta banTuan saat tenggelam, begitu takut dan tidak aman.
Carlson yang sedang melepaskan tangannya sejenak berhenti, memegang tangannya, berbaring di sampingnya, dan memeluknya sambil menepuk-nepuk punggung Riella, dengan lembut berkata:”Riella, jangan takut, aku tidak akan membiarkan orang lain untuk menyakitimu lagi.”
Setelah beberapa waktu, Riella yang berada di pelukannya juga kembali tenang, tangan yang menarik lengan bajunya juga dengan perlahan mulai melepas, dan kembali ke alam mimpi lagi.
Riella tertidur dengan sangat pulas, Carlson yang malah tidak tidur sedikit pun, melihatnya, dan teringat masa lalunya.
Pertama kali mereka datang ke Blue Sea Villa, sewaktu itu mereka berdua tidak terlalu familiar dengan satu sama lain, walaupun status mereka adalah suami istri, tetapi pada saat ini mereka bahkan belum pernah berpegangan tangan.
Acara perusahaan pada malam itu, Riella minum alkohol, sewaktu dia lagi berendam pun tertidur, kalau bukan dia datang pada waktu yang tepat, mungkin Riella bisa tenggelam dan bahkan kehilangan nyawanya.
Kedua kali mereka datang, statusnya telah mendapat persetujuan dari semua senior di keluarga .
Malam itu, dia berkata dia ingin menjeritkan kebahagiaannya, jadi pada tengah malam, Carlson membawanya datang ke villa, hanya untuk mengeluarkan kebahagiannya.
Dia masih ingat malam itu, mereka berdua di kasur ini melakukan hal suami istri, menuliskan kenangan indah milik mereka berdua.
Teringat malam itu, dan sekarang yang lagi berada di pelukannya, tiba-tiba terbakar gairah seorang pria yang telah menantikan hal tersebut selama bertahun-tahun, di dalam tubuhnya ada satu suara yang sedang menjerit, sedang berteriak.
Dia menginginkannya, berharap seperti malam itu, dengan seluruh tenaga bersatu dengannya.
Tetapi, dia tidak boleh membuatnya terkejut, dan tidak boleh melukainya.
Walau hanya bisa seperti sekarang memeluknya saat dia tertidur, ini sudah cukup baginya!
Tidak tahu sudah tertidur berapa lama, Riella dengan bingung terbangun.
Di dalam ingatannya dia sudah terlalu lama tidak tidur lelap seperti ini, setelah bangun, dia merasa tenaganya pun terisi banyak.
Dia membuka matanya, dan melihat muka yang begitu ganteng ada di dekatnya, sesaat dia terkejut dan mundur, dia malu sampai satu badan merasa panas semua:”Itu, saya, kita…”
Carlson mengulurkan tangannya dan menariknya kembali ke pelukan, dengan tertawa bertanya:”Apakah kamu ingin menanyakanku ada sesuatu terjadi diantara kita atau tidak bukan?”
Riella tidak berani melihatnya, dengan malu menempelkan mukanya ke dalam bantal, dia belum berjanji dengannya akan berpacaran atau tidak, dan mereka juga telah melewati semua langkah-langkah, langsung ke tahap terakhir dimana tidur di kasur yang sama.
Yang paling penting bukanlah ada atau tidak terjadi sesuatu, melainkan apakah Carlson bisa merasa dirinya sangatlah mudah dan tidak menghormati dirinya sendiri?
“Yang harusnya terjadi juga sudah terjadi.” Riella kecil milik mereka berdua juga sudah begitu besar, itu bukankah menandakan hal yang harus terjadi pun sudah terjadi.
Riella dengan galak menatapnya, mengulurkan tangan ke bagian pinggangnya dan dengan kuat mencubitnya, dia juga bukan seseorang yang bodoh, anehnya sudah terjadi hal itu, bagaimana dia bisa tak tahu?
Dia dulu sewaktu marah juga sering mencubit Carlson, dan inilah ekspresinya, Carlson tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa, berkata:”Hari sudah mulai malam, kamu pasti sudah lapar.”
Carlson tidak mengungkit Riella pun tidak merasakannya, dan sewaktu dia mengungkitnya dia baru sadar dia sudah lapar, dia menganggukan kepalanya:”Waktu sudah malam, kita makan sederhana saja dan cepat kembali.”
