“Carlson, jangan …”
Ariella secara naluriah menjulurkan tangan, meraih Carlson yang berbalik dan berjalan, dia menggenggam sudut bajunya dan meraihnya dengan erat.
Jangan begitu kejam, jangan mengambil Riella darinya ketika dia tidak siap.
Riella adalah motivasi terbesar baginya untuk terus maju, dia telah kehilangan dia, tolong jangan biarkan lagi dia kehilangan anak mereka berdua.
Memohon pada dia!
Memohon pada dia!
Perkataannya, sudah keluar dari mulut Ariella, tetapi dia menelan kembali.
Carlson benar, dia tidak pernah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Dia tidak memenuhi syarat untuk memintanya meninggalkan anaknya bersamanya.
Pada saat itu, ketika Riella berada di perutnya, dia tidak dapat melindungi Riella, meminta orang untuk mengoperasinya, mengeluarkan Riella dari perutnya sebelum saatnya dan membuat Riella menjadi seorang bayi prematur.
Jika bukan karena Carlson yang penuh perhatian menjaganya, mungkin saja Riella sejak awal sudah dikeluarkan dari perut ibunya dan menghilang dari dunia.
Setelah itu, Ariella kehilangan ingatannya dan bahkan tidak tahu siapa dia, apalagi tahu siapa putrinya.
Selama lebih dari tiga tahun, Carlson mendidik Riella, yang telah tumbuh menjadi anak yang imut dan pengertian.
Carlson yang memanjakan putrinya, Riella yang tidak bisa hidup tanpa ayahnya, ayah dan putri tidak dapat dipisahkan dari siapa pun … Di antara ketiganya, dia adalah yang terkecuali.
Memikirkan masa lalu, Ariella yang meraih baju Carlson pun perlahan melepaskannya, perlahan-lahan menurun kebawah, dan akhirnya berubah menjadi suara lemah : “Maafkan aku!”
Dia menyesal untuk Riella, karena dia tidak menjalankan tugasnya sebagai ibu dengan baik sehari pun.
Dia menyesal untuk Carlson, karena dia belum menjadi istri yang baik sepanjang waktu.
“Aku minta maaf?” Tangan Ariella longgar, dan Carlson tahu dia menyerah. Dia berdiri di depannya dan menatapnya dengan muka masam. “Kamu minta maaf kepada siapa? Kenapa kamu minta maaf?”
Ariella menggelengkan kepalanya, masih hanya sebuah kalimat : “Maafkan aku!”
Carlson meraih pundaknya dan berteriak : “Ariella, aku bertanya padamu, jawablah aku.”
“Aku tidak tahu!” Dia tidak ingin menjelaskannya, dia telah lalai dan tidak ada gunanya menjelaskan lagi.
“Kamu …” Carlson tidak dapat berkata apa-apa, mengendurkan tangan yang memegang bahunya dan tiba-tiba mencibir.
“Kalian pergilah” Ariella menggunakan keberanian yang luar biasa mengatakan ini, setelah dia mengatakan itu, dia segera berbalik, dia tidak ingin Carlson melihat air matanya, tidak ingin Carlson melihat ketidakberdayaannya.
Sialan!
Dia masih tidak mau mengatakan apa-apa.
“Oke, kami pergi sekarang, kedepannya aku tidak akan membiarkanmu muncul di hadapan kita ayah dan anak lagi.”
Carlson mengepal erat tinjunya yang meneteskan darah, bertahan dan bertoleransi, dan berbalik untuk menggendong Riella yang ketakutan dan melangkah pergi.
Ariella mendengar suara di belakangnya, dan tahu bahwa mereka telah pergi, sarafnya yang kuat tiba-tiba mengendur, dan seluruh badannya meluncur ke tanah menempel ke dinding, dan air mata jatuh seperti mutiara yang putus talinya.
Hati, bagaimana itu bisa sangat menyakitkan?
Rasanya sakit setiap kali bernapas, seolah ada pisau tajam yang menusuk hatinya, seolah tidak ada lagi motivasi untuk mendorongnya maju ke depannya.
Beberapa hari yang lalu, dia berkata pada dirinya sendiri, di dunia ini, tidak ada orang bumi akan tetap berputar, dan akan melewati hari-hari yang sama.