Carlson mengelus-elus kepalanya, berkata:”Kamu beres-beres dulu, aku menunggumu di lantai bawah.”
“Baik.” Riella turun dari kasur, dengan muka kemerahan segera berjalan ke kamar mandi untuk beres-beres.
Melihat dia berjalan ke arah kamar mandi, Carlson pun berjalan keluar, turun ke dapur di lantai satu, mempersiapkan diri untuk menyiapkan masakan buat Riella.
Sewaktu Riella turun ke bawah, tidak melihat Carlson di ruang tamu, tetapi suara malah datang dari dapur yang bersebelahan dengan ruang tamu, dia melihat ke arah sana, Carlson juga sedang menatapnya.
Dia menatapnya, berkata:”Di atas meja ada makanan kecil, kamu makan sedikit dulu. Sebentar lagi sayurnya siap.”
“Kamu bisa masak?” pria ini, apakah ada yang dia tidak bisa lakukan?
Dia begitu sempurna, membuatnya lebih jatuh cinta lagi, tetapi tambah takut untuk menangkapnya.
Bagaimanapun jarak diantara mereka berdua terlalu besar, dan paling penting di dalam hatinya masih ada “Riella” yang lain.
“Kalau saya masaknya kurang bagus, harap kamu memakluminya.” Dulu dia tidak pernah masuk ke dapur, tetapi setelah bersamanya dia pelan-pelan belajar, tetapi Riella sudah melupakannya.
Riella memandangnya, melihat bayangan tubuhnya yang lagi sibuk di dapur, seperti pernah ada seseorang yang berbuat begitu untuknya, tetapi bayangan yang dipikirannya kurang jelas, seperti apa yang ada di pikirannya hanyalah firasat dia yang tidak nyata.
Setelah menatap Carlson untuk waktu yang lama, Riella berjalan menuju kesana: “Carlson, ada yang perlu saya bantu ga?”
Carlson berbalik:”Kamu cukup membantuku dengan makan semuanya.”
Membantu makan?
Kata yang begitu sederhana, tetapi juga begitu hangat, hangat sampai ke dalam hatinya.
Riella juga mengerti, Carlson yang begitu lembut, peduli dan sabar, mungkin bukan terhadapnya, tetapi melewatinya berbuat baik dan lembut kepada “Riella” yang sudah meninggal itu.
Bagaimana ini?
Padahal dia sendiri jelas bahwa laki-laki ini hanya menganggapnya sebagai pengganti, tetapi dia tidak bisa melepaskannya, ingin menangkapnya dengan erat.
Hari ini, besok, dan untuk setiap hari di kemudian hari ingin merasakan kelembutannya, ingin merasakan kesabarannya.
“Kenapa?”Carlson berbalik dan melihat Riella yang sedang melamun, dia pun mengkhawatirkannya sampai mengerutkan alisnya.
“Tidak apa-apa.”Riella menggelengkan kepalanya, dan berkata lagi, “Biarkanlah aku membantumu,. Walaupun aku juga tidak begitu bisa hal memasak, tetapi 2 orang yang masak lebih baik daripada 1 orang.”
“Tidak usah. Ini segera selesai.” sewaktu mereka baru saja mengambil surat nikah, selalu Riella yang sibuk masak di dapur, untuk kedepannya dia yang akan menjaganya.
“Baiklah. Kalau begitu aku makan snek dulu ya, sudah terlalu lapar.” Riella tersenyum dan berkata.
Melihat Carlson yang begitu pasti, maka dia memutuskan untuk menunggu, sekejap lagi dia akan coba masakan buatan bos besar Grup Aces, apakah rasanya berbeda dari biasanya?
Carlson berbalik, melewati jendela transparan melihat Riella yang sedang duduk di meja dan makan snek, ekspresinya tidak berbeda dengan 3 tahun yang lalu.
Jelas masih orang yang sama, tetapi malah bisa membuatnya untuk lebih menyayanginya lagi.
Riella, kali ini, tidak akan ada orang lain lagi, dan tidak akan ada kekuatan yang bisa memisahkan kita berdua.