Tetapi pada saat ini, dia merasa bahwa dunianya telah berhenti karena kepergian ayah dan putri, dan dia tenggelam dalam dunia gelap yang tidak akan pernah bisa keluar.
Dunia yang gelap!
Dia akrab dengan tempat ini di dunia gelap.
Pernah selama bertahun-tahun, dia hidup di dunia yang gelap ini.
Setiap hari di siang hari, dia bekerja seperti orang biasa yang bekerja untuk mendapatkan uang, dan menjalani hari normal.
Begitu malam tiba, dia tampak berada di dunia lain.
Tidak ada cahaya, hanya tempat gelap dan berdarah, ada banyak setan tinggal di sana, mereka membuka mulut mereka, menunggunya secara tidak sengaja jatuh ke mulut mereka, mereka akan memakannya.
Berapa malam, dia berjuang di dunia gelap di mimpi buruk, tidak dapat menemukan jalan keluar, hanya panik dan ketakutan.
Drrt drrt drrttt–
Telepon di meja tiba-tiba bergetar.
Ketika dia mendengar suara itu, Ariella tampak melihat seberkas cahaya. Apakah Carlson ingin mengembalikan Riella kepadanya?
Memikirkan kemungkinan ini, Ariella mengangkat tangannya dan menghapus air mata, dan bangkit bangun untuk meraih telepon, bersemangat : “Hallo?”
“Ariella, ini aku!” terdengar suara lelaki yang lembut di telepon.
Bahkan dengan telepon, Ariella bisa merasakannya, penelepon sangat bahagia, dan bahkan samar-samar dia bisa membayangkan orang di ujung telepon tertawa.
“Kamu, untuk apa kamu masih meneleponku?” Mendengar suara itu, dia sangat ketakutan sehingga dia pucat dan melupakan kesedihannya.
Itu adalah Albi!
Itu adalah dia!
Setelah sampai di New York dia langsung mengganti nomor ponselnya.
Bagaimana Albi mendapatkan nomor barunya?
Apakah dia selalu berada dibawah pengawasan dia?
Semakin dipikirkan semakin mengerikan, Ariella hanya merasa bahwa ada sepasang mata di belakangnya menatapnya, dia melihat ke belakang, tetapi tidak melihat apa-apa.
“Sudah lama tidak menghubungi kamu, aku meneleponmu hanya untuk menanyakan kabarmu, apakah kamu baik-baik saja akhir-akhir ini? Apakah anak di dalam perut masih baik-baik saja?”
Albi berkata tanpa ragu-ragu, seolah-olah mereka adalah teman lama yang sudah lama tidak bertemu, menelepon untuk membahas rutinitas keseharian dan mengobrol santai.
Albi berbicara dengan santai, tetapi setiap kata yang dia katakan terdengar di telinga Ariella seperti nada yang mengejutkan.
“Albi, aku telah melakukannya sesuai dengan permintaanmu, tolong hentikan dan jangan mengganggu hidupku.” Albi secara spesifik menyebut anak di perutnya, Ariella tanpa sadar membelai perutnya.
Anak di dalam perutnya telah berusia empat bulan, perutnya sedikit terangkat, dan dia kadang-kadang bisa merasakan gerakan janin, membuatnya sadar bahwa di dalam perutnya masih tertanam kehidupan baru.
Ya, dia tidak memiliki Carlson, dia tidak memiliki Riella, tetapi dia masih memiliki seorang anak di dalam perutnya … Kali ini dia akan melindungi anaknya, tidak lagi membiarkan orang menyakitinya, dia harus menjadi ibu yang pantas untuk anaknya.
“Mengganggu gimana, aku hanya peduli padamu, melihat apakah kamu baik-baik saja?” Suara di ujung telepon masih tidak tergesa-gesa.
“Aku baik-baik saja, tidak perlu kepedulianmu.” kata Ariella sambil tersenyum.
Albi berkata, “Aku lega mendengar bahwa kamu baik-baik saja.”
Ariella marah : “Yichen, apa yang ingin kamu lakukan?”
“Apa yang ingin aku lakukan? Kamu akan segera tahu apa yang ingin aku lakukan.” Albi terkekeh. “Ariella, kamu jaga janinmu baik-baik, aku tutup telepon dulu.”
Setelah selesai berbicara, Albi benar-benar memutuskan telepon, dan tidak begitu mengganggunya